Chapter 18

4.2K 431 13
                                    

Iris coklat itu hanya menerawang, saat
melihat pantulan dirinya di cermin persegi yang menyatu dengan dinding kamar bercat biru langit.

Tangan putihnya menyentuh plaster coklat di pipi kanannya. Ruam keunguanpun belum hilang di sana dan masih meninggalkan sedikit rasa nyeri jika di sentuh.Bayangkan saja betapa kuat tamparan itu.

Setelah puas memandang pantulan dirinya yang jauh---tentunya---lebih baik dari kemarin, ia berjalan menuju jendela kamarnya.

Duduk di kursi panjang di depan jendela. Memandang keluar, melihat kepingan salju itu jatuh perlahan.

Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali.
Wajahnya tidak seceria biasanya, lebih tepatnya ia murung hari ini.

Gadis itu masih teringat akan kejadian yang kemarin di alaminya.Sangat buruk.

Kleek !!!

"Hyeri...."

Hyeri berbalik, "Eomma ?" Sahutnya tipis.

"Makan siang sudah jadi, ayo turun sekarang, sayang."

Hyeri hanya mengangguk dan ibunya pun meninggalkan Hyeri dengan pintu kamar di biarkan terbuka.

---

"Aku sudah selesai," ia meletakkan sendoknya setelah menyesap suapan terakhir dari sup hangat buatan ibunya.

"Apakah kau sudah merasa lebih baik ?" Tanya wanita paruh baya itu sembari membereskan meja makan.

"Hmm." Hyeri mengangguk pelan.

Gadis itu berdiri dari kursinya dan mengangkat tumpukan piring menuju dapur.

Sementara Ibunya sedang mengelap meja makan.

Tiing...toong...

Nyonya Park yang mendengar bel itu, segera membersihkan tangannya dan berjalan menuju pintu rumah.

Kleek !!!

"Annyeonghaseyo." pria di balik pintu itu membungkuk.

"Ne, silahkan masuk."Mereka saling melempar senyuman.

"Duduklah, bibi akan memanggil Hyeri."

Nyonya Park berjalan menuju dapur dan mendapati Hyeri telah selesai dengan cucian piringnya.

"Hyeri keluarlah, ada yang mencarimu."

"Nugu ?" Ia menatap ibunya bingung.

"Kim TaeHyung."

"Jinja ?" Tanyanya bersemangat. Ibunya hanya mengangguk dan tersenyum.

---

"Kapan kau kembali ?" Tanya Hyeri pada pria senyum kotak di dekatnya.

"Tadi pagi." Pria itu tersenyum.
Namun lengkungan senyumnya perlahan lurus.

"Apakah masih sakit ?" Tanyanya sembari menyentuh pelan pipi Hyeri.

"Gwaechana," sahutnya sembari tersenyum. Jangan lupa semburat merah itu juga muncul di pipinya.

"Apa ada luka yang lain lagi ? Apa ada luka bakar ?" Taehyung terlihat khawatir.

"Aniya. Oh ya, kau tahu semuanya ?"

Taehyung hanya tersenyum "Jimin." Hyeri mengangguk tanda ia sangat mengerti bagaimana pria di depannya ini tahu semuanya.

"Hmm, baiklah. Ingin berjalan-jalan denganku ?"

.

.

Miracle Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang