Suara pintu itu membuat Yoongi seketika terjaga. Ia menerjapkan matanya dan mendapati cahaya silau yang mengganggu penglihatannya.

Ia mengucek matanya untuk memperjelas penglihatannya.

"Kau sudah bangun, ya ?"

Yoongi mengarahkan matanya pada asal suara.

Ryusi.

Matanya kembali mengitari ruangan itu. Hyeri disana. Terbaring tidak sadarkan diri.

'Aku sempat berharap semuanya hanya mimpi'

"Aku tertidur,ya ? Dimana orang tua Hyeri."

"Seperti yang kau lihat, kau tertidur sekitar sejam yang lalu. Dan orang tua Hyeri, mereka pulang untuk mengambil beberapa barang yang mungkin dibutuhkan," Ryusi berjalan menuju meja di dekat ranjang Hyeri.

"Mereka pergi sekitar 10 menit yang lalu dan menitipkan Hyeri serta kalian berdu padaku," Ryusi terkekeh pelan begitu mengalihkan pandangnnya ke arah seseorang disamping Yoongi.

"Jimin-ah, bangun!" Yoongi mengguncang tubuh Jimin hingga terbangun dan gelagapan.

"Aish jinja...," Jimin mengeluh panjang.

"Kita makan dulu. Setelah itu pulang jika ibu dan ayah Hyeri sudah ada disini."

Ryusi berjalan kearah dua pria itu dengan membawa dua buah ramyun instan yang baru direbusnya tadi.

"Ini."

"Aku akan masak sendiri nanti. Makanlah duluan dengan Jimin," Yoongi bangkit dari dudukannya dan berjalan menuju ranjang Hyeri.

Jimin dan Ryusi melihat Yoongi dengan senyuman tipis di wajah mereka.

Pria bersurai hitam itu duduk di kursi tempat Ibu Hyeri duduk tadi. Ia duduk dengan pelan, tidak ingin menciptakan suara sedikitpun.

Matanya memandang Hyeri yang sedang koma---untuk saat ini---dengan tatapan yang sangat menyedihkan.

Baiklah. Melihat Hyeri pingsan tiba-tiba mungkin tidak terlalu mengagetkan dan mengkhawatirkannya lagi. Sebab ia akan sadar setelah beberapa menit. Paling lama mungkin sekitar satu jam.

Tapi sekarang, gadis itu koma. Tidak akan sadar dalam beberapa jam apalagi beberapa menit.

Matanya memandang sendu wajah Hyeri yang masih pucat. Hatinya meringis membayangkan saat Hyeri tertabrak dan darah berlumuran tubuhnya.

'Aku menarik semua kata-kataku. Aku senang kau pindah ke sekolah yang sama denganku. Dan aku senang karena kau datang ke ke kota ini'

Mungkin Yoongi bukan tipe orang yang mudah berkaca-kaca. Tapi, ia sekarang keluar dari dirinya. Ia berkaca-kaca.

Bibirnya bergetar, begitupun tangannya yang terulur kedepan.

Ia meraih tangan kanan Hyeri. Menggenggam tangan yang begitu dingin itu. Tapi anehnya dapat membuat kehangatan menjalar keseluruh tubuh Yoongi.

Ia menggenggam tangan itu dengan lembut. Seakan takut tangan itu akan rapuh jika digenggam dengan kuat.

Kepalanya tertunduk, 'kumohon bangunlah'

.

.

.

Pria putih pucat itu berjalan di trotoar yang ramai dengan para pejalan kaki dan para pekerja kantoran yang lebih berminat untuk jalan ketimbang harus naik mobil.

Ditangannya, sebuah paper bag ia pegang. Tagannya yang satunya ia masukkan dalam saku mantel.

Cuaca semakin dingin karena musim dingin akan berakhir. Hanya sedikit salju yang tersisa di beberapa tempat.

Miracle Love [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin