Part 12

1.6K 255 68
                                    

--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

Part 12

In-guk dan Suzy kembali ke apartemen mereka malam hari, setelah acara makan siang yang sedikit terlambat, ibu mertuanya meminta agar Suzy tetap tinggal di rumah besar tersebut. Alhasil, Suzy pun menurut, menahan semua gundah gulana dalam hatinya dan terus melampirkan senyuman palsu. Ia tidak ingin memperlihatkan wajah patah hatinya pada keluarga sang suami.

Suzy menghembuskan napas kuat-kuat dan merasakan tusukan tajam kesakitan tepat di jantungnya ketika ia menginggat kembali pertemuan tidak sengajanya dengan Myungsoo beberapa jam yang lalu. Kemarahan hebat tidak dapat ia tutupi ketika secara naluriah ia langsung menuduh Myungsoo, menuduh pria itu punya wanita lain tanpa sepengetahuannya.

Ia tak mengharapkan apapun, ia tidak mengharapkan bahwa Myungsoo akan selalu bersamanya, ia tahu diri. Dia adalah seorang isteri sekarang dan In-guk adalah suaminya, Myungsoo tidak akan sanggup menunggu karena memang tidak ada yang perlu ditunggu. Tapi Suzy marah, ia merasa seperti dipermainkan, apa maksud Myungsoo memberi alat komunikasi untuk mereka berdua? Apa maksud Myungsoo datang ke apartemennya dan mengatakan bahwa ia masih mencintai dirinya?

"Kau melamun lagi" In-guk yang baru keluar dari kamar mandi kembali menangkap basah Suzy yang kembali melamun, "ada apa denganmu beberapa hari ini?"

"Aku kenapa?" tanya Suzy, dia meraih sisir dan mulai menyisir rambutnya, "kau sering melamun. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Suzy menggeleng, "tidak ada" bohongnya.

"Jika kau sedang banyak pikiran, kau bisa menceritakannya padaku. Aku mungkin belum tentu bisa membantumu, tapi aku bisa menjadi pendengar yang baik" In-guk menyibak selimut tebal yang menutupi kasur, setelahnya ia menaiki ranjang, kemudian memilih untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang sembari melihat wajah Suzy yang terpantul pada cermin.

'Aku harap aku bisa bercerita' batin Suzy sembari menunduk. Ia meletakkan kembali sisir pada tempatnya, ia berbalik dan menatap In-guk, "aku tidak apa-apa, sungguh" yakinnya lagi, ia melampirkan sebuah senyuman dan berlalu pergi menuju kamar mandi ―mencuci muka, menyikat gigi kemudian akan pergi tidur.

Ketika Suzy keluar dari kamar mandi dengan baju piama lengkap, ia melirik ranjang. In-guk masih duduk pada posisi awalnya, bedanya sekarang pria itu sedang bersedekap dan menerawang kosong, "kenapa belum tidur?" tanya Suzy. Ia mendekati ranjang, menyibak selimut dengan gerakan pelan kemudian naik. Menempatkan dirinya di samping In-guk ―dengan guling sebagai batas antara keduanya.

In-guk tersadar. Ia tertawa dan melirik Suzy, "aku diundang untuk menghadiri acara besok malam, aku harap kau mau ikut"

"Acara? Acara apa?" Suzy membetulkan letak bantal kemudian berbaring, In-guk yang melihat pergerakan Suzy juga melakukan hal yang sama, "Undangan dari seorang senior, dia merayakan ulang tahun perusahaannya. Kau mau ikut?" dengan tubuh yang berbaring miring, In-guk menjadikan tangan kiri sebagai bantal. Ia melihat wajah Suzy dari samping, berharap bahwa wanita itu mau ikut. Apa yang akan rekan-rekannya katakan nanti kalau ia pergi tidak membawa isterinya.

"Sepertinya aku harus ikut" Jawab Suzy seakan sadar situasi, "tidak, kalau kau tidak mau aku tidak akan memaksa"

Suzy tersenyum miring, "aku akan pergi denganmu. Setidaknya hanya itu yang bisa kulakukan untukmu" kepala Suzy bergerak miring, melihat In-guk sekilas.

"Baiklah kalau kau yakin. Besok siang pergilah dengan kak Yoon Ji, dia akan memilihkanmu dress yang bagus" nada suara pria itu terdengar senang, membuat Suzy meyakinkan dirinya sendiri bahwa pilihan yang ia pilih ―mengiyakan ajakan pria itu, adalah benar. Memiliki sedikit kesibukan tampaknya akan lebih baik dari pada berdiam diri di rumah. Semakin dia menyendiri, semakin kuat rasa sakit menghantuinya.

Our Love Story [END]Where stories live. Discover now