10. Severely Defeated

13K 1.3K 114
                                    

Di bawah derasnya guyuran shower, Wonwoo meringkuk. Menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang ditekuk. Mengabaikan air dingin yang terus membasahi tubuh polosnya. Kedua tangannya terkepal erat. Mata tajamnya tertutup dan terus menggigiti bibir bawahnya. Erangan berulang kali lolos dari bibir merahnya.

Ia mengutuk dirinya sendiri. Malu pada dirinya sendiri yang telah mendesah di bawah Mingyu. Karena laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, membuat desahan yang ia tahan terlepas.

"Bodoh ... memalukan ... bodoh ... memalukan ...."

Sudah hampir satu jam ia terus merutuk di bawah guyuran shower. Mengabaikan tubuhnya yang mulai menggigil. Dan tidak memedulikan andaikan ia demam karena ulahnya sendiri. Yang ia ingin lakukan adalah merutuki kebodohannya.

"Ini bukan salahku. Ini salah laki-laki sialan itu." Ia memaki tertahan. Mencoba membela diri dengan menyalahkan sang suami.

Wonwoo sudah berusaha menahan desahannya. Saat Mingyu menjamah tubuhnya, menjelajahi tubuhnya dengan tangan dan bibir, Wonwoo tetap mengatupkan bibirnya rapat. Menolak mendesah seperti yang Mingyu inginkan.

Tapi ia tidak tahu suaminya sebrengsek itu. Saat sudah membuatnya melayang dengan sentuhannya, Mingyu justru mempermainkannya. Menghentikan pergerakannya saat Wonwoo hampir mencapai puncak.

"Mendesahlah! Kau harus mendesahkan namaku."

Saat itu Wonwoo menggeleng. Meski hasratnya menginginkan lebih dan lebih, tapi akal sehatnya masih berjalan. Ia tidak ingin melakukan hal memalukan dengan mendesah. Ia bertekad untuk mengunci bibirnya.

Seolah tidak ingin menyerah, Mingyu kembali menyentuh tubuhnya. Menyentuh setiap titik kelemahannya. Menubruk kuat titik kenikmatannya berulang kali. Dan saat ia akan mencapai puncaknya, Mingyu menghentikan pergerakannya. Tersenyum miring dan memandangi wajahnya yang sudah lemah. Memasang senyum kemenangan seolah percaya Wonwoo akan menyerah.

Setelah beberapa kali mempertahankan desahannya, akhirnya Wonwoo kalah. Seolah akal sehatnya tidak berfungsi, ia mendesah. Mendesah kenikmatan dan mendesahkan nama Mingyu. Bahkan ia tidak sadar suara yang terdengar menjijikkan baginya itu keluar dari bibir tipisnya. Yang ia tahu, ia telah kalah saat ini. Kalah dari permainan gila suaminya sendiri.

"Kim Mingyu sialan. Benar-benar makhluk sialan."

#-#-#

Wonwoo kembali meringkuk setelah menyelesaikan mandinya. Tidak berniat memasakkan sarapan untuk Mingyu seperti biasa. Dan juga tidak berniat menatap wajah sang suami. Ia hanya kembali bergelung dengan selimut tebalnya setelah membersihkan kamarnya.

Kedua tangan dibalik selimut tebal itu terkepal erat. Meski matanya terpejam, ia tahu Mingyu berada di kamar. Memakai pakaian kerjanya setelah mandi di kamar mandi lainnya.

Ia baru bisa menghembuskan nafasnya lega saat Mingyu beranjak ke kantor. Tidak menyapa atau memprotes dirinya yang kembali tidur.

Tangan kurusnya meraih ponsel yang ia simpan di bawah bantal. Mendial salah satu nomor yang sudah ia hafal. Tanpa membutuhkan waktu lama, terdengar suara tidak asing dari seberang sana.

"Ada apa?" terdengar suara khas orang bangun tidur. Tanpa bertanya, ia tahu sahabatnya belum sepenuhnya membuka mata.

"Kau tidak ada kegiatan?"

"Tidak sebelum jam empat sore."

"Temani aku mencari pekerjaan."

"Tidak biasanya. Apa terjadi sesuatu? Biasanya kau mencarinya sendiri tanpa minta bantuanku."

The WinnerWhere stories live. Discover now