13. I want To Go on My Honeymoon

14.9K 1.5K 346
                                    

Seokmin duduk di depan toilet dengan menangis tersedu. Mata sipitnya mengabsen setiap kontak yang ada di ponselnya. Sesekali tangannya terangkat untuk menyeka air yang keluar dari hidungnya. Membuat air bertekstur kental itu menjalar ke pipinya.

"E-Eomma ... E-Eomma," ucapnya disela isak tangisnya.

"Ada apa Seokmin-ah? Ada apa denganmu, Nak?" tanya suara seorang wanita yang berasal dari ponselnya. Suara wanita itu tampak begitu cemas.

"E-Eomma ... A-Aku ... aku minta maaf Eomma. Maafkan semua kesalahanku Eomma," racaunya terbata tanpa mampu menghentikan tangisannya.

"Sebenarnya apa yang—"

"Maafkan aku Eomma," ucap Seokmin lagi memutus kalimat sang ibu.

"Iya ... iya ... eomma memaafkanmu, Nak. Tapi ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis seperti ini?" Seokmin masih belum bisa menjawab pertanyaan itu. Ia tidak sanggup mengatakan akan dibunuh oleh atasannya sendiri. Membuat pemuda berhidung mancung itu semakin menangis tersedu.

"Katakan pada appa, aku minta maaf. Eomma, appa, aku menyayangi kalian berdua."

Tidak mampu mendengar lebih lanjut ke khawatiran dari ibunya, Seokmin langsung memutus sambungan itu begitu saja. Dan lagi-lagi tangannya menyeka air dari hidungnya yang semakin deras.

"Noona ... m-maafkan aku. Maafkan aku Noona." Seokmin kembali menghubungi salah satu kontak di ponselnya.

"Hoam ... apa yang kau katakan, hah? Kau mengganggu tidurku?" keluh suara dari seberang sana.

"Beberapa hari yang lalu aku yang memakan semua cake chocolate di lemari pendingin Noona saat aku berkunjung. Maafkan aku Noona." Masih dengan isakan yang memilukan itu, Seokmin kembali meminta maaf. Membuat wanita di sana langsung membulatkan mata kantuknya.

"Jadi kau yang melakukannya anak nakal? Apa kau tidak tahu aku menyiapkannya untuk kekasihku? Karena ulahmu aku diputuskan oleh kekasihku. Kau harus menggantinya. Aku tidak mau tahu. Dan kau harus carikan kekasih baru untukku," pekik wanita itu emosi. Membuat Seokmin semakin menangis tersedu.

"Noona, bagaimana bisa aku mencarikan kekasih untukmu kalau aku saja tidak bisa mencari nyawa cadangan untukku? Aku akan mencarikan malaikat penjaga neraka untuk Noona," ucapnya sebelum mematikan sambungan itu secara sepihak.

Seolah belum cukup mengucapkan permintaan maafnya, Seokmin kembali mendial salah satu nomor. Menempelkan di telinga seperti yang telah ia lakukan sebelumnya.

"S-Soonyoung-ah, cepat bayar semua hutang-hutangmu!"

"Heh? Kau gila? Hutangmu padaku lebih banyak kalau kau lupa," sungut Soonyoung tak terima.

"Aku tidak bisa membayar semua hutangku. Maafkan aku Soonyoung-ah. Tapi kau harus membayar hutangmu. Berikan saja pada eomma atau appa-ku."

Entah untuk ke berapa kali Seokmin memutuskan sambungan secara sepihak. Ia sudah yakin menghubungi semua nomor yang ada di kontaknya. Tinggal menunggu Mingyu mengambil nyawanya.

Tangisnya terhenti saat ponselnya bergetar. Bahkan nafasnya tertahan beberapa saat mengetahui ada sebuah notifikasi dari atasannya. Untuk pertama kalinya, pesan Mingyu untuknya terasa begitu menakutkan.

"Apa Mingyu sudah menemukan tempat untuk membunuhku? Atau dia ingin aku datang ke tempat itu? atau jangan-jangan Mingyu ingin menunjukkan alat yang akan digunakan untuk membunuhku," batin Seokmin cemas.

Tangannya gemetar hanya untuk membuka pesan itu. Sebuah pesan yang ia yakini adalah pesan bergambar. Sesekali ia sesenggukan karena tangisan hebatnya beberapa saat lalu.

The WinnerDove le storie prendono vita. Scoprilo ora