4. Keterkejutan aila

808 26 1
                                    

"Lo barusan ngomong apaan pink?" tanya aila, lalu menatapku.

"Ah tidak, gue gak ngomong apa-apa kok ai, ayo buruan ke kelas, uda mau bel tuh," ucapku sambil menarik tangan aila. Lama-lama di tempat ini aku takut gak bisa ngontrol perasaanku, batinku.

Sampai di kelas aku langsung menuju tempat dudukku. Aku masih bingung kenapa bisa bertemu dia disini, tapi disisi lain aku senang dia satu sekolah sama aku. Apa aku jujur aja sama aila. Aku pengen cerita kalau murid baru itu vilio, "ah ya gue bakal kasih tau aila nanti." gumamku dalam hati.

Suara bel pun menyadarkanku dari lamunan panjangku. Tak lama bu anita si guru killer pun memasuki ruangan.
"Sekarang kalian kumpulkan tugas fisika yang saya suruh! Bagi yang tidak mengerjakan harap maju kedepan!!" ucapnya memandangi seluruh siswa.

Aku dan aila pun memberikan tugas kami pada ketua kelas. Untung saja aku gak lupa tugas fisika itu, kalau tidak kan bisa gawat.

Aku kembali memikirkannya, aku tidak bisa berkonsentrasi kali ini, pikiran ku melayang kemana-mana. "Arrrrghhh!!!" gumamku frustasi.

"Lo kenapa pink? Kacau banget muka lo," katanya yang kemudian melirikku tajam.

"Gapapa kok ai, cuma lagi gak mood aja sama pelajarannya bu anita, bosenin." jawabku terpaksa berbohong.

"PINKKKK! AILAAAA! JANGAN BERISIK KALIAN DISITU ATAU LEBIH BAIK KALIAN KELUAR SAJAAA!!!" teriak bu anita kepada kami. Sontak kami pun kaget karna teriakannya.

"Maaf bu maaf, tadi saya hanya bertanya pada pink karna ada yang tidak saya mengerti." kata aila gugup sambil melirik ke arahku. Aku juga tak kalah gugup seperti aila.

"Buat kalian semua, kalau tidak mengerti tanya ke sayaa!! Disini saya gurunya!! Paham kalian?" kata bu anita marah.

"Pahamm bu," jawab semua siswa berbarengan.

Tak lama bel istirahat pun tiba. Aku segera membawa aila ke kantin. Tiba-tiba, "pink, pink!! Tuh kakak kelas ganteng tadi ke kantin bareng cewek, gilaa cepat banget lakunya yakk." aila terheran-heran menatap kedua pasangan itu.

Aku mengikuti arah pandangan aila. Deg! Kenapa ini. Rasanya aku ingin marah melihatnya bersama gadis itu. Apa-apaan sih aku ini, aku kan bukan siapa-siapa nya dia. Terserah dialah mau bareng siapa aja. Tapi kenapa rasanya sakit. Memang gini ya resiko mencintai seseorang diam-diam, hatiku seperti remuk seketika.

"Ai, ada yang mau gue bicarain ke lo, tapi jangan disini ya, kita ke taman belakang sekolah aja." ucapku pada aila, otomatis muka aila mendadak bingung.

"Yaudah ayo buruan, gue kepo nih." aila menarik-narik tanganku tidak sabaran.

Kami pun berjalan menuju taman belakang sekolah, lalu duduk di kursi yang ada disitu.
"Pink lo mau ngomong apaan sih?" aila mulai kepo.

"Ai, sebenarnya murid baru itu cowok tampan yang gue suka dari dulu, yang pernah gue ceritain ke elo itu, vilio fandika." ucapku, lalu menghembuskan nafas kasar.

Aila masik syok dengan pengakuan pink yang sangat tiba-tiba ini. Seakan-akan bibirnya kaku untuk berucap kata-kata.

"Ai, gue tau lo terkejut kan? Gue juga gak nyangka dia bisa sekolah disini, ini terlalu mendadak ai buat hati gue, apalagi rasanya sungguh sakit melihatnya bersama gadis lain di kantin tadi, gue iri ai, bahkan gue yang uda lama banget kenal dia tapi gak bisa dekat kayak gitu," aku menundukkan kepalaku, ku yakin sebentar lagi pasti air itu menetes. Dan yah, benar dugaan ku, aku menangis.

Melihat pink menangis, aila langsung tersadar dari keterkejutannya. Ia pun memeluk pink dan mengusap-ngusap kepala nya.

"Uda pink jangan sedih dong, lagian marah juga bukan hak lo kan, memang gini resiko orang yang mencintai sendirian, lo kan gadis kuat, masa baru gitu aja uda mewekk sihh! Senyum dong. Mungkin aja mereka cuma makan bareng, kan belom tentu dia itu pacarnya vilio." aila mencoba menenangkanku. Jika di cerna-cerna, apa kata aila itu benar juga, ini memang uda resiko buatku, lagian aku siapanya vilio? Bukan siapa-siapanya juga! gak ada hak ku buat ngelarang dia mau dekat sama siapa aja.

Kamu Yang KusukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang