🍁 E N A M 🍁

Start from the beginning
                                    

Dengan cepat Kinzy langsung berlalu menuju lemari untuk mengambil jeans  dan sweeternya. Setelah itu berlari ke kamar mandi dan menukar pakaiannya dengan cara kilat.

Tak sampai lima menit Kinzy sudah selesai. Kinzy mengambil sepatu convers hitamnya dan memakainya. Ketika hendak mengikatnya,

"Gue aja, lo rapihin rambut lo aja." Ucap Arthur sambil jongkok untuk mengikat tali sepatu Kinzy. Kinzy yang awalnya sempat tak percaya, langsung merapihkan rambutnya yang sedikit kusut.

Setelah selesai, Kinzy mengambil tas selempangnya dan mereka keluar dari kamar.

***

"Zy, lo kok bisa ikut?" Tanya Vanya-pacar Ravel-. "Padahal tadi gue mau nemenin lo di apartemen."

Kinzy hanya membalasnya dengan poutan pada mulutnya. "Debat dulu sama Arthur."

"Oh... gak heran sih." Lalu Vanya tertawa.

Kinzy dan Vanya. Mereka memang tidak satu geng yang kemana-mana selalu sama. Tapi mereka cukup dekat karena pernah satu ekskul sewaktu kelas sebelas.

Kinzy saat ini sedang berada didalam mobil delapan bersahabat itu karena Arthur tidak memperbolehkan Kinzy ikut bersamanya yang mengendarai motor.

Jadilah Arthur naik motornya sendiri dan membonceng Dero. Didalam mobil ada Kinzy, Vanya, Liara dan empat orang teman Arthur. Sedangkan empat lagi-termasuk Arthur-naik motor.

Tak berapa lama, mobil pun berhenti disebuah jalanan yang jauh dari pusat kota. Disana orang sangat ramai.

Kinzy dapat melihat bahwa ini adalah arena balapan dan pergaulan dari kumpulan orang yang berada disini bisa disebut nakal.

Pintu dimobil terbuka. Arthur yang membuka. Liara keluar terlebih dahulu, lalu Kinzy, setelah itu Vanya. Kinzy berada ditengah karena permintaan Arthur. Ia takut jika sewaktu-waktu musuh mereka nekat memecahkan kaca jendela mobil dan melukai Kinzy.

Arthur menarik tangan Kinzy pelan agar mendekat kearahnya. Setelah Kinzy berada didepannya, Arthur mengeluarkan masker hitam dari saku jaketnya.

"Nih pake, nanti mereka pada ngenalin muka lo. Dan kalo gue menang, bisa aja mereka ngelabrak lo di tempat lain." Arthur memberikan masker itu pada Kinzy.

"Menang gimana? Jan bilang kalo lo ikut balapan? Tadi 'kan lo ceritanya nyelesain masalah. Lo balapan malah nambah masalah, Arthur."

"Pake dulu maskernya." Kinzy memakainya. "Gue balapan lawan musuh gue. Dan kalo gue menang, masalah kita clear."

"Tapi musuh lo nanti pasti coba ngalahin elo!"

"Yaiyalah, orang lomba. Pasti coba menang dan ngalahin musuh." Arthur masih sempat terkekeh.

"Bukan, maksud gue. Bisa jadi dia nanti curang biar menang." Wajah Kinzy khawatir.

"Nggak, gue ntar pasti selamat dan menang. Gue pergi, lo jangan pisah sama mereka, ya." Arthur mengusap kepala Kinzy dan mengecup dahi Kinzy sekilas setelah itu berlalu bersama Dero, Azka, Juan, dan Gara.

***

Deru suara motor yang digas habis-saling bersahutan. Yang satu motor Arthur dan satu lagi motor Paul.

"THREE, TWO,---"

DORR!!!

BRUMMM!!!

"Arthur..." Lirih Kinzy sambil menatap khawatir ke arah Arthur yang sudah mulai hilang seiring dengan laju motornya yang terus dipacu.

"Aelah, dulu aja lo berdua berantem mulu. Sekarang mah pisah dikit mewek." Ucap Liara sambil mengusap punggung Kinzy.

"Ntar Arthur kecelakaan terus mati, gue belum siap jadi janda muda!" Balas Kinzy kesal.

Bad Boy Is A Good Papa [END]Where stories live. Discover now