Chapter 23

3.5K 392 25
                                    

Napasnya terengah-engah setelah tiba di depan gedung bernuansa putih itu.

Pria itu sempat berhenti sejenak untuk menetralkan napas. Ia berlari kesini saat setelah membaca pesan dari jimin mengenai Hyeri Kecelakaan dan lokasi rumah sakit mereka sekarang.

Tidak cukup jauh dari rumahnya tapi cukup membuatnya kehabisan napas.

Yoongi menerobos pintu utama rumah sakit. Berlari di koridor dengan wajah pucat dan penuh keringat. Tidak mengindahkan semu orang yang tengah menatapnya.

'Jimin bilang mereka di depan ruang ope...'

"Jimin." Spontan ia memanggil Jimin. Sesegera mungkin Yoongi menghampiri Jimin yang kebetulan berjalan kearahnya

"Dimana Hyeri ?" Tanyanya langsung.

"Dia sudah keluar dari ruang operasi. Sudah lebih baik."

Terang-terangan Yoongi mengehembuskan napas lega.

"Tapi...Hyeri mengalami koma. Itu kata dokter," lanjur Jimin dengan nada suara menyedihkan.

Seketika leher Yoongi serasa diikat dengan tambang yang tebal dan begitu kuat. Bukankah itu malah lebih buruk ? Koma ?.

"Dimana dia ?"

.

.

.

Yoongi membuka pintu ruangan Hyeri dan melihat Ibu dan Ayah Hyeri disana, duduk disisi tempat tidur Hyeri.

Bantu pernapasan bertengger di hidung dan mulut Hyeri. Juga alat pendeteksinya denyut jantung berbentuk seperti televisi kecil---yang tidak ia ketahui namanya--- di sisi lainnya.

Jadi Hyeri sedang koma.

Ia mendekat ke ranjang Hyeri masih dengan wajah pucat. Melihat Ibu Hyeri yang terus menangis tanpa suara membuatnya...err..entahlah.

Lebih khawatir, mungkin.

Jimin mengikuti Yoongi masuk dan langsung menghanpiri Ryusi yang ternyata juga ada di sana sedang duduk di sofa biru laut yang menempel dengan tembok kamar itu.

Matanya tertuju kepada orang tua Hyeri yang masih berusaha untuk tenang.

Memberikan privasi untuk mereka.
Yoongi menghampiri Jimin dan Ryusi, duduk bersama mereka.

"Kenapa bisa tejadi ?" Tanyanya sambil menunduk dan mentautkan kedua telapak tangan dan jari-jarinya.

"Polisi sudah datang kesini dan melapor bahwa pelakunya sudah ditahan...," jimin menahan kalimatnya sambik mengelus pundak Ryusi disampingnya.

"Saksi mata bilang, ia berlari ke tengah jalan untuk menolong seekor kucing, dan...."

"Bukankah Hyeri sangat konyol ? Di-dia mengorbankan nyawanya hanya untuk seekor kucing," kali ini Ryusi bicara namun dengan cepat kembali diam dan menangis tanpa suara. Jimin meraih pundak Ryusi.

'Dia memang gadis konyol yang membuatku khawatir'

Yoongi menarik napas berat dan menghembuskannya juga demikian.

Ia mengangkat kepalanya dan memandang Hyeri tertidur dengan wajah pucat, balutan perban di kepalanya. Luka di bagian kanan pipinya yang terbalut dengan perban juga.

Untuk tangan dan kaki Hyeri, ia tidak bisa melihatnya karena pakaian rumah sakit yang dikenakan gadis itu berlengan panjang.

Yoongi memejamkan matanya, dan berkata dalam hati,

'sudah tidak apa-apa, ia akan baik-baik saja'

---

Klekk!

Miracle Love [END]Where stories live. Discover now