Part 10 - wedding day

7.8K 316 0
                                    

Setelah melewati semuanya. Perang dingin karena sama sama egois dan ingin menang sendiri. Arsyaf yang gak peka dan keras kepala. Dinda yang ambekan tapi songong. Dan sejuta kekurangan dari keduanya.

Setelah menjalani masa pingitan yang memang sudah tradisi, itu membuat mereka saling memendam rindu. Setelah satu minggu tak bertemu, dan kalo bertemu malah berantem gak jelas akankah setelah itu mereka bisa kompak? Gak ada yang jamin dalam hal ini. Tanyakan saja pada author.

Dinda sudah di ubah wajahnya dengan make up. Dinda menatap cermin, tak percaya jika yang di cermin itu dirinya wow gila. Cantik banget.

"Sudah siap belum?" Tanya bundanya kepada Dinda, Dinda tersenyum manis dan itu menambah kadar kecantikannya.

"Bunda masih gak nyangka kalo putri sematawayang bunda udah bakal ninggalin bunda, bunda seneng sekaligus sedih. Tapi bunda bahagia akhirnya kamu nikah juga. Ingat pesan bunda jangan terlalu sering bertengkar dengerin apa yang di ucapkan Arsyaf jangan ngebantah," saran bundanya Dinda hanya mengangguk. Ya walaupun bagaimana juga Dinda  adalah Anak perempuan satu satunya. Tak lama masuk lagi seseorang.

"Dindaaaaa!" Teriaknya membuat Dinda memutar bola matanya sebal.

"Ish sombong ya lo sama kita, mentang mentang udah mau nikah kita di cuekin," ucap Gita yang sudah kesal dengan sahabatnya ini. Bagaimana tidak setelah selesai di lamar oleh Arsyaf sahabatnya ini bagaikan di telan bumi tak pernah datang jika di suruh kumpul.

"Tau kemaren kemaren aja lo galauin Arsyaf mulu." sindir Hanna.

"Bukan gitu guakan sibuk."

"Sibuk pacaran." ceplos Syifa dan membuat semuanya tertawa. Mengingat Syifa Dinda masih penasaran kalo syifa dan Arsyaf tidak ada hubungan apa apa kenapa keduanya waktu itu chatingan tapi kalimatnya ambigu gitu.

"Ye sirik aje lu pada,"ucap Dinda yang masih dengan wajah memerahnya. Jujur saja hari ini dia sangat gugup.

"Wah wah lagi pada kumpul nih ya?"ucap mamanya sambil berjalan kearah Dinda lalu duduk di sampingnya menggeser posisi Gita.

"Huh tante dateng dateng rokes nih," ucap Gita yang membuat Dinda tertawa.

"Biarin tante kan mau dekat menantu tante,"ucap mamanya​.

"Jam berapa mulainya ma?" Tanya Dinda.

"10 menit lagi."

"Lama banget ya?"

"Duh yang udah gak sabar jadi istri." ledek Hanna membuat Dinda malu.

"Yaelah malu malu biasanya juga malu maluin lo," ceplos Syifa.

"Apa deh gua gugup nih."

"Sok gugup lu Din."

"Bodo git."

***

"Sah?"

"Sah..."

"Alhamdulillah."

Tubuh Dinda menegang air matanya keluar tak menyangka bahkan dalam sekejap semuanya akan berubah statusnya sudah berubah. Sekarang dia sudah ada imam yang akan selalu menuntunnya menuju jalan yang di ridhoi oleh allah.

"Anak bundaa jangan nangis dong jelek tau yuk turun," ucap bunda dan di anggukin oleh Dinda.

Dinda keluar dari ruangan dan di iringi oleh bunda mamanya dan sahabatnya wajahnya masih menatap lantai. Setelah sampai Dinda di dudukan di samping Arsyaf. Dinda masih enggan menatap wajah Arsyaf karena malu. Namun Arsyaf malah secara terang terangan mentap wajah Dinda.

Dinda mencoba menatap Arsyaf entah kenapa rasanya berbeda. Arsyaf memasangkan cincin ke jari manis Dinda dan Dinda pun memasangkan cincin ke jari manis Arsyaf. Kemudian Dinda mencium tangan Arsyaf dan Arsyaf mencium keningnya dalam.

Semua memang terasa lebih tenang lebih nyaman disaat keduanya sudah halal dan lebih akur juga. Setelah akad nikah selesai Arsyaf dan Dinda langsung masuk ke kamar hotel khusus pengantin resepsi di mulai nanti jam sebelas dan sekarang baru jam sembilan masih ada dua jam untuk istirahat.

"Din?" Panggil Arsyaf kepada Dinda yang tengah membaca novelnya sambil menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Hm," sahutnya tanpa menatap Arsyaf.

"Da." panggilnya lagi.

"Apasih Ar?" Tanyanya lagi.

"Din din din da da da Dinda." serunya sambil melangkah ke arah Dinda dan bugh tiba tiba saja tubuhnya langsung tersungkur di pelukan Dinda. Dinda yang tak siap menerima perlakuan Arsyaf. Kepalanya terbentur kepala ranjang.

"Aww!" Arsyaf yang mendengar suara rintihan Dinda langsung melihat ke arah Dinda.

"Kenapa?" Tanya Arsyaf saat melihat Dinda meringis memegangi kepalanya yang terbentur.

"Kebentur kepala ranjang gara gara kamu tiba tiba meluk aku gini, kamu kenapa?" Tanya Dinda yang emang sedikit bingung juga.

"Maaf mana sini aku liat?  Maaf ya sayang." apa Arsyaf tidak tau kalo ucapannya membuat pipi Dinda memanas.

"Gak papa kok, kamu kenapa sih?" Tanya Dinda yang sebenarnya sudah gugup karena Arsyaf tengkurap di atas kakinya dan memeluk perutnya. Dan satu hal yang Dinda baru tau Arsyaf yang manja.

"Ngantuk," ucap Arsyaf membuat Dinda tersenyum tipis

"Ngantuk ya tidur lah, bukan nemplok disini."

"Tapi aku maunya tidur disini."

"Heh, yaudah tidur aku usapin kepalanya nanti kalo udah mau di mulai aku bangungin."

"Makasih sayang."

"Iya cup cup cup tidurlah wahai Arsyafku," ucap Dinda sembari bersenandung. Arsyaf yang mendengar senandung Dinda bukannya tidur malah tertawa​.

"Eh? Kenapa ketawa?" Tanya Dinda sambil menangkup pipi Arsyaf.

"Berasa anak kecil aku, mama Mimi cucu," ucap Arsyaf membuat Dinda bergidik ngeri pasalnya suami barunya ini memonyongkan bibirnya. Tapi dengan gemas juga Dinda menarik bibir suaminya.

"Sshh aahh Dinda sakit." mendengar desahan keluar dari mulut Arsyaf membuat Dinda mencubit lengannya.

"Makanya jangan mendesah gitu." kata Dinda yang sebenarnya menahan malu saat mendengar desahan Arsyaf.

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now