12. Let Me Help You

9.1K 1.1K 155
                                    

Seokmin berdiri di lorong hotel tanpa melakukan apapun. Wajahnya tampak memucat. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia begitu sulit untuk menelan salivanya. Mingyu memang atasan sekaligus sahabatnya. Namun justru karena itu yang membuatnya tahu Mingyu tidak bercanda dengan ucapannya.

"Apa aku benar-benar mati malam ini?" batinnya cemas.

Seokmin sudah mencoba melakukan apa yang Mingyu inginkan. Tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia tidak tahu bagaimana mencari keberadaa Wonwoo di hotel semewah ini. Apalagi hotel dengan kamar mencapai ribuan.

Di hotel mewah, semua informasi pengunjung dijaga sangat ketat. Bahkan ia yakin aparat kepolisian tidak mudah untuk menerobos ke dalamnya. Apalagi ia yang tidak memiliki kuasa apapun.

"Kalau aku mendobrak setiap kamar, sepertinya aku akan dipenjara sebelum menemukan Wonwoo," ratap Seokmin. Ia mengacak rambutnya frustasi. Sama sekali tidak terpikir jalan keluar untuk menyelamatkan nyawanya.

Sedangkan di tempat lain, Mingyu keluar dari mobilnya dengan tergesa. Ia berlari di lobi hotel yang menarik perhatian pengunjung. Namun tidak ada yang ia pikirkan selain keberadaan Wonwoo.

Sebelum menekan tombol lift, Mingyu merogoh ponsel dari saku jasnya. Namun ia tertegun dengan tindakannya sendiri. Melihat ponsel mengingatkannya dengan ponsel milik Wonwoo. Ia baru teringat pernah mengaktifkan GPS di ponsel milik Wonwoo.

Dan dengan tidak sabaran, ia melacak keberadaan Wonwoo melalui ponselnya. Dahinya berkerut karena Wonwoo tidak lagi berada dalam hotel.

"Di taman?" gumam Mingyu bingung. Namun CEO muda itu langsung menuju taman. Ia hanya perlu menanyakan alasan keberadaan pemuda pucat itu setelah bertemu nanti.

Pemuda tampan itu berlari dan mengabaikan nafasnya yang memburu. Pakaiannya yang begitu rapi berubah menjadi acak-acakan. Bahkan rambutnya yang tertata rapi sudah tidak beraturan.

Di taman yang sepi pengunjung itu, Mingyu tidak menemukan keberadaan Wonwoo. Membuatnya harus kembali berlari mengelilingi taman.

"Sial." Lagi-lagi Mingyu mengumpat. Ia juga tidak bisa berpikir jernih dalam keadaan seperti ini. Yang ia pikirkan, hanya secepat mungkin menemukan Wonwoo.

Kepalanya ia gelengkan berulang kali. Bayangan yang tidak diharapkan lagi-lagi muncul tanpa izinnya. Membuat CEO muda itu menggeram marah dalam pencariannya.

Saat tengah menetralkan nafasnya, Mingyu melihat seseorang yang meringkuk di bawah pohon. Matanya menyipit untuk menajamkan penglihatannya. Meski minim pencahayaan, ia bisa mengenal orang itu adalah Wonwoo. Tanpa menundanya, ia langsung berlari mendekat.

"Wonwoo," serunya.

"Jangan mendekat!"

Mingyu terkejut mendengar bentakan itu. Untuk pertama kalinya ia mendegar Wonwoo mengeluarkan nada setinggi itu. Namun tidak ada alasan untuknya tetap menjauh. Ia justru semakin mengikis jarak mereka.

"Wonwoo," ulangnya sekali lagi.

"Siapapun kau, aku mohon jangan dekati aku. Jangan sentuh aku," teriaknya sekali lagi.

Mingyu menulikan pendengarannya. Bahkan ia sudah jongkok tepat di depan Wonwoo.

"Ini aku, Mingyu." Pemuda tampan itu berucap lembut, membuat Wonwoo mengangkat wajahnya perlahan.

"Kau tidak apa-apa?"

Terdengar ke khawatiran dari suara itu. Mingyu mengulurkan tangannya menyentuh dahi Wonwoo. Namun langsung ditepis sang pemilik dahi.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mingyu sekali lagi.

"A-Aku tidak apa-apa," jawab Wonwoo terbata dan memalingkan wajahnya.

The WinnerWhere stories live. Discover now