Part 11 - Arsyaf gila

6.7K 288 2
                                    

"hahaha," tawa Arsyaf membuat Dinda semakin kesal.

"Ish Arsyaf."

"Kenapa? Desahan aku seksi ya? Hm hm?" Ucap Arsyaf dengan pedenya dan itu membuat tawanya semakin kencang.

"Ish kamu jangan ngomong vulgar gitu dong," ucap Dinda yang sebenarnya sudah sangat gemas ingin memotong bibir Arsyaf.

"Kenapa? Oh kamu udah gak sabar mau langsung praktek ayo aku siap, mau sekarang? Gak nunggu malem aja? Kalo sekarang gak malem pertama dong? Yaudah gak papa yang penting kamu yang pertama," ucap Arsyaf membuat Dinda menutup telinganya. Ya Allah sadarkanlah suamiku ya Allah jauhkanlah dia dari syetan syetan yang terkutuk, batin Dinda. Dan langsung Dinda mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan serat mengucap amin dalam hati .

"Aamiin," ucap Arsyaf yang membuat Dinda kaget.

"Astaghfirullah ngagetin tau gak?" Tanyanya yang membuat Arsyaf tersenyum

"Tau kok, kamu doain aku kan?" Jawab Arsyaf dan dibarengi pertanyaan. Dinda bingung kok Arsyaf bisa tau kalo Dinda sedang mendoakan nya.

"Ih kamu cenayang ya?" Tanya Dinda dan Arsyaf menggeleng pelan.

"Terus kok kamu tau?" Tanya nya lagi Dinda masih bingung.

"Tau lah pasti kamu doain aku biar dijauhinya dari syetan syetan jahanam kan?" Tanya Arsyaf dan itu membuat Dinda mengangguk.

"Ih kok kamu tau lagi sih."

"Tau lah aku gitu loh. Hebatkan," ucap Arsyaf membanggakan dirinya Dinda hanya diam melongo

"Abisnya kamu ngomongnya gitu aku kira kamu kemasukan setan." bela Dinda yang takut Arsyaf marah.

"Ya bisa aja aku kemasukan setan. Orang aku aja lagi meluk ibunya setan," ucapan Arsyaf mengundang cubitan keras di lengannya dan itu membuatnya meringis. Kumat lagi mulut pedesnya itu.

"Jadi kamu ngatain aku emaknya setan gitu, dasar iblis jahanam, awas aku mau keluar turun dari badan aku, dasar bapaknya iblis!" umpatan istrinya membuat Arsyaf senang bagaimana tidak bayangkan saja jika istrinya ngambek dan marah marah itu malah menambah kadar kecantikan nya.

"Hahaha."

"Arsyaf gila!!!"

****

Tak terasa sudah seminggu pernikahannya dan Arsyaf.  Keadaan sudah berbeda kini jika dulu Dinda bete dengan Arsyaf yang nyebelin dan gak peka sekarang bukan karena hal itu lagi. Yang sekarang Dinda sebalkan adalah sikap manjanya Arsyaf.  Dikit dikit nempel kaya lem. Dinda mau kedapur ngikut, Dinda sedang duduk di sofa ngikut, Dinda sedang pup juga ngikut sampai nungguin di depan kamar mandi ya tuhan.

Dan sekarang saat Dinda sedang mengancingkan kemeja Arsyaf, Arsyaf malah memeluknya dan menenggelamkan wajahnya di leher Dinda.

"Ck, Ar yang bener aku jam set8 ada bimbingan loh," ucap Dinda seraya mengingatkan kepada Arsyaf. Bukannya lepas Arsyaf malah tambah mengeratkan pelukannya.

"Kamu gausah kuliah aja ya hari ini, aku kangen." Dinda yang mendengar itu langsung mencubit perut Arsyaf.

"Aww, ish sakit sayang kamu ini gak ada lembut lembutnya sama suami, kalo aku lirik cewek lain aja kalang kabut," ucapan Arsyaf yang terakhir membuat Dinda melotot dan menambah kencangkan cubitan yang ada di perut Arsyaf. Membuat Arsyaf tambah meringis kencang.

"Rasain! Biar tau rasa awas aja kalo berani lirik cewek lain aku gantung di tiang listrik." Arsyaf yang tadinya meringis menjadi tertawa. Istrinya kalo marah lucu. Banget malah jadi pengen di ajak main anu.

"Apa ketawa tawa!" sengit Dinda yang melihat Arayaf tertawa kencang.

"Gimana mau iket aku, mau cium kening aku aja masih jinjit haha," ucapan Arsyaf benar benar ingin membuatnya meldak kesal.

"I...itu...itu kan beda," ucapnya terbata menahan malu.

"Beda apanya? Perasaan sama aja. Kening aku yang segini aja kamu gak nyampe apalagi tiang listrik," ledek Arsyaf kepada istrinya. Sungguh demi kodok yang lompat Arsyaf ingin menarik istrinya kedalam pelukannya.

"Ish tau ah betein," ucap Dinda kesal lalu keluar kamar dengan wajah di tekuk.

***

Dinda keluar kamar dengan rasa kesal yang sudah di ujung ubun ubunnya. Mamanya yang melihat itu menatapnya heran.

"Muka kamu kenapa, kesel gitu kelihatannya?" Tanya mamanya yang hendak melewatinya.

"Itu.." sebelum Dinda menjawab Arsyaf udah keluar lebih dulu dari kamar.

"Eh mama." sapa Arsyaf menyengir.

"Yuk mah mending kita kedapur nyiapin makanan dari pada disini panas hawanya." sindir Dinda kepada Arsyaf yang membuat mamanya tertawa sedangkan Arsyaf melongo mendengar ucapan istrinya itu.

Setelah selesai sarapan Dinda langsung berangkat bersama Arsyaf. Tadinya Dinda ingin naik motor tapi Arsyaf melarangnya dengan alasan naik motor itu bahaya.

"Tuh kan macet!" Kesal Dinda pada Arsyaf coba aja kalo Arsyaf mengizinkan Dinda bawa motor pasti dia akan lebih cepat nyampai karena mudah lewat.

"Sabar ini juga baru jam set7," ucap Arsyaf santai.

"Kamu kenapa sih gak izinin aku naik motor, kan kamu jadi gausah anterin aku jauh jauh ke kampus begini. Kantor kamu ke kampus aku jaraknya juga berlawanan Ar," sebal Dinda

"Bukan gitu sayang aku cuma gak mau kamu kenapa napa," bela Arsyaf sambil mengelus jilbab Dinda.

"Alah bilang aja kamu iri kan gak bisa naik motor," ucapan Dinda membuat Arsyaf melotot. Dinda terkekeh senang.

"Kata siapa aku gak bisa naik motor?" Tanya Arsyaf tanpa memandang Dinda matanya sibuk memandang arah jalan.

"Kata aku tadi barusan." Arsyaf mengendus sebal istrinya itu kalo ngeles juaranya the best lah pokonya.

"Sok tahu!" Kata Arsyaf membuat Dinda menatap ke arahnya.

"Eh? Kalo bisa kok waktu sekolah gak pernah bawa motor," tanya Dinda kepo yang selama ini Dinda tahu dari teman teman cowoknya kalo Arsyaf itu bisa gak bisa bawa motor. Kasihan.

"Aku mah gak sombong," ucapan Arsyaf membuat Dinda memukul lengan Arsyaf kuat.

" ugh sakit yang aw!" Ucap Arsyaf.

"Gak sombong, tapi norak"ucap Dinda kesal pada orang di sampingnya.

"Kok norak. Emang kamu gak liat kemarin reuni aku baw ninja."

"Iyain ah," ucap Dinda gemas.

"Gak percaya juga? Nanti malam minggu kita pacaran, ok?"

"Oke," jawab Dinda senang.

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now