Part 5 - Lamaran

8.7K 366 2
                                    

Cemburu? Iya. Tapi lihat, aku bukan siapa siapa jadi tidak ada hak buat marah sama kamu.
**Arsyaf**

Mobil itu berjalan membuntuti motor yang ada di depannya. Matanya menatap intens ke arah keduanya. Batinnya meraung. Hatinya memanas. Ingin sekali dia berhenti dan menghajar lelaki yang sedang mengendarai motor yang ada di depannya itu. Ingin sekali dia menarik wanita yang ada di bagian belakang motor itu agar duduk di sampingnya. Namun apalah daya, dia tak punya alasan untuk melakukan itu semua.

Ya, lelaki itu adalah Arsyaf. Arsyaf Arkareza yang selama minggu ini memutuskan untuk memperjuangkan cintanya kembali. Cinta yang selama ini di pendam. Namun, taukah Arsyaf jika Dinda pun merasakan hal yang sama? Taukan Arsyaf jika selama ini Dinda seperti dia. Merasakan cemburu kepada seseorang, yang bahkan dia sendiri merasa tak ada hak untuk merasakan cemburu.

Lalu dimana selesainya permasalahan ini. Jika keduanya tak ada yang mau mengalah dan mengatakan kebenarannya jika mereka saling jatuh cinta dan juga saling memendam.

Arsyaf masih terus mengikuti sampai akhirnya bayangan motor itu hilang dari pandangannya, karena motor itu mulai memasuki perkarangan komplek. Shit!

"Akh! Ya allah," sedih Arsyaf, hatinya masih di penuhi rasa amarah. Matanya memerah. Dadanya berdenyur sakit. Tangannya mencengkeram stir mobil. Seperti inikah cemburu? Bahkan Arsyaf pernah mengalami hal lebih parah dari ini. Dan tanpa Arsyaf tau sebenarnya Dinda tahu, jika Arsyaf mengikutinya namun Dinda hanya diam tanpa ingin memberi tahu isi hatinya.

***
Sesampainya di rumah, Dinda langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Lalu membantingkan tubuhnya diatas kasur. Senyumnya mengembang hatinya berbunga.

"Gua nggak nyangka dia sampe ngikutin gua, dia cemburu tidak ya? Ah nggak mungkin, ngarep banget sih lo Din. Jangan ngayal, Arsyaf kan sukanya sama Syifa, bukan sama lo, jadi please, jangan berharap lebih," ucap Dinda yang sedang berbicara sendiri sambil menatap  langit-langit kamarnya. Matanya terlihat sendu.

"Apa bener ya Arsyaf dan Syifa punya hubungan spesial? Kok gua kepo ya? Tapi kok Syifa nggak ada cerita ke gua atau ke temen yang lain gitu. Apa jangan-jangan dia pengen cerita tapi nggak enakan sama gua. Duh, kok gua jadi serba salah kaya Raisa gini. Tapi? Tadi kenapa Arsyaf sampai ngikutin gua sama kak Bani ya? Tidak mungkin kalo ini kebetulan, soalnya rumah Arsyaf kan beda arah sama gua. Ck, tau ah pusing," ucap Dinda sambil menggelengkan kepalanya yang sibuk memikirkan Arsyaf. Matanya perlahan mulai melemah hingga merapat dan terlelap.

***

Hari minggu yang di tunggu arsyaf telah tiba. Ada yang ingat hari minggu acara apa?? Dan ya kejutan. Arsyaf akan datang ke rumah seseorang yang dicintainya. Wanita yang selama ini dinantinya. Arsyaf sudah berdiri di depan cermin dan mematut diri dikaca. Dipandangnya penampilannya dari atas kebawah. Lalu tersenyum manis.

Tok tok.

"Masuk," ucap Arsyaf sedikit keras.

Cklek.

Pintu terbuka menampakkan wajah cantik sang mama. Senyum bahagia terpancar dari wajah mamanya yang di balas senyum ala kadarnya oleh Arsyaf. Mamanya menghampirinya lalu menangkup pipinya.

"Anak mama udah gede aja dikit lagi mau nyusul Abangnya. Terus mama ditinggal deh, sama Adek sama papa," ucap mamanya membuat Arsyaf tersenyum mengingat Abangnya yang sudah berumah tangga lebih dulu di banding dia. Abangnya yang baru memliki anak satu.

"Arsyaf nggak pergi kemana-mana kok mah tetap disini. Dihati mama," katanya sambil memeluk tubuh mamanya. Betapa bahagianya dia mendapat ibu yang selalu ada di susah sedihnya. Yang selalu mendukung keputusannya. Dan selalu menasihatinya bila dia salah.

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Kde žijí příběhy. Začni objevovat