"Dia tampak lucu," gumamnya mengintip Jihoon dari balik korannya.

Jihoon sedang berjalan melewatinya menuju ke depan pintu kantor.

Soonyoung melipat korannya dan meninggalkannya di atas bangku.

Ia berjalan mengendap-endap di belakang Jihoon.

Jihoon tidak merasakan sesuatu yang aneh dan tetap berjalan seolah-olah tidak ada yang sedang mengikutinya.

Ia masuk ke dalam kantor dan hal itu membuat Soonyoung ragu apakah ia harus tetap mengikutinya atau tidak.

Akhirnya Soonyoung tetap mengikutinya dan berpura-pura menjadi pegawai di sana.

Ia masuk ke dalam kantor dan mendapati beberapa orang berlalu lalang di lobi.

Seseorang yang sedang terburu-buru sempat menabraknya dan membuatnya hampir terjatuh. Soonyoung menahannya, membaca nametagnya sekilas, dan memodifikasi pikirannya secara permanen agar ia menganggap Soonyoung sebagai pegawai baru di sana.

"Hei, Kwon!" sapanya pada Soonyoung segera setelah ia berdiri dengan benar.

"Jeon Wonwoo!" sapanya seolah mereka sudah saling mengenal sebelumnya.

"Bagaimana laporan hasil rapatmu kemarin?" tanya Soonyoung membaca pikiran Wonwoo.

"Libur dululah hari ini," elak Wonwoo tersenyum.

Soonyoung ikut tersenyum.

"Kau akan ikut pesta nanti malam, kan?" tanya Wonwoo.

Soonyoung mengiyakan saja. Toh, tidak ada salahnya keluar malam-malam.

"Ehem," dehem Jihoon berdiri di samping mereka sambil melipat tangannya.

"Oh, Lee Jihoon," kaget Wonwoo, "Kau sudah datang."

"Aku ada urusan dengannya" pamit Wonwoo menggandeng Jihoon menjauh dari sana.

Soonyoung hanya berdiri terpaku memandang Jihoon. Ia memang tidak tahu namanya, ia belum sempat membaca pikirannya. Tapi ia lucu.

***

"Kau bisa mengatakan ini lewat telepon dan tidak perlu menyuruhku ke sini," protes Jihoon.

"Yak! Aku tahu betapa susahnya seorang Jihoon untuk ditemui tapi aku merindukanmu," balas Wonwoo memeluk erat Jihoon.

"Cukup," tolak Jihoon mendorong Wonwoo agar menjauhinya.

"Tapi kau benar-benar sulit ditemui akhir-akhir ini. Kau ke mana saja?" tanya Wonwoo penasaran.

Jihoon tersenyum kecil.

"Ah, iya. Siapa namanya? Seung... Seung..."

"Choi Seungcheol," koreksi Jihoon melipat tangannya.

"Kau pasti menghabiskan waktu yang menyenangkan berdua sampai kau lupa untuk mencari pekerjaan tetap," tebak Wonwoo.

"Setidaknya aku punya pekerjaan walau tidak tetap," bela Jihoon.

"Terserahlah. Sudah. Hanya itu. Kau pulang saja! Atau perlu kuantar?" tawar Wonwoo.

"Tidak perlu. Kau kembali saja kerja. Aku akan pulang sendiri," ujar Jihoon berlalu dari hadapan Wonwoo.

"Jangan sampai tersesat!" seru Wonwoo.

"Memangnya sejak kapan aku bisa tersesat?" protes Jihoon dengan suara keras melangkah keluar dari kantor.

Soonyoung berdiri di belakang mereka, memperhatikan Jihoon yang sekarang sudah keluar dari kantor.

"Sayang aku tidak bisa mengantarnya pulang. Kekasihnya sudah menunggu di depan," keluh Soonyoung melihat Seungcheol meraih tangan Jihoon dan bergandengan tangan di sana.

Soonyoung baru saja ingin berjalan keluar kantor tapi Wonwoo menepuk pundaknya.

"Hei, Kwon! Ayo ke kantin!" ajaknya merangkul Soonyoung ke kantin.

Soonyoung menurut saja dan berjalan mengikuti langkah Wonwoo ke kantin kantor itu.

Akhirnya ia punya pekerjaan selain bersantai di rumah.

***

Mingyu mengganti-ganti saluran televisi di hadapannya.

"Apa yang Soonyoung lakukan sekarang?" gumamnya.

"Bukankah ini drama yang biasa ditonton Soonyoung?" ujar Mingyu berhenti memencet remote pada sebuah saluran.

"Pergilah! Aku tak membutuhkanmu lagi."

"..."

"Kenapa? Kau masih mau di sini? Kau ingin menjadi pembantu?"

"Kenapa kau begitu kejam?"

"Laki-laki di dalam drama sungguh kejam," ujar Mingyu menilai drama yang ditontonnya saat ini.

"Aku bilang, pergi!" usir laki-laki itu mendorongnya hingga jatuh terjerembab di depan pintu kamarnya.

"Astaga, aku tidak habis pikir dengan apa yang ditonton Soonyoung. Ini kisah cinta terburuk yang pernah kutonton," ujar Mingyu mematikan televisinya.

"Kenapa kau matikan?" protes Soonyoung tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Ah, kau sudah pulang," sapa Mingyu, "Mau makan?"

"Mau nonton," balas Soonyoung duduk di sofa dan menyalakan televisi kembali.

"Aku kelewatan setengah jam," keluh Soonyoung yang sekarang menonton iklan di televisi.

"Apa yang kulewatkan?" tanya Soonyoung menengok Mingyu yang sedang mengambil makanan di dapur.

"Dia diusir dari rumah," balas Mingyu.

"Sudah kuduga," balas Soonyoung lanjut fokus pada televisi di hadapannya.

Mingyu menghampiri Soonyoung dan duduk di sampingnya sambil menghidangkan makanan di meja.

"Makan!" suruh Mingyu pada Soonyoung.

Soonyoung berdehem.

"Ke mana saja kau sampai melewatkan setengah jam dramamu?" tanya Mingyu.

"Aku bekerja," balas Soonyoung santai.

"Tumben. Aku kira kau ingin hidup santai di bumi."

Soonyoung berpikir sejenak apa yang ingin diceritakannya.

"Mingyu, kau tahu?" tanyanya seiring iklannya berhenti dan menampilkan sosok yang telah diusir di segmen sebelumnya berjalan gontai keluar dari rumah sambil menangis.

"Apa?" balas Mingyu tidak tertarik.

"Aku bertemu dengan seseorang yang persis seperti itu."

***

To be continued.

Bwt yg masih bingung soal Soonyoung...

Jadi dia makhluk supranatural tidak berbatas waktu yang nyata adanya di ff ini.

Dia punya kekuatan tentang waktu dan pikiran orang, jadi dia apapun soal itu bisa...

Di antaranya:
- bisa tahu masa lalu dan masa depan milik seseorang atau apapun yang akan terjadi di pada orang di sekitarnya
- bisa baca pikiran orang dan ngirim pikiran orang ke masa depan
- bisa masuk dan ngambil peran dalam kehidupan seseorang

Maksudnya kekuatan terakhir itu kek pas dia nabrak Wonwoo terus Wonwoo tiba-tiba kenal dia dan secara tidak langsung udah jadi pegawai kantor sono.

Sekian sekilas info biar ga bingung.

Soal nama makhluknya author gak tahu jadi sebut saja 'makhluk supranatural'

Hehe ^^

[√] Evening Kiss: Do you know me?Where stories live. Discover now