21. Kembali Dekat

575 21 0
                                    

Seusai mata pelajaran, Pink dan Aila pergi ke pepustakaan. Pelajaran hari ini sungguh menguras otak mereka. Mulai hari ini mereka harus belajar ekstra karna minggu depan sudah mulai US.

"Pink, liburan nanti lo mau kemana?" tanya Aila.

"Belum ada rencana kemana-mana sih, lagian mama juga sibuk ngurus perusahaan, gak ada waktu buat jalan-jalan sama gue," ucap ku sedih. Aku kembali membaca buku yang ku baca.

"Lo mau gak ikut liburan bareng gue? Gue di kasih voucher gratis ke pantai sama kakak gue, voucher nya ada 2, gue kasih ke lo deh 1, lagian gue juga bingung mau pergi sama siapa, bonyok gue juga sibuk, kakak gue juga masih ngerjain skripsi nya, mau yah?" ku lihat mata Aila berbinar-binar.

"Tapi gue pengen liburan di Bogor Ai, keluarga gue punya villa disana, lo kalo kesana gak nyesel deh Ai, pemandangan nya bagus, udara nya juga dingin dan sejuk banget, kalo ke pantai kan uda biasa Ai, lagian yang di liat cuma air mulu, kita ke villa gue aja ya? Eh tapi kan liburan masih agak lama, ujian aja belum." ucapku.

"Ya tapi kan gak salah kalo mikirin mau liburan kemana nya sekarang." Aila cengengesan.

"Ya sih, pokonya kita liburan di villa gue aja ya, masa lo tega sih biarin gue liburan sendiri disana." aku memasang wajah sedih agar Aila merasa tak tega.

"Iya deh, gue ikut lo." Aila mulai nyerah.

"Makasih Aila sayang," kataku senang. Aku langsung memeluk Aila. Yes, aku berhasil bujuk Aila.

Saat berpelukan dengan Aila aku melihat kak Lio duduk sendiri sambil membaca sebuah buku. Aku melepaskan pelukan ku dan menatap Aila lekat-lekat.

"Ai, liat deh ada kak Lio?" aku menunjuk ke arah dimana kak Lio duduk.

"Uda samperin aja sonoo, dari pada di liatin dari sini," kata Aila. Ia mendorong-dorong tubuh ku.

"Gue takut Ai, kalo dia marah-marah gimana?" tanyaku.

"Dari pada lo nebak-nebak gak jelas gini, mending lo coba aja dekatin, uda sana pergi, hus.. Huss.. Husss.." usir Aila.

Aku beranjak dari tempat ku lalu mendekati nya. Tapi ia terlalu sibuk dengan buku nya, sampai kehadiran ku pun tak di rasakan nya.

"Hay kak," aku mencoba menyapa nya.

Hening

Hening

Hening

"Kak..." aku tetap menyapa nya tapi ia haya diam.

"Apa?!" kata nya ketus.

"Gue boleh duduk disini kan kak?" tanyaku hati-hati.

"Tinggal duduk aja apa susah nya sih, lagian ini bukan bangku milik gue kok, suka-suka lo mau duduk dimana aja," bales nya ketus dan memasang wajah dingin nya.

"Baru juga nanyak gitu langsung sewot, sensi banget sih lagian kan gak salah gue bertanya, kok bisa sih dia jadi dingin begini" gerutu ku kesal dan cukup kuat. Ntah lah mungkin dia bisa mendengar nya, tapi aku gak perduli, dulu dia baik tapi sekarang kenapa jadi nyebelin gini ya. Tersadar dari perkataan ku tadi, sontak aku menutup mulut ku dan melihat nya sudah memasang ekspresi datar dan dingin dengan mata sedikit terbelalak. Firasat ku mulai buruk.

"Lo ngatain gue?!" dia memajukan wajah nya ke arah ku, kini wajah kami hanya berjarak beberapa centi.

Jantung ku berdegup kencang, posisi seperti ini membuat ku gugup, bisa ku lihat wajah tampan nya dengan jelas, bisa ku rasakan deruh nafas nya, dan bisa ku cium harum tubuh nya. Astaga mata ku tak henti-henti menatap wajah nya.

"Uda puas liatin wajah gue? Atau mau coba diraba?" dia mengeluarkan smirk evil dan makin mendekat kan wajah nya.

"Oh astagaa jantung gue bisa copot nih kalo gini caranya, Aila tolongggg gueee..." ucapku tanpa sadar dan terus menatap matanya.

"Bhahahahahahahaaa... Sumpah lo lucu banget," ucapnya lalu ketawa-ketawa gak jelas. Kemudian menjauh kan wajah nya dari wajah ku.

"Kakak kok ketawa? Kakak aneh," ucapku polos.

"Gue aneh? lo tuh yang aneh." setelah mengucapkan itu dia pergi meninggalkan ku.

"Aneh nya gue dimana?" ucapku dalam hati. Aku terus memikirkan perkataan nya dan terus membayang kan wajah plong nya saat tertawa lepas tadi. Baru kali ini aku lihat kamu ketawa bahagia gitu kak.

***

Aku menunggu jemputan tapi tak kunjung datang. Alhasil aku mondar-mandir gak jelas kaya setrikaan.

Brumm... Brummm...

Tiba-tiba saja suara motor yang ntah punya siapa itu menghentikan kegiatan mondar-mandir ku. Aku melihat ke arah motor yang berhenti didepan ku itu ternyata dia kak Lio. Mau apa ya?

"Lo gak pulang?" tanya nya.

"Lagi nunggu jemputan kak," balesku.

"Oh yaudah gue balik dulu ya," dia pun mulai menghidupkan motor nya lalu pergi gitu aja.

Sebelum motor nya jauh aku sempat berteriak kesal.

"DASAR COWOK PELITTTTT!!! BUAT APA NANYA-NANYA KALO GAK MAU NAWARIN TUMPANGAN! HUH DASAR PELITT!!!" teriak ku sekencang-kencang nya.

Ku lihat motor nya berhenti lalu ia memutar balik motor nya dan kembali menuju ke arah ku.

Tersadar karna teriakan ku tadi, aku langsung menutup mulut ku, aduhh mati deh gue, kenapa sih mulut ini suka banget keceplosan, marah deh kak Lio, gue takutt, batinku.

Brummmmm...

Motor kak Lio kini sudah berhenti tepat di depanku, dia turun dari motor nya. Saat ia ingin membuka helm nya, aku mengambil ancang-ancang untuk kabur, namun gerakan ku terbaca dan aku kalah cepat dari kak Lio. Saat aku ingin berlari, kak Lio berhasil mencekal tangan kiri ku, sontak aku membalikkan badan dan mengeluarkan cengiran ku.

"Mau kemana lo? Mau kabur setelah ngata-ngatain gue, heh?" tanya nya. Dia kembali mengeluarkan smirk evil nya dan itu membuat ku bergidik ngeri.

"Eh itu kak, gak kabur kok enggak." ucapku gelagepan.

"Ikut gue," ucapnya sambil menarik tangan ku menuju motor nya.

"Naikk!!" perintah nya.

Aku naik ke atas motor nya, aku bingung mau pegangan atau tidak, duh rasa nya canggung sekali.

"Pegangan atau lo mau jatuh?! Gue mau ngebut ini!" kata nya.

"Eh iyaaaa kakk.." ucapku.

Sepanjang perjalanan aku memeluk kak Lio, duh jantung ku berdetak sangat kencang, bisa ku rasakan harum tubuh nya yang maskulin itu, sungguh sangat nyaman berada di dekat nya. Tak sadar aku semakin mengeratkan pelukan ku.

"Jangan ambil-ambil kesempatan lo," kata nya.

Baru saja aku merasa nyaman memeluk nya, tetapi ketika mendengar ucapan nya, mood ku yang tadi nya lagi baik kini memburuk. Siapa juga yang mengambil kesempatan, huh! Harus nya kan kak Lio senang gue peluk-peluk, batinku.

Aku mengendurkan pelukan ku, tapi saat itu juga kak Lio makin ngebut ngendarai motor nya, karna takut jatuh aku mengeratkan kembali pelukan ku. Aelah dasar modus, pikirku.

Tak terasa aku kembali dekat dengan nya, mungkin ini awal yang baik untukku, aku berharap bisa terus seperti ini, aku akan buat kakak menyukai ku, aku akan berusaha semampu ku.

****

Kamu Yang KusukaWhere stories live. Discover now