Ch 2 - that blonde guy

Start from the beginning
                                    

Kupijat pelipisku berusaha untuk lebih tenang. Ini pertama kalinya aku terbawa perasaan, biasanya kami selalu bisa mengimbangi emosi masing-masing. Apalagi ini masalah sepele, dan dibalik itu seharusnya aku merasa bersyukur karena Namjoon seperti ini bukti bahwa dia sangat memperhatikanku.

"Maaf Namjoon. Tapi please tenanglah.. Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa jaga diriku. Apalagi hanya untuk pulang sendiri dari kantor. Lagipula siapa yang mau menculikku," suaraku mulai tenang kembali.

"Tapi aku sudah berjanji padamu Queen," suaranya terdengar lemah membuatku sedikit terenyuh.

"Hei, cheer up baby.." aku menyenandungkan lirik sebuah lagu, dan kudengar ia terkikik diseberang sana.

"Listen honey, Aku tidak pernah menuntutmu untuk menjanjikan sesuatu, tapi kau sendiri yang berjanji dan aku lihat kau berusaha keras untuk menepatinya. Jujur, aku sangat bangga punya kekasih yang bisa memegang kata-katanya. In fact, seandainya kamu tidak menjemput atau mengantarku pun tidak akan merubah kenyataan bahwa kamu kekasih paling baik sedunia," entah darimana kalimat-kalimat itu bisa keluar dari mulutku.

"That's why I love you so much Park Hyejin," aku tidak bisa menahan senyumku saat mendengarnya.

Sampai beberapa menit yang lalu aku masih merasa jenuh dengannya, namun sekarang aku tersenyum-senyum sendiri seperti orang bodoh.

"I love you too Kim Nam Joon," heol, sudah berapa lama aku tidak mengucapkan kalimat itu.

Biasanya aku hanya mengatakan 'nado', 'me too', bahkan terkadang hanya 'i know'.

"Wow, its a been a while," celotehnya, membuat hatiku sedikit tersentil.

Oh, dia menyadarinya.


¤¤¤¤¤


Sayang sekali ternyata Chaeri sedang lembur malam ini, jadi aku tidak bisa pulang bersamanya. Baiklah, sudah lama juga aku tidak naik taxi sendiri.

Aku berjalan menyusuri koridor saat kudengar derap langkah dibelakangku. Ku tengok ke belakang bahuku untuk melihat kebelakangku dan ternyata orang itu sudah mengarahkan pandangan kearahku .

"Oh hai Yoongi-ssi. Kau baru mau pulang?," aku memperlambat langkahku agar bisa sejajar dengannya.

"Mhm.. Seperti yang kauliat..," ia menjawab dengan gaya tak acuhnya sambil tetap mengulum lollipopnya.

"Ah begitu..," entah mengapa berbicara dengannya membuatku jadi bertingkah canggung seperti ini.

Biasanya aku adalah tipe yang cepat akrab, orang banyak menyebutku social butterfly, dalam artian positif.

(Ket: social butterfly (in a good way) artinya: tipe orang yang ramah dan easygoing, bisa membaur dengan siapa saja atau bisa juga dianggap populer, in a bad way means: bahasa halus untuk menyebut a hoe or a slut)

Kami berjalan beriringan menuju front door, dalam suasana canggung. Atau mungkin hanya aku yang berfikir begitu, karna kulirik sekilas kearahnya sepertinya ia tidak merasakan atmosfir kecanggungan karena sibuk dengan lollipop dan ponsel ditangannya.

Sepertinya dia memang tidak peduli dengan keberadaanku, hal yang wajar karena ia memang tidak mengenalku sebelumnya dan bertemu hanya karena urusan pekerjaan, dan sepertinya dia tipe orang yang tidak suka basa-basi atau repot-repot mengakrabkan diri dengan orang lain, aku nya saja yang terbiasa mengakrabkan diri kepada siapapun yang kutemui, maklum pekerjaanku mengharuskan ku mengenal banyak orang, semakin banyak kolega semakin banyak keuntungan.

"Kau pulang sendiri?," pertanyaannya membuyarkan lamunanku, yang tanpa kusadari kami sudah berjalan melewati front door.

"Ya begitulah. Bye..," tanpa menunggu jawabannya, aku bersiap melangkahkan kakiku untuk berjalan kedepan gedung dan mencari taxi.

"Butuh tumpangan?," kalimatnya menghentikan pergerakanku.

Aku berbalik, melihat dia dan... sepeda motornya. Wait, sejak kapan ada sepeda motor disitu, atau karna aku melamun tadi sehingga tidak sadar bahwa ada sepeda motor terparkir.

"Oh, aku lupa. Sepertinya tidak semua perempuan suka naik sepeda motor," ia berdecak dan mulai memakai helmnya saat melihatku yang diam saja sambil menatap motornya.

Apa dia baru saja menyindirku dan berfikir bahwa aku tipe perempuan yang hanya bisa naik mobil ataupun melihat sesuatu dari penampilan luar saja.

"Apa maksudmu? Aku bahkan bisa mengendarainya," jawabku sambil memutar bola mataku.

Aku berjalan mendekatinya, dan menengadahkan tanganku dihadapannya. Alisnya naik sebelah, sebelum akhirnya ia tertawa simpul.

"Kau mau menyetir? Tapi sayang, aku tidak akan membiarkan anakku dikendarai oleh seorang wanita. Naiklah, aku akan mengantarmu," ia mulai menaiki motornya, akupun mengikutinya.

Aku tersenyum dalam hati, mengingat ia menyebut motornya dengan sebutan 'anak'. Ia terdiam sejenak seperti sedang berfikir, lalu melepaskan helmnya dan menyerahkan padaku, membuat dahiku berkenyit. Seperti tahu yang kupikirkan, ia menjawab...

"Cuma ada satu helm dan aku tidak mau mengambil resiko jika terjadi apa-apa pada tempurung kepalamu."

... sambil memakaikan helm itu kepadaku secara asal, karna aku tak kunjung meraihnya.

STOP

apa yang terjadi padaku?

Kalimatnya tadi sungguh jauh dari romantis, agak kasar malahan. Namjoon tidak mungkin pernah mengatakan kalimat semacam itu.

But, why my heart beating a little bit faster now?

** TBC **

Kindly pencet tombol bintang dan berikan sepatah dua patah kata untuk chapter ini ya.. 😀😀



BitterSweet | K.NJ / M.YG | BTSWhere stories live. Discover now