"Kenapa lo bisa ninggalin Luna sendirian di cafe?" Tanya Ezra sedikit kesal. Mereka berenam sedang duduk di meja biasa kantin.
"Kemarin,gue lagi jalan sama Luna. Gue liat Nadhif nyium Dewi,gue kesel. Gue berantem disana. Dewi nyuruh Luna buat ngobatin Nadhif,dan gue sama dia berantem di dalem cafe. Habis berantem,Dewi pulang. Gue susul dia,naik motor gue. Gue ke rumahnya,gue baikan sama dia,gue juga sempet ambil first kiss nya-"
Dengan cepat dipotong oleh Affan. "LO GILA?! Luna lo tinggalin,kehujanan demi Dewi?"
"Please,kalian dengerin gue dulu. Abis gue lakuin itu ke Dewi,gue baru inget Luna gue tinggal sendirian di cafe,pas gue balik,dia udah gak ada di sana. Gue coba ke rumahnya,kata Tante Tika,Luna udah tidur,dia juga lagi demam,makanya hari ini gak bisa masuk sekolah."
"Ram,oke lo sekarang udah punya pacar,Dewi. Tapi,jangan sampe cuma gara-gara Dewi,lo lupa sama sahabat lo. Sahabat dari kecil lo,Ram. Lo tau kan? Akhir-akhir ini Luna pingsan terus. Lo mikir dong?!" Omel Dio.
"Iya,sorry guys. Gue minta maaf sama kalian."
"Lo minta maaf sama Luna,bukan sama kita," oceh Erza.
"Tapi,waktu gue ngomongin Luna di depan Dewi,kemarin. Wajah Dewi langsung berubah."
"Berubah gimana maksud lo?" Tanya Bintang.
"Dia jadi merasa bersalah gitu. Apa mereka berdua lagi ada masalah ya?"
"Lo tanya aja nanti sama Lunanya langsung," kesal Ezra.
❤❤❤❤
"Lun,ada temen-temen kamu tuh di bawah. Katanya mau jengukkin kamu," ucap Tika yang sudah di kamar Luna.
"Suruh kesini aja,Ma." Tika mengangguk. Ia turun ke bawah untuk memberi tahu teman-temannya untuk langsung ke kamar Luna.
"Hai,Lun," sapa Erza yang sudah masuk.
"Lo udah mendingan?" Tanya Ezra.
Luna mengangguk. "Udah lumayan sih. Besok juga gue udah masuk lagi."
"Vitamin lo udah diminum?" Tanya Dio. "Dimana vitaminnya? Gue ambilin deh."
"Itu ada di meja gue,Yo."
Dio mengambil obat yang ada di meja belajarnya. Dio melihat obat tersebut ada nama penyakit yang ditulis 'Leukimia : Stadium Akhir'. Dio kaget bukan main,ia tidak percaya jika Luna mengidap penyakit ini. Ia pun pura-pura tidak tahu,dan tetap memberikan obat itu pada Luna. Luna menerima dan meminumnya.
"Lun," sahut Affan.
"Kenapa,Fan?"
"Lo udah tau Dewi di-". Dengan cepat dipotong oleh Luna.
"Gue udah tau. Jadi,Rama cerita ke kalian?"
Mereka semua mengangguk. Luna tersenyum miris. "Gue aja langsung di tinggal Rama kalo ada sangkut pautnya sama nama Dewi."
"Lo bener,Lun. Tadi Rama denger Dewi diomongin sama murid-murid langsung digertak sama dia. Padahal,sebelum ada dia,lo yang selalu di bela Rama," ucap Erza menyetujui ucapan Luna.
"Udahlah,udah biasa gue. Kan strong," tawa Luna dan diikuti yang lain.
"Eh,btw,Nadhif itu siapa?" Bintang penasaran.
"Dia mantannya Dewi. Jadi,Nadhif ini minta waktu empat hari buat ngabisin waktunya di Indonesia sama Dewi. Setelah itu,Nadhif bakal balik lagi ke SF dan akan ngelupain dia."
"Rama mana? Bukannya tadi dia ikut kita?" Tanya Affan.
"Dia nganterin Dewi pulang," jawab Dio.
❤❤❤❤
Rama sedang bersiap-siap untuk menjenguk Luna di rumahnya. Ia baru bisa menjenguk malam ini,karena tadi ia harus mengantarkan Sinta belanja bulanan terlebih dahulu.
"Lun,maaf gue baru jenguk lo. Gue nemenin Nyokap dulu belanja bulanan," ucap Rama yang telah berada di kamar Luna.
"Oh."
"Lun,jangan kayak gitu dong ke gue. Gue minta maaf sama lo,karna udah ninggalin lo kemarin." Rama memohon.
"Emang gue penting buat lo? Kenapa lo harus minta maaf sama gue?" Omel Luna.
"Lun,kok lo ngomongnya gitu? Ya lo pentinglah buat gue. Kata siapa lo gak penting buat gue?" Omel Rama juga tak mau kalah.
"Gue penting? Kalo penting,kenapa lo ninggalin gue di cafe kemarin? Sampe gue hujan-hujanan."
Oke,sekarang mereka mulai bertengkar. Eh,apa sudah bertengkar?
"Gue minta maaf,Lun. Lo tau kan gue lagi ribut kemarin sama Dewi?"
"Iya gue tau. Tapi,apa harus amarah lo,lo kenain ke gue juga?"
"Kemarin,gue bener-bener kesel liat Dewi dicium,Lun. Lo gak tau kan rasanya liat pacar lo dicium orang lain? Apalagi itu mantannya."
Gue tau kok rasanya. Gue udah liat malah lo nyium dia,batin Luna.
"Iya tapi kan lo gak harus kesel ke gue juga,Ram. Gue kan sahabat lo!"
Rama menghembuskan nafasnya dengan berat. Benar juga dengan ucapan Luna,tak seharusnya Rama membawa amarahnya ke Luna juga,sahabatnya. "Oke,gue minta maaf,Lun." Rama mulai melembut.
"Oke,gue maafin lo."
"Bener,Lun?"
Luna mengangguk. Rama senang hingga memeluknya sangat erat. Luna memang tidak bisa marah lama-lama padanya. Ia memaafkannya,walaupun ia masih kesal dengan Rama dan juga perbuatannya pada Luna dan kelakuannya pada Dewi,yang menciumnya. Luna harus memaafkan Rama,ia tak mau kehilangan Rama. Apalagi,beban tentang penyakitnya ini juga belum selesai.
"Aku tak mungkin bisa marah dengannya dengan waktu yang lama. Aku pernah mencobanya,tapi selalu menjanggal di hatiku jika aku marah dengan waktu yang lama padanya. Intinya sekarang,tujuanku membuatnya bahagia itu lebih penting daripada yang lain,sebelum aku meninggalkannya untuk selama-lamanya."
YOU ARE READING
LFS(1) - LDR
Teen FictionLoveFriendship Series (1) Luna adalah sahabat dari kecil Rama. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Hingga akhirnya Luna mempunyai perasaan kepada Rama. Begitu juga dengan Rama. Tapi,perasaan Rama seketika hilang saat melihat anak baru,Dewi. Saat it...
