EPIPHANY : O6

404 69 71
                                    

Dengan sepatu hitam yang warnanya sudah lusuh beserta tali nya yang belum diikat sempurna, Dinda berlari sekuat tenaga saat Pak E'ep sedang menutup pagar sekolah.

"PAAAK TUNGGUUU!"

Begitu ucap Dinda sambil berteriak. Untung nya Pak E'ep melihat Dinda diseberang, maka pergerakan menggembok pagar nya pun terhenti dan memberikan Dinda kesempatan untuk masuk. Dinda tersenyum sebentar pada Pak E'ep dengan napas yang terengah-engah lalu berlari menuju lapangan.

Hari Senin sial, bagi Dinda.

Ia langsung meletakkan tas nya dibawah pohon besar, yang disana juga banyak tas para murid yang terlambat dan tidak sempat menaruh tas nya dikelas.

Dengan panik dan terburu-buru ia mengikat tali sepatunya dengan rapih lalu mengambil topinya didalam tas.

Dari sini, Dinda sama sekali tidak melihat barisan kelasnya. Ia makin panik, malu rasanya kalau sampai Dinda baris di barisan kelas lain.

"Aduh ini mana si"

Belum sempat Dinda ke barisan nya, Bu Ismi dengan senjatanya -penggaris kayu- menginterupsi Dinda untuk berhenti. Mata tajam yang ada dibalik kacamata nya memperhatikan Dinda dengan teliti.

"Kamu terlambat?" tanya nya.

Dengan gugup Dinda menjawab, "I-iya Bu."

"Ck ck ck, udah terlambat, sepatu nya begitu pula."

Otomatis Dinda menunduk, melirik sepatunya. Lalu mengernyit, "Sepatu saya kenapa Bu?"

"Pake nanya," cibir Bu Ismi. "Menurut kamu itu warna nya apa? Hitam atau abu-abu gak jelas?"

"Hitam."

"Matamu buta warna."

Dinda menghela napas nya pasrah. Perkara warna sepatu yang sudah lusuh saja di permasalahkan? Padahal kan warna aslinya memang hitam, ya.. tapi sekarang sudah abu-abu gak jelas sih.

Tapi tetap saja hitam kan?

"Sana, baris disana!" Bu Ismi memerintah Dinda untuk kebarisan murid yang atribut nya tidak lengkap.

Oke, Dinda pasrah.

"Apa salah nya sih?" gerutunya sambil melihat sepatunya. "Padahal jelas-jelas hitam gini—ya walaupun udah pudar, sih. Tapikan sama aja hitam—"

"Dinda?"

"—ya? Eh, Jeff?"

Laki-laki yang ber name tag Jeffrey Satria baru saja menyapa Dinda. Benar-benar memanggil sambil tersenyum sampai lesung pipinya terlihat.

Dinda langsung meneguk saliva nya gugup.

Untuk yang pertama kalinya, Jeff menatap wajahnya.

Oh ya, dan untuk pertama kalinya, Dinda mendengar Jeff memanggil namanya.

"Ngapain disini? Atribut lo lengkap kok."

"Ini.. sepatu gue disalahin sama Bu Ismi." jari-jari tangan Dinda meremas rok, betul-betul gugup.

"Hah? Sepatu lo disalahin? Emang dia buat kesalahan apa?"

"Maksut gue bukan gitu,"

Jeff jadi terkekeh pelan saat melihat sepatu Dinda. Jelas saja sepatunya disalahkan, toh warnanya betul-betul tidak meyakinkan kalau itu hitam.

"Ya udah, lo mau pake sepatu gue?" tawar Jeff.

Dinda otomatis menggeleng, "Enggak, enggak. Makasih banget, tapi gak usah."

EPIPHANYWhere stories live. Discover now