Part 6 - Tipuan Dinda

6.3K 314 0
                                    

"Hm gimana ya? Maaf Dinda sudah mencintai orang lain," ucapnya dengan rasa bersalah. Dinda menatap Arsyaf yang matanya dan wajahnya menyiratkan kekecewaan.

Rasain siapa suruh cinta gak bilang-bilang, batin Dinda.
Dinda tersenyum senang sambil melihat Arsyaf. Semua orang menatap Dinda kecewa termasuk orang tuanya.

"Siapa orang lain itu Din? Apa aku kenal?" Tanya Arsyaf dengan deretan pertanyaan dan itu membuat Dinda semakin senang.

"Emang kamu bener pengen tau? Kamu kenal kok," ucap Dinda enteng namun menegangkan untuk semua orang yang ada disini.

"Iya aku pengen tau," ucap Arsyaf yakin.

"Bener?"
"Dinda!"
"Hahaha ok aku kasih tau semua jangan kaget ya," ucapnya menegangkan dan Arsyaf siap terluka lagi untuk itu.

"Orang yang aku cinta adalah..... ARSYAF ARKAREZA! iya aku mau!!!" Teriaknya membuat semua orang bernafas lega. Berbeda dengan Arsyaf dia masih diam di tempat dan tak percaya apa yang di bilang Dinda.

"Ish kamu tuh bikin bunda kaget tau." omel bundanya membuat Dinda tertawa.

"Selamat," ucap Arsyaf kepada Dinda dengan wajah dinginnya dan itu membuat Dinda diam.

"Hah?" Tanya Dinda sambil mengangkat satu alisnya.

"Selamat kamu buat aku hampir mati," ucapan Arsyaf membuat semua orang tertawa apalagi Dinda.

***

Setelah acara udah selesai dan keluarga sudah pulang semua, Dinda langsung ke kamarnya. Dengan senyum yang merona.

"Aaaaaaaaaa!!!!!!!!" Teriaknya senang. Dia masih tak menyangka jika Arsyaf sudah melamarnya. Dan sebentar lagi mereka akan menikah.

"Uuuu gua masih gak percaya bundaaa!!" Teriaknya sambil lompat lompatan diatas tempat tidurnya.

Tok tok

"Dek! Ada apa teriak teriak dek?" tanya bundanya dari luar kamar sambil mengetok pintuk kamar Dinda.

"Haha tidak papa bun," teriak nya dari dalam kamar.

***

Senyum Arsyaf masih mengembang setelah pulang dari acara lamaran, Arsyaf langsung tidak bisa tidur. Arsyaf hanya takut jika dia tidur, malam itu hanyalah sebuah mimpi tidurnya. Dia masih tidak menyangka jika Dinda juga mencintainya. Bahkan Dinda mengucapkan itu tepat di depan semua orang yang menyaksikan lamaran itu a.k.a keluarganya.

"Woy senyam senyum aja dari tadi." tegur Iqbal saat masuk kedalam ruangan Arsyaf. Arsyaf menatap Iqbal lalu tersenyum lepas.

"Napa lo? Kagak biasanya," tanya Iqbal.

"Hah, nggak, lagi happy aja gua."

"Dih sok banget happy lo," ucap Iqbal sambil mengambil sesuatu yang ada di meja kerja Arsyaf.

"Apaan nih? Gantungan kun..." sebelum Iqbal menyelesaikan kalimatnya, Arsyaf sudah mengambil duluan gantungan kunci itu dari tangan Iqbal.

"Eh gila lo masih nyimpen aja tuh fotonya Dinda." ceplos Iqbal kepada Arsyaf membuat Arsyaf mendecak sebal.

"Bacot." omel Arsyaf di depan muka Iqbal membuat Iqbal bergidik.

"Kaya homo lo."

"Idih amit."

Drrtt....

"My beauty Mom"

Hallo.

Iya mah ada apa?

Kamu lagi dimana?

Di kantor. Kenapa?

Kamu ini gimana sih masih aja sibuk. Bantu mama dong, masa mama, bunda dan Dinda doang yang atur semua. Kamu juga ikut atur ini cari undangan belum, cari cincin belum, fiting baju belum. Bantu dong Ar yaudah cepet ke kafe deket Butik tante Meta, jemput Dinda, kalian cari undangan sama cincin, biar mama dan bunda, yang pilihin baju kalian.

Iya mah iya Ar kesana sekarang.

"Siapa bos?" tanya Iqbal yang sebenarnya dari tadi udah kepo berat.

"Nyokap nyuruh jemput. Yaudah gua cabut dulu ya. Kerja yang bener lu."

"Sipp."

***

Tak lama kemudian, Arsyaf datang dan langsung masuk untuk menemui mamanya. Tak butuh lama untuk mengenali yang mana mamanya. Arsyaf langsung menyusul dan bergabung ke meja tersebut. Disana sudah ada Mamanya, camer (calon mertua) dan Dinda.

"Yuk!" Ajak Arayaf yang langsung menarik tangan Dinda, namun Dinda malah menarik tangan Arayaf untuk berhenti.

"Ish. Sabar kenapa? Mau beli minuman dulu," ucap Dinda kepada Arsyaf yang tengah memandangnya sebal. Dinda yang merasa risih dipandang seperti itu. Kemudian Dinda melepas tangan Arsyaf yang sedang menggenggam tangannya lalu Dinda lari ke kasir dan memesan minuman. Arsyaf menyusulnya.

"Mau nggak biar sekalian di pesenin," tawar Dinda dan di balas gelengan oleh Arsyaf. Setelah selesai Dinda menghampiri Arsyaf.

"Yuk," ucapnya kepada Arayaf yang tengah berdiri menunggunya. Dinda tersenyum tipis. Begini kah rasanya bila berjalan bersampingan dengan orang yang kita cintai. Deg-degan gimana gitu.

Dinda langsung naik ke mobil lewat pintu yang di bukakan Arsyaf kemudian Arsyaf menyusulnya masuk. Suasana di mobil hening, belum ada satu diantara keduanya yang memulai percakapan. Dinda yang merasa bete mengedarkan pandangannya kearah jalanan.

"Dimana tempatnya Din?" Tanya Arsyaf kepada Dinda yang sedang melihat kearah jalanan.

"Hmm?" Gumamnya kepada Arsyaf, karena pertanyaan kurang jelas di telinga Dinda. Arsyaf menarik nafasnya gusar.

"Tempat undangannya dimana Dinda," ucapan Arsyaf membuat Dinda diam sesaat. Dinda menatap Arsyaf dan itu membuat Arsyaf juga menatapnya.

"Kata mama di tempat Abang pesan undangan pernikahannya dulu," jawab Dinda sambil menatap Arsyaf. Dan Arsyaf langsung mengangguk paham.

Setelah sampai di tempat. Dinda langsung masuk ke dalam tanpa menunggu Arsyaf yang sedang memarkirkan mobilnya. Melihat tingkah Dinda membuat Arsyaf menarik nafas lalu membuangnya berat. Sudah biasa Arsyaf dengan tingkah laku Dinda yang seperti itu. Keaktifannya kadang susah untuk di kontrol. Dan Arsyaf hanya bisa menggelengkan kepala.

Kadang Arsyaf merasa heran dengan Dinda. Dia dan Dinda usianya hanya berpaut seminggu. Dan lebih tua Dinda seminggu dari pada Arsyaf, tapi tingkah laku Dinda kadang tak sebanding dengan umurnya.

"Udah dapat?" Tanya Arsyaf yang tiba-tiba ada di samping Dinda. Tanpa melihat Dinda tau yang bertanya adalah Arsyaf. Dinda menggeleng pelan sambil memilih undangan yang bagus menurutnya.






Vote and commen gaes

Thank

Salam peluk😘

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now