Chapter 4

82 12 0
                                        

Saat ini Luna,Affan,Ezra,Erza,Bintang dan Dio sedang berkumpul di rumah pohon setelah pulang sekolah di dekat rumah Bintang. Sedangkan Rama sedang dalam perjalanan menuju kemari.

"Lun,lo ngapain ngomong kayak gitu sih kemarin di grup?" Tanya Affan.

"Ya gak apa-apa,masa iya gue harus bilang 'peka,Ram. Ada gue yang suka sama lo dari dulu' gitu sih. Kan gak lucu," jawab Luna. "Yang penting,kalian jaga rahasia ini dari Rama."

Semua mengangguk,mengiyakan perkataan Luna. Ezra ingin mengatakan sesuatu pada Luna. Tapi,terpotong karena Rama telah datang. Bersama seorang cewek,tunggu,sama siapa Rama? Cewek?

"Sorry,nih telat. Gue jemput bidadari dulu,hehe," cengir Rama. Luna kembali murung. Tidak. Ia tidak boleh terlihat sedih di depan Rama.

"Apa deh,Ram. Gak usah nge gembel," tukas Dewi sambil memukul lengan Rama. Lalu mengalihkan pandangannya kepada lima cowok dan satu cewek temannya Rama. Sepertinya,Dewi mengenali sosok cewek itu.

"Lo Luna kan? Yang kemarin di taman belakang sekolah sama Rama?" Tanya Dewi.

Luna mengangguk dan tersenyum. Dewi berkenalan dengan lima teman cowok Rama.

"Dewi." Dewi mengulurkan tangannya satu persatu ke lima cowok itu. "Affan ganteng."

"Gue Dio."

""Bintang."
"Erza yang gantengnya ngalahin Affan." Erza mendapat satu jitakan dari Affan,lalu tertawa.

"Ezra,kembaran Erza."
"Temen lo banyak juga ya,Ram. Kalian semua temen dari kecil atau gimana?" Tanya Dewi pada Rama.

"Kalo Affan,Dio,Erza,Ezra sama Bintang deket waktu SMP. Nah kalo ini-" Rama menghampiri Luna dan merangkulnya. "Baru temen gue dari kecil."

"Oh,gitu." Ada sesuatu yang mengganjal di hati Dewi. Apa Dewi cemburu? Tidak mungkin rasanya. Dewi baru saja mengenal Rama kemarin. Apa ini cinta pada pandangan pertama?

"Udah,Ram. Tar ada yang cemburu loh," ucap Erza. Hal unik Erza,bisa membaca pikiran siapapun,tak terkecuali Lilis. Teman-temannya pun pernah terkejut saat tahu Erza bisa membaca pikiran orang.

Shit. Erza tau lagi,batin Dewi menggigit bibir bawahnya.

Rama baru ingin mengucapkan sesuatu,tapi tertahan karena suara dering telponnya Affan. Affan pun mengangkatnya. "Halo,my baby honey Seli."

Affan langsung turun dari rumah pohon,untuk mengobrol dengan bonekanya. Dewi yang terlihat bingung pun menggerutu dalam hati,jadi mereka semua udah punya pacar. Apa Rama juga udah punya pacar ya?

Dewi melupakan satu hal. Erza membaca pikirannya lagi.

"Tadi itu salah satu bonekanya Affan. Affan itu player. Tapi,ada satu alasan yang bikin dia begitu," ucap Erza. "Kalo gue cukup satu,Lilis."

"Lilis? Lilis Nirmala?" Tanya Dewi kaget. Erza mengangguk. "Ohh,jadi yang sering diceritain dia itu lo." Dewi tertawa. Jadi ini orangnya,yang selalu diceritakan Lilis lewat telpon tengah malam,di sekolah dan dimana pun.

"Jadi,Lilis suka cerita tentang gue ke lo?" Tanya Erza tak percaya. Dewi mengangguk. "Kan,Yo,dia juga suka sama gue." Lanjut Erza pada Dio.

"Gak usah ge-er dulu bwank," ucap Dio dilebaykan.

"Alay,najis," seru Bintang. Dewi yang mendengar kembali tertawa.

"Oke,a little story about me. Gue cukup Bulan,anak XII IPA 3," ucap Bintang.

"Gue Febby,XII IPS 1,temen sekelas Rama. Cewek paling tomboy dan bangor di BinGar," ucap Dio.

"Cewek bangor? Gue baru denger," Dewi tak percaya.

LFS(1) - LDRWhere stories live. Discover now