Tidak seharusnya ia merasakan hal yang biasa dirasakannya.

Ia sudah biasa sendiri. Untuk apa merasa sendirian?

Soonyoung memandang ke depan dan melihat seseorang sedang menggendong pasangannya.

"Kakimu terkilir. Jangan berontak!" serunya ketika pasangannya itu menolak untuk digendongnya.

Soonyoung memadanginya agak iri. Ia sering melihat adegan itu di drama-drama sejak ia menjadi penyuka drama.

"Mungkin aku bisa melakukannya suatu hari," ujar Soonyoung berandai-andai.

***

Jeonghan menelpon Seungcheol untuk yang kesekian kalinya dan tidak dijawab lagi.

Ia melempar ponselnya ke atas ranjang kesal.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Jeonghan segera mengambilnya. Ada sebuah pesan dari Seungcheol.

Aku sedang bersama dengan Jihoon. Akan kutelpon nanti.

Jeonghan mendengus kesal. Seungcheol selalu begini ketika berurusan soal Jihoon. Jadi apa maksudnya selama ini menyuruh Jeonghan memanggilnya 'chagi'?

Kata-kata Seungcheol semalam terus terbayang-bayang di pikirannya.

"Aku serius denganmu. Aku tidak akan meninggalkanmu untuk yang lainnya. Tunggulah sebentar lagi!"

Apakah semua itu hanya kebohongan?

"KENAPA DIA TIDAK PERGI SAJA??" teriak Jeonghan sambil membuang bantal di ranjangnya ke sembarang tempat.

***

"Kita ke mana?" tanya Jihoon saat Seungcheol tiba-tiba menariknya pergi.

"Kembali ke apartemenku," balas Seungcheol santai.

"Bukankah ini terlalu malam. Aku sebaiknya pulang. Nanti kau repot," tolak Jihoon halus.

Seungcheol menggeleng. Ia tetap memaksa Jihoon untuk mengikuti langkahnya hingga sampai di apartemennya.

Jihoon menurut saja. Toh Seungcheol juga kekasihnya.

Ia mengedarkan pandangan ke seluruh apartemen Seungcheol. Tampak kecil namun juga luas. Anggap saja lengkap dan minimalis.

Jihoon menutup pintu apartemennya.

"Kunci saja pintunya. Kau menginap saja di sini. Ini sudah malam," tawar Seungcheol.

Jihoon menurut dan memutar kuncinya sementara Seungcheol sudah menyeringai nakal di belakangnya.

"Kau tidurlah dulu. Aku masih harus beres-beres," asal Seungcheol menunjuk kamarnya.

"Oke," setuju Jihoon menaruh tasnya di meja dan berjalan masuk ke kamar Seungcheol.

Jihoon berbaring di atas ranjang Seungcheol. Kamar itu terasa nyaman dan hangat. Jihoon bisa dengan mudahnya tertidur di sana.

Baru saja ia memejamkan matanya, ia merasa ada yang menutup pintu kamar dan mematikan lampunya.

"Seungcheol, itukah kau?" tanya Jihoon.

Tidak ada jawaban.

"Seungcheol?" panggil Jihoon sekali lagi.

Bruk! Tiba-tiba ada seseorang yang menindihnya.

Kedua pupil Jihoon terbuka lebar, tapi tetap saja kegelapan membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas.

Sosok itu mendekatkan bibirnya pada kening Jihoon dan turun hingga bibirnya. Ia melumatnya hingga basah.

Jihoon sebenarnya merasa geli. Namun sayangnya ia tidak bisa beranjak dari posisi itu.

Sosok itu mendekatkan bibirnya di telinga Jihoon dan berbisik, "Ini akan menjadi malam yang panjang."

Jihoon mengenali suara itu, suara milik Seungcheol.

Seungcheol menarik tubuhnya dari atas Jihoon dan mendudukkan Jihoon di atas ranjangnya.

Tiba-tiba Jihoon merasakan seseorang meraih sweaternya dan melepasnya dari tubuhnya, menyisakan kaos dan celana jeans.

Seungcheol sepertinya membuang sweaternya itu ke sembarang tempat. Jihoon merasa tubuhnya didorong lagi hingga berbaring di atas ranjang.

Seungcheol mendaratkan ciuman ke leher mulusnya.

Jihoon melenguh pelan. Hanya geli yang dirasakannya. Ia tidak tahan bila seseorang menyentuh lehernya.

Seungcheol memperdalam ciumannya di tempat sensitif milik Jihoon itu dan memberkan banyak tanda merah keunguan di sana sementara Jihoon menjambak rambut Seungcheol, berharap ia akan segera menghentikannya.

Seungcheol menghentikan kegiatannya di leher Jihoon dan sebagai gantinya, ia menaikkan kaos yang dikenakannya hingga bibirnya bisa menjelajahi bagian dadanya.

Jihoon tidak tahan dengan perlakuan Seungcheol namun entah kenapa ia tidak bisa menolaknya.

Seungcheol menghisap milik sensitifnya yang lain membuat Jihoon tidak dapat menahan desahannya.

"Hentikanhhh," desahnya meremas seprai kasur karena menjambak rambut Seungcheol tidak memberikan efek apapun.

Tangan nakal Seungcheol diam-diam membuka kancing serta resleting Jihoon. Ia menurunkan jeansnya hingga ia bisa merasakan kaki mulus Jihoon.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jihoon merasakan pahanya bersentuhan langsung dengan permukaan kulit Seungcheol.

"Ini akan sedikit sakit," bisik Seungcheol di telinganya.

Jihoon tidak bisa melihat apapun sekarang. Ia juga tidak bisa melihat tubuhnya yang sudah telanjang bulat. Seungcheol barusan sudah menarik dalamannya.

Jihoon merasakan sesuatu perlahan memasuki tubuhnya.

"Argh," rintih Jihoon.

Sesuatu itu bukan hanya memasukinya tapi merobeknya.

Seungcheol mencium bibir Jihoon lagi agar tidak terlalu sakit bagi Jihoon. Ini pengalaman pertamanya.

Seungcheol memperdalam ciumannya sambil menggoyangkan miliknya di dalam sana. Jihoon merasa lelah namun tidak bisa kabur dari sana.

Seungcheol melepas ciumannya dari bibir Jihoon dan ganti menciumi lehernya, membuat Jihoon merasa geli dan membuat miliknya terpuaskan karena ditekan oleh milik Jihoon.

Jihoon merasakan miliknya berdenyut sakit. Milik Seungcheol terus saja memasukinya semakin dalam.

"Seunghhh... aku tidak sanggup... ahh," ujarnya tersendat-sendat.

Seungcheol sekarang bermain-main dengan nipplenya.

"Hentikannhhh..."

Malam ini benar-benar menjadi malam yang panjang bagi Jihoon.

Malam panjang yang menghancurkan dirinya.

***

To be continued...

[√] Evening Kiss: Do you know me?Where stories live. Discover now