Chapter 2

6K 243 3
                                    

=======

    Malam hari—

    Caitlin duduk berpangku tangan di pinggir kolam dalam rumahnya. Caitlin masih memikirkan pertemuannya dengan laki-laki bernama Harry itu. Juga perkataan Harry padanya. Apa maksudnya?

    “Bukankah kau yang mengaharap kedatangan kami? Sekarang kau harus memilih di antara kami…”

    Kata-kata itu terus terngiang di telinga Caitlin. Apa maksudnya? Siapa yang mengharapkan mereka? Mereka siapa? Kenapa Caitlin harus memilih?

    Berbagai pertanyaan berputar di otak Caitlin, namun taka da satu pun yang bisa ia jawab.

    “Kenapa mata merah Harry itu mirip dengan mata merah yang mengejarku di mimpi itu?” Tanya Caitlin pada dirinya sendiri. “Astaga!! Sebenarnya apa yang terjadi pada hidupku? Kenapa hidupku jadi tidak tenang seperti ini?” desah Caitlin.

    Carly datang menghampiri Caitlin ketika Caitlin masih di sibukkan dengan berbagai pertanyaan di otaknya.

    “Kau kenapa?” Tanya Carly.

    Caitlin sedikit kaget dengan kedatangan Carly yang bisa di bilang tiba-tiba.

    “Kau membuatku kaget…” kesal Caitlin. Carly mengambil posisi duduk di sebelah Caitlin yang masih merengut sebal.

    “Kau kenapa? Ada masalah?” Tanya Carly pada kakaknya.

    Caitlin menggeleng. “Tidak. Aku tidak apa!” jawab Caitlin singkat mendongakkan kepalanya menatap langit malam.

    Carly menatap lekat kakaknya itu. “Lebih baik kau masuk. Kakimu masih sakit, bukan?” saran Carly.

    Caitlin Beadles Sonenclar POV

    Aku mengalihkan pandanganku pada Carly—adikku itu. Hell… ada apa dengan anak yang satu ini? Tumben dia sangat perhatian padaku? Bukankah dia sangat cuek bahkan sangat menyebalkan padaku? See… sekarang dia tiba-tiba menjadi baik seperti ini. Sangat aneh.

    “Kau yang kenapa? Kenapa tiba-tiba kau baik padaku?” Tanya heran.

    Carly mendengus. “Aku ini adikmu. Walaupun aku menyebalkan, bukan berarti aku tak merasa kasihan jika melihatmu berjalan seperti orang pincang seperti itu…” jawab Carly sedikit ketus.

    Aku melongo. Gee… baru saja dia baik, sekarang dia sudah menyebalkan lagi. Sungguh mirip dengan bunglon.

    “Sudah sana masuk. Apa mau aku pukul lututmu itu sampai kau mau masuk?” Tanya Carly.

    Aku mendengus sebal. “Iya. Dasar adik cerewet. Untung saja kau adikku. Kalau bukan! Aku pasti sudah membuangmu ke kutub utara!!” ketusku dan mulai beranjak dari dudukku.

    Aku masuk menuju rumah tanpa Carly. Terserahlah dia mau melakukan apa malam-malam begini di pinggir kolam. Aku tak peduli. Yang pasti entah kenapa aku sudah mulai ngantuk.

    ***

    Author POV

            “Malam, Carly…” sapa seseorang yang tiba-tiba sudah ada di belakang Carly.

    Carly menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menyapanya malam-malam begini.

             “Kalian?” ucap Carly sedikit kaget.

             “Well… long time no see, right?” tanya salah satu dari orang yang menyapa Carly.

    Carly diam tak bergeming menatap sekitar enam laki-laki yang berdiri di depannya.

The Immortal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang