Chapter 13

56 11 0
                                        

I will leave my heart at the door
I won't say a word
They've all been said before,you know
So why don't we just play pretend
Like we're not scared of what is coming next
Or scared of having nothing left

Look,don't get me wrong
I know there is no tomorrow
All I ask is

If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
Cause what if I never love again?

I don't need you honesty
It's already in your eyes
And I'm sure my eyes,they speak for me
No one knows me like you do
And since you're the only one that matters
Tell me who do I run to?

Let this be our lesson in love
Let this be the way we remember us
I don't wanna be cruel or vicious
And I ain't asking for forgiveness

"Kak Luna makin bagus nyanyinyaaa. Coba aja gue bisa nyanyi kayak lo Kak," puji Gita ---adiknya Dio---. Sekarang Luna dan yang lain sedang berkumpul di rumah Dio. Gita ini kelas X dan sekolah di Global Islamic Senior Highschool.

"Lagu lo galau terus. Lo galauin siapa sih?" Tanya Rama penasaran.

"Ada lah,Ram. Lo kepo amat. Apa lo cemburu ya Luna suka sama orang lain?" Ledek Dio.

"Ya gak gitu,Yo. Gue penasaran aja,gak lebih."
"Udah deh,nanti malah berantem lagi," lerai Luna.

Sialnya,Rama memang tidak suka jika Luna suka dengan orang lain. Kenapa dengan Rama? Dia sudah memiliki Dewi,tapi ia juga tidak suka jika Luna menyukai orang lain. Apa Rama cinta pada dua gadis ini? Rama menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikirannya yang kacau.

"Oiya,Kak Luna,gue denger dari Bang Dio,Kakak sering pingsan. Emang lo sakit apa Kak?" Tanya Gita. Luna melototi Dio,sedangkan yang dipelototi malah nyengir tak berdosa.

"Git,mending kamu ke kamar deh. Abang mau main sama yang lain dulu," usir Dio halus.

"Yah,Bang,Kak Luna kan jarang kesini. Yaudah deh,gue ke kamar."

"Bye,Git," ucap Affan mengedipkan sebelah mata.

"Heh! Jangan genitin adik gue. Atau mau lo,gue bunuh?". Dio menatap Affan dengan tajam.

"Sadis amat lo,Yo," oceh Affan.
"Gue laper nih. Lo ada cemilan gak Yo di kulkas?" Tanya Bintang yang sudah berdiri siap-siap ke dapur memeriksa makanan. Dio mengangguk. Bintang mengambil beberapa cemilan di kulkas Dio dan membawanya ke ruang keluarga.

"Gue bete. Kita nonton film aja,mau gak?" Usul Erza.

"Kuy!" Sahut Ezra.

"Film apa nih?"

"Fate and furious 8 aja."
"Gak,gak. Gue udah nonton."
"The boss baby?"
"Itu kan udah kita tonton waktu di Blitz."
"Oiya ya,gue lupa."
"Gimana kalo Radio Galau FM?"
"Itu kan film lama. Tapi,gak apa-apa deh. Yaudah kuy nonton."

Semua menyetujui saran Luna. Dio pun memasang kaset film tersebut dan mem-playnya. Film dimulai. Semuanya fokus menonton sambil memakan cemilan yang diambil oleh Bintang tadi. Tak lupa,Luna mengeluarkan kamera dan memvideokan teman-temannya yang sedang menonton. Saat film sudah mulai di puncak permasalahan,semuanya menangis karena terbawa perasaan menontonnya.

"Yah pada baper,jadi nangis semua," ledek Luna dengan tertawa.

"Lun,malu ege,jangan divideoin dong. Runtuh harga diri gue,kalo sampe pada tau anak-anak sekolah," ucap Dio menutupi wajahnya dengan tangan dan diikuti yang lain. Luna makin tertawa,dan tawanya menular ke yang lain.

LFS(1) - LDRWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu