CHAPTER 3 (Re-Publish)

10.4K 374 11
                                    

Dipublikasikan : 30 Maret 2020

Re-Publish : 9 November 2020






             Cuaca yang bagus untuk memulai hari. Walaupun hiruk-pikuk perkotaan yang menyambut diri, tetap saja masih terasa nyaman jika yang menyambutnya adalah cuaca cerah, namun tidak panas.

Seorang gadis dengan tas hitam tipis yang seakan-akan diisi banyak buku itu berlari cepat menuju sekolahnya. Bukan tanpa alasan ia memarkirkan kendaraannya di sana, jarum pendek pada jam yang sudah menunjukkan angka 6.55 seakan-akan membuatnya sadar bahwa ia sudah hampir terlambat.

Hati dag dig dug serr, membayangkan hukuman dan Reza yang pasti akan memakannya hidup-hidup membuat langkahnya semakin berpacu cepat. Semoga hari ini Tuhan berpihak padanya.

Langkah yang awalnya lurus kini berbelok di ujung koridor, melangkah menaiki sekitar 20 anak tangga yang membawanya ke lantai 2 gedung tersebut. Sampai di lantai 2, Karina kembali memacu larinya menuju ujung Koridor dimana kelasnya berada. Kondisi koridor sudah sepi, semua murid sudah berada di dalam kelasnya masing-masing. Ada yang sudah melaksanakan kegiatan belajarnya, ada juga yang hanya berada di dalam tanpa melakukan apapun.

Sampai di depan kelasnya, jantung gadis itu semakin berpacu cepat. Pintu tertutup, suara yang sunyi senyap. Ia semakin takut jika keadaan kelas yang seperti itu pertanda guru telah masuk kelas.

Perlahan, tangannya mengetuk pintu, membukannya lebar membuat mata bulatnya dapat menatap seluruh kelas.

Semua orang menoleh sementara Karina sedikit kebingungan. Ruangan kosong? Apakah ia salah masuk kelas? Itu tidak mungkin mengingat satu-satunya orang yang ada di sana hanyalah Reza. Lalu mana orang yang lainnya.

"Lo—"

"Lo terlambat 10 menit" balas Reza kemudian berjalan melewati Karina.

"Yang lainnya mana?" Tanya Karina membuat Reza menghentikan langkahnya.

Pemuda itu berbalik, menghadap Karina dengan tangan memegang sebuah buku. "Lab" jawabnya singkat.

"Hah? Oh iya!!" Riuh gadis itu kemudian. "Praktek ya kan?" Ucapnya bersemangat.

Ia ingat, saat hari pertama sekolah, Vivian dan Renata mengatakan bahwa dalam minggu ini mereka akan melakukan Praktek Kimia. Dan pelajaran Kimia adalah hari ini. Pantas saja kelas kosong, ternyata semua temannya sudah pergi ke Lab.

Reza hanya berdehem menjawab pertanyaan Karina. Merasa tidak ada jawaban balik, pemuda itu kembali berbalik hendak melangkah.

"Eh eh eh lo mau kemana anjir" tahan Karina.

Reza berdecak sebal. Gadis itu lupa atau memang bego? Kan sudah dikatakan tadi semua temannya mau pergi ke lab. Lalu mengapa gadis itu kembali bertanya ia ingin kemana?

Reza tersenyum hampa. "Gue pengen pergi ke Nasa, mau ngambilin hutang pemimpinnya kemaren pas berkunjung ke Indonesia, dia mau beli seblak tapi gak punya uang receh"

Krik krik krik

Candaan Reza sama sekali tidak direspon oleh Karina. Gadis itu hanya diam dengan mulut sedikit terbuka. Berusaha keras Karina memahami letak lucunya, tapi sama sekali tidak ia dapatkan.

Reza jadi canggung, tidak menyangka kalau gadis receh seperti Karina tidak tertawa akan lucuannya.

"Gue serius. Lo mau kemana"

Ketua Kelas [RE-PUBLISH]Where stories live. Discover now