"Kamu bener udah siap denger apa kata Dokter semalem,Lun?" Tanya Tika yang sedang berbicara serius pada Luna di ruang keluarga.
"Iya siap,Ma. Mama kenapa sih mukanya tegang banget."
Tika menarik nafas panjang dengan berat. Mau tak mau anaknya harus tahu tentang dirinya. Luna berhak tahu. Apapun risikonya Tika dan Luna akan jalankan. Papa Luna juga belum tahu tentang ini,karena Papanya pulang sebulan sekali,bulan depan baru Papanya akan pulang.
"Kata Dokter,kamu mengidap penyakit leukimia. Dan kamu lagi di stadium tiga menuju akhir."
Luna terkejut dengan pernyataan Tika. Luna menggeleng-gelengkan kepalanya,bahwa ia tidak percaya. Kenapa ini harus terjadi padanya. Menuju stadium akhir,lalu ia akan meninggal jika penyakitnya tidak sembuh. Ia tidak akan bisa melihat Rama,teman-teman tersayangnya. Ia juga tidak akan bisa tertawa bersama mereka,melakukan hal konyol lagi bersama mereka. Luna menangis. Tika lanjut berbicara lagi.
"Ini obat kamu,Lun. Mama baru tebus tadi sore. Kamu juga sebulan sekali harus kemo. Supaya kamu bisa sembuh sayang. Kamu yang sabar,ya. Mama akan selalu disini."
"Papa gi-gimana Ma? Apa Papa udah tau?"
"Nanti kalo Pap pulang,Mama akan bilang dan menjelaskan semuanya."
Pernyataan Tika pada Luna terus mengiang di otaknya. Ia masih belum percaya jika ia mengidap leukimia. Menuju stadium akhir. Stadium akhir. Akhir. Luna melamun di dalam mobil Rama,mereka sedang menuju rumah Dewi untuk menjemputnya.
"Lun,lo kenapa?" Tanya Rama yang melihat Luna melamun. Luna masih belum tersadar dari lamunannya. Rama mencoba untuk bertanya kembali. "Lun,lo kenapa?"
Luna pun tersadar. "Hah? Gak kok. Gak apa-apa."
Bohong. Rama tahu gerak-gerik Luna jika berbohong. Tapi,mungkin Luna belum siap untuk menceritakan masalahnya pada Rama. Mereka telah sampai di depan rumah Dewi. Dewi pun masuk dan duduk di samping Rama. Luna pindah ke belakang.
"Pagi,my princess," sapa Rama. Dewi pun pipinya bersemu merah.
"Apa sih,Ram. Malu ada Luna tau," jawabnya malu-malu.
Rama hanya terkekeh lalu mengacak-acak puncak kepala Dewi dan tersenyum. Luna masih melamun. Sekarang ia harus teratur minum obat-obattan yang mungkin jumlahnya hampir sepuluh dan meminumnya setiap hari. Harus kemo sebulan sekali.
Ya Tuhan,kenapa ini harus terjadi?,batinnya bertanya.
Mereka telah sampai di sekolah. Luna,Rama dan Dewi telah turun dari mobil. "Ram,Dew kalian duluan aja ya. Gue mau ke toilet dulu." Dan diangguki Rama.
Luna pergi menuju toilet. Disana ia mencuci mukanya. "Gak,Lun. Lo harus kuat. Gue yakin penyakit lo sembuh. Kuat Lun,kuat." Luna menyemangati dirinya sendiri. Saat ia ingin keluar dari toilet,ia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Mereka sama-sama mengaduh. Luna melihat siapa yang ia tabrak,rambutnya masih menghalangi wajahnya. Luna membantu orang itu. Rambutnya sudah tidak menutupi wajahnya. Betapa kagetnya Luna saat itu. Mereka sama-sama terkejut. Berharap ini tidak mimpi,Luna mencoba mencubit pipinya. Ternyata ini bukan mimpi. Ia langsung memeluk seerat mungkin orang yang ada di hadapannya ini.
"Ashley,lo apa kabar?" Tanya Luna. Ternyata,firasat Luna semalam benar-benar terjadi.
❤❤❤❤
Luna menghampiri teman-temannya yang sudah duduk di meja tempat biasa mereka duduki. "Guys,guys,gue ada berita baik."
"Apa?" Tanya Dio.
"Fan,lo udah putus dari Bunga kan? Belum cari pacar lagi kan?" Tanya Luna excited.
"Udah. Belum. Kenapa? Mau nyariin gue pacar?" Tanya Affan.
YOU ARE READING
LFS(1) - LDR
Teen FictionLoveFriendship Series (1) Luna adalah sahabat dari kecil Rama. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Hingga akhirnya Luna mempunyai perasaan kepada Rama. Begitu juga dengan Rama. Tapi,perasaan Rama seketika hilang saat melihat anak baru,Dewi. Saat it...
