"Jangan berfikir terlalu keras oppa", Suzy menyentuh dahi Myungsoo, menekan telapak tangannya di dahi pria itu mencoba untuk menghilangkan kerutan yang tadi pria itu perlihatkan, "Ayo pergi ke suatu tempat terlebih dahulu, kau harus makan tofu kalau baru keluar dari tempat itu", Suzy menunjuk dinding batu tinggi penjara. "Aku lupa membawanya tadi, karena ayah terlalu berisik karena telat pergi rapat. Dia bahkan memaksa Wook oppa untuk menggebut. Aigoo", wanita itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Ayahnya itu sudah semakin tua, tapi sifatnya masih sama seperti dulu ―selalu mengganggap dirinya masih anak-anak.

"Kalau dia sudah sangat telat, kenapa tetap mau mengantarku ke sini? Akukan bisa naik taksi," omel Suzy lagi dengan bibir yang mengerucut.

"Suzy," Myungsoo menahan tangan Suzy yang awalnya ingin menariknya pergi, "jelaskan padaku terlebih dahulu. Ada apa ini?", rahang Myungsoo mengeras. Ia harus tau apa yang terjadi. Suzy menjemputnya yang baru saja keluar dari penjara dan wanita itu diantar oleh ayahnya? Apakah dunia luar yang ia injak sekarang ini masih sama dengan dunia luar yang ia tinggalkan satu tahun yang lalu?

"Aku tidak mau menjelaskannya pada oppa," Suzy kembali memeluk Myungsoo untuk yang kedua kalinya, kali ini wanita itu tidak menarik tengkuk Myungsoo melainkan melingkarkan tangannya pada pinggang pria itu. Menempelkan kepalanya pada dada bidang sang pria dan mendengar detak jantung yang selama ini ia rindukan. Wangi pria itu berubah, tapi entah kenapa ia tetap suka.

"Kenapa?" tanya Myungsoo tanpa membalas pelukan Suzy, ia harus meyakinkan dirinya sendiri dahulu. Bahwa ini adalah nyata dan bukanlah imajinasi liar miliknya sendiri.

"Karena aku sudah memulai semuanya dari awal, aku tak ingin mengungkit yang lalu," lirih Suzy yang masih dapat di dengar oleh Myungsoo. Suzy mengangkat kepalanya dari dada Myungsoo, masih dengan tangan yang melingkar di pinggang Myungsoo, wanita itu lanjut berujar, "Satu tahun yang lalu, aku memulai semuanya dari awal lagi tanpa dirimu. Aku menata ulang hidupku dan jalanku sendiri, tapi setiap aku menapak di jalan yang ku tata sendiri entah kenapa aku selalu menemukan jalan buntu. Aku rasa, aku harus terus bersamamu agar jalan yang ku tata tidak lagi buntu. Aku rasa aku harus bersamamu agar aku bisa menemukan bahagia diujung jalanku," suara Suzy terdengar stabil, tapi air matanya mengalir dengan mulus.

"Aku membutuhkanmu," sambung wanita itu lagi membuat Myungsoo merasakan getaran yang sudah lama tidak ia rasakan. Matanya memerah, dan dengan tidak masuk akalnya, ingusnya lebih dulu meluncur ke bawah dari pada air matanya. Suzy tersenyum dan mengelap cairan menjijikan itu dari wajah Myungsoo.

"Aku membutuhkanmu tuan Kim. Untuk bahagia, aku membutuhkanmu"

Myungsoo menggeleng. Munafik jika ia bilang bahwa ia tidak senang mendengar wanita itu membutuhkannya, tapi kisah cinta mereka sudah berakhir satu tahun yang lalu. Semuanya sudah cukup. Ada yang mati, ada yang dipenjara dan ada yang ditinggalkan. Semuanya sudah tamat sejak hakim mengetukkan palunya di ruang persidangan.

"Jangan begini Suzy, kita sudah berakhir"

Kini giliran Suzy yang menggeleng, "tolong, jangan lepaskan aku kali ini. Aku membutuhkanmu oppa, sungguh. Aku sengaja tidak mengunjungimu selama satu tahun ini, demi meyakinkan diriku sendiri bahwa kita sudah berakhir. Demi meyakinkan driku sendiri bahwa aku sudah memulai yang baru. Tapi aku tidak bisa, aku butuh kau disisiku."

"Tapi ayahmu Suz―", Suzy menyentuh bibir Myungsoo dengan jarinya ―menghentikan pria itu untuk melanjutkan perkataannya sendiri.

"Dia mengantarku ke sini untuk menjemputmu, kau tau apa artinya?"

"Aku tidak melihatnya tadi Suzy, kau bisa saja berbohong," Myungsoo mencoba menyangkal. Sudah cukup semua luka yang diakibatkan oleh cinta mereka, ia tidak bisa memulai semuanya lagi dan menciptakan luka yang sama atau malah lebih besar.

Our Love Story [END]Where stories live. Discover now