Part 8 - Insiden Butik

6.5K 297 0
                                    

Setelah dapat undangan dan cincin aku dan Arsyaf langsung menuju ke butik disana sudah ada bunda Shinta dan mama Renita. Tak menunggu lama karena hanya menghabiskan waktu 15 menit. Setelah sampai aku dan Arsyaf langsung masuk ke dalam dan menemui mama. Dan mama langsung menyambut kami.

"Uh udah pada dateng, nih mama udah pisahin baju baju yang menurut mama cocok buat kamu tinggal kamu pilih aja. Mama sama bunda mau langsung pulang ya,"ucap Mama kepada kami dan aku mengangguk.

"Gak mau pulang bareng aja ma?" Tanya Arsyaf yang di balas gelengan oleh mamanya.

"Yaudah mama pulang ya, hati hati dan ingat jangan berantem," ucap mama membuatku tersenyum malu. Tau dari mana dia kalo kita sering berantem bahkan karena hal kecil. pun kita bisa langsung bertengkar.

"Iya mah bun hati hati," ucapku dan arsyaf barengan dan kemudian aku mengangkat bahuku acuh.

Aku melihat tumpukan baju yang katanya sudah di pilih mama yang cocok untukku. Dan apa apaan ini gaun sebanyak ini bisa tepar aku naik turun ganti baju.

"Mas mba ini gaun dan tuxedonya mau yang mana dulu yang di coba?" Tanya pelayan itu kepadaku dan Arsyaf. Lalu aku mengambil gaun yang dari tadi sudah membuat mataku membulat sempurna.

 Lalu aku mengambil gaun yang dari tadi sudah membuat mataku membulat sempurna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Itu gaun yang dari kecil aku impikan. Gaun pengantin india. Ah pasti ini bunda yang pilih, ya memang siapa lagi kalo bukan bunda. Love you bun.

"Gak." eh? Suara siapa tuh. Aku melihat orangnya dan ternyata Arsyaf. Mataku membulat sempurna.

"Gak apa?" Tanyaku dia kemudian menunjuk ke arah gaun impianku itu.

"Gak ada india indian di acara resepsi kita." loh? Mataku membulat sempurna enak aja itu impianku dan ini pernikahan sekali seumur hidup.

"Ar! Ish apaan sih?! Gak pokonya aku mau pakai gaun ini pas acara resepsi, titik!" Kesalku kearahnya. Namun dengan santai dia malah mengambil gaun itu terlebih dahulu dari pada aku.

"Eh mau di apain gaunnya," ucapku agak kencang tanpa merasa jika kita sedang berada di butik.

"Buang," ucapnya seenak jidat dikira gak pake duit apa beli tuh gaun mending dipake sini.

"Eh? Enak aja sayang tau, sini!" teriakku sambil menarik tangannya yang di sembunyikan dariku. Heh dasar orang ini ya.

"Sayangan mana sama aku?"ucapnya membuatku membatu. Apa apaan dia ya jelaslah aku sayangan dia dasar emang manusia tanpa hati.

"Sayangan gaunnya, sini" ucapku bohong lagian ada ada saja tanyanya begitu. Dan bodohnya kata itu yang keluar. Benar saja Arsyaf langsung membuang baju itu ke lantai dan membuatku kesal setengah mati. Ya allah itu baju yang aku dari dulu pengen pakai dan sekarang malah di buang Arsyaf. Tapi tak apa masih di lantai bisa diambil.

"Kamu ambil aku pergi!" Ucapnya dingin dan menatapku tajam apa apaan dia masa gara gara gak suka india sampai gak ngebolehin aku resepsi pakai baju india. Lebay banget sih.

"Ish nyebelin!" Kesalku air mataku sudah tak bisa di bendung lagi jatuh mengalir dan itu pun tak membuat Arsyaf menarik kata katanya dia hanya menarik nafas.

Kemudian aku berjalan cepat keluar butik. Bodo amat diliat orang pokonya kesel banget sama om om nyebelin itu. Gak tau diri banget sih udah untung aku mau jadi calon istrinya coba kalo waktu itu aku tolak bisa meriang dia.

Liatkan dia aja gak kejar aku sama sekali padahal dari sini kita harusnya beli souvenir tapi aku udah kesal mending tinggal aja.

***
"Loh! Anak bunda kok udah pulang." sambut bundaku di depan pintu sambil tersenyum.

"Eh? Kok sedih gitu," ucap bunda

"Bun? Bunda kan yang pilihin gaun sari itu?" Tanyaku yang memang penasaran juga. Bunda mengangguk dan itu tandanya iya.

"Arsyaf gak suka hiks bajunya di lempar terus katanya di resepsi gak ada india indiaan hiks," ucapku pada bunda sambil memeluknya bagaikan anak kecil yang mengadu jika di galakin orang.

"Cup cup anak bunda, jadi ini alasan pulang naik taxi?" Tanya bunda dan aku mengangguk.

"Abis aku kesel, bunda kan tau aku dari dulu pengen banget kalo nanti nikah pas resepsinya pakai gaun sari bun, nah udah milihin tapi dia gak hargain pilihan bunda hiks," aduku pada bunda. Bunda hanya tersenyum menanggapai.

"Yaudah kamu omongin baik baik dong sama Arsyaf."

"Percuma kayanya ngomong sama dia. Dia kan gitu kalo kata dia a yaudah a kalo kata dia b yaudah b," ucapku yang memang itu nyatanya Arsyaf egois. Gimana nanti kalo udah bareng bareng.

"Tuh kamu tau dia keras kepala ya kamu lah yang harus ngalah," ucap bunda membuatku melotot. Gila! Belum apa apa saja mama udah belain dia gimana nanti kalo udah jadi menantunya bisa di asingin aku.

"Dih masa gitu! Masa aku terus yang ngalah sama dia, seharusnya dia yang ngalah sama aku. Bunda deh coba bilang sama dia," ucapku kepada bunda. Enak aja aku yang di suruh ngalah terus

"Ya gak papa lah ngalah sekali sekali sama dia."

"Ish bunda tuh gak ngerti bagaimana menyebalkannya calon menantu bunda itu."

"Gimana bunda mau ngerti kalo Arsyaf aja cuek orangnya."

"Nah itu bunda tau Arsyaf cuek. Makanya aku minta bunda bicara sama dia."

"Apa yang harus dibicarakan?"

"Sikapnya dia."

"Kalo itu sih kamu yang harusnya bicara sama dia."

"Ish bunda mah gak ngerti."

"Gini loh dek, ini kan masalah sikapnya Arsyaf, kamu tau kan sikapnya Arsyaf seperti itu nah kamu coba bicarakan baik baik sama dia. Dengan kepala dingin ingat."

"Percuma bun ujung ujungnya berantem."

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now