Whats Wrong With Chanyeol?

Start from the beginning
                                    

Chanyeol berdehem, memutus kontak mata mereka. "Tentu saja, tapi kita harus tetap berlatih, bukan?" nada bicara Chanyeol berbeda. Tanpa menunggu jawaban Wendy, ia beranjak dari sofa. Merenggangkan otot kemudian berjalan menuju speaker.

"Oppa!"

"Hm?" Chanyeol menjawab sekadar, tanpa mau membagi perhatian pada Wendy. Ia masih sibuk mencari lagu yang harus mereka latih di dalam ponselnya.

"Kau ingin putus, ya?" akhirnya gerak tangan Chanyeol berhenti juga. Ia menghela napas berat kemudian berbalik, menatap Wendy yang berdiri cukup jauh darinya.

"Apa yang kau bicarakan?"

Wendy menggigit bibir bagian bawahnya sejenak. Menahan kedua mata memanasnya mati – matian. "Kalau memang ingin berpisah, bilang saja. Tidak usah menghindar dan membuatku bingung seperti ini. Langsung saja katakan."

"Apa maksudmu?"

Telapak tangan Wendy mengepal tanpa sadar. Melihat Chanyeol yang masih betah berdiri jauh darinya membuat spekulasinya menguat. "Aku tidak tahu salahku apa, tapi tiba – tiba kau menghindar, tidak pernah menghubungiku, bahkan mengabaikan pesan dan teleponku. Kalau oppa melakukan ini hanya demi membuatku jerah sendiri dan akhirnya meminta berpisah padamu terlebih dahulu, hentikan saja. Lebih baik kau katakan dengan gamblang." Kedua mata Wendy memerah. Pandangannya kabur oleh air mata.

Chanyeol menyerah. Ia menggerakkan kaki panjangnya menghampiri Wendy hanya bermodalkan sedikit langkah. Ibu jarinya menghapus air mata Wendy, sungguh, ia tidak ada niat untuk membuat Wendy menangis. "Hentikan omong kosongmu. Siapa bilang aku ingin kita berpisah, huh?"

Kelopak mata Wendy berkedip seperti anak kecil. Dahinya mengernyit, "Lalu apa lagi alasan oppa berubah? Apa aku punya salah?"

Chanyeol menggeleng tanpa ekspresi. "Kau tidak salah."

"Lantas?"

"Kim Jongdae menyukaimu."

"Apa?"

"Saat kami menunggu pesawat delay di bandara, Baekhyun memulai game truth or dare. Jongdae hyeong yang dapat giliran memilih truth, ditanya siapa gadis yang ia sukai saat ini, ia pilih kau. Son Wendy. Katanya ia sudah menyukaimu sejak kalian melakukan duet bersama ketika SMTOWN concert." Chanyeol menjelaskan tanpa ekspresi; atau Wendy yang tidak bisa menebak ekspresi apa yang sedang Chanyeol tampakkan saat ini.

Wendy diam. Meresapi penjelasan Chanyeol pelan – pelan. Setelah dipikir ulang, memang apa hubungan ini semua dengan 'menjauh'-nya Chanyeol? Ya, baiklah, Jongdae memang menyukainya-dan sungguh, tadi ia sempat tak bisa mengontrol ekspresi terkejutnya-. Lalu kenapa kalau pria bersuara emas itu menyukainya? Apa hal itu yang jadi alasan Chanyeol menjauh?

"Jadi, karena itu kau menghindariku?"

Chanyeol membuang napas kasar, Ia menggaruk tengkuk sambil menatap Wendy tak enak. "Mungkin? Kau tahu kan, rasanya begitu aneh. Apalagi Jongdae tak henti – hentinya memujimu jika sedang di dorm. Mood-ku selalu hancur setelah mendengarnya."

"Hei," Wendy menggenggam pergelangan tangan Chanyeol, menariknya sedikit agar pria tiang itu mau menatapnya. "Chen oppa mungkin hanya sementara menyukaiku. Kurasa itu bukanlah perasaan serius, karena pria itu tidak ada gelagat mencoba mendekatiku sama sekali. Ya, kau tahu kan, jujur saja waktu itu aku juga sempat menyukainya. Tapi hanya sebatas karena dia baik, punya suara keren, dan juga ramah. Kurasa waktu itu aku menyukainya seperti kakakku sendiri."

Alis Chanyeol terangkat. Untuk kenyataan yang satu ini, ia tidak tahu sama sekali. "Jadi, kau juga pernah menyukainya?" pria itu bertanya seperti bocah, membuat tawa kecil Wendy keluar tak bisa di tahan.

"Ya, tapi hanya sebatas menyukainya. Tidak seperti mencintai seperti apa yang kurasakan padamu." Wajah Chanyeol mendidih, Wendy tidak pernah mengatakan kalimat picisan seperti ini sebelumnya. "Jadi, mungkin perasaan Chen oppa bisa berubah seiring berjalannya waktu."

"Tapi kan, Jongdae hyeong orang yang sangat baik padaku. Jadi bagaimana pun rasanya begitu..., aneh."

"Okay," Wendy mengangguk – angguk mengerti, ia melepas genggamannya dari tangan Chanyeol. "Apa lebih baik aku berkencan bersama Chen oppa saja? Ya, hitung – hitung biar kau le—"

"NO!" Chanyeol menyentak pelan, ia menggeleng kuat. "Itu tidak akan terjadi. Kita tidak akan berpisah! Mendengar kata itu dari mulutmu tadi saja membuatku merinding, apalagi jika benar – benar kejadian."

Dalam diam Wendy mengulum senyum. Sikap Chanyeol saat ini membuatnya sangat gemas. "Jadi? Kau akan menghindariku lagi?"

Bibir Chanyeol bungkam. Ia menatap Wendy tepat pada kedua iris gadis itu penuh penyesalan. Dua minggu ini dengan bodoh ia menahan diri untuk tidak bertemu kekasihnya itu setelah berpisah cukup lama. Membuang sia – sia waktu libur tiga harinya hanya untuk berbaring di atas kasur dorm sambil tersiksa sendiri. Ia akui, ia bodoh dan kurang dewasa.

"Maafkan aku." Chanyeol berucap, ia terdengar sangat menyesal. "Seharusnya aku tidak melakukan itu. Padahal si bocah Sehun itu sudah memberi tahuku berkali – kali, tapi aku tuli." Chanyeol meraih dua telapak tangan Wendy, menggenggam keduanya. "Sekali lagi, maaf."

Wendy menghela napas panjang, tersenyum manis lalu melepas genggaman Chanyeol. Beralih memeluk tubuh tegap pria itu yang-pasti- lebih tinggi jauh darinya itu, butuh bantuan tangan Chanyeol yang harus sedikit mengangkat pinggang gadis itu agar ia bisa memeluk dengna leluasa. "Permintaan maaf diterima." Wendy berbisik. Chanyeol semakin melebarkan senyum, menarik erat tubuh kekasihnya kemudian menciumi puncak kepala gadis itu berkali – kali. Sungguh, ia merindukan gadis ini. Sangat.

KLEK

Mendengar suara pintu terbuka; ditambah decitan, membuat mereka sontak melepas diri panik. Wendy berjalan ke arah sofa sementara Chanyeol menghampiri ponselnya yang berada di atas meja bersama sound speaker. Seorang staff SM yang baru saja membuka pintu menaikkan alis curiga, ia menatap Wendy dan Chanyeol bergantian. Raut mereka seperti anak yang ketahuan hampir berciuman di depan orang tuanya.

Staff bertubuh gemuk itu berdehem, mencoba mengusir segala kecurigaannya. "Koreografer akan segera datang kesini. Dan juga, dua pengisi acara lain. Rap monster dan Yoon Mirae jadi datang kesini lima belas menit lagi. Kalian siap – siaplah, a—aku akan membiarkan pintu terbuka." Dengan canggung staff itu membuka lebar – lebar pintu ruang latihan.

Wendy tersenyum ramah pada staff itu sebelum membungkuk sopan sambil berucap terima kasih. Ia mengulum bibir frustasi setelah-akhirnya- staff itu pergi juga. Bola matanya melirik ke arah Chanyeol yang sedang menahan tawa, Wendy mendesis kesal melihat wajah jahil; yang sangat menyebalkan milik kekasihnya itu.

Tatap mereka bertemu, sebelum derap langkah koreografer terdengar memasuki ruangan, ia sempat berucap tanpa suara 'Nanti kita lanjutkan di sungai han.'



FIN

MOMENTSWhere stories live. Discover now