EPIPHANY : O1

629 169 215
                                    

"Dinda, anterin katalog tupperware ke Mamanya Jaka."

Dinda sedang duduk santai di sofa ruang tamu sambil menonton televisi, rasanya mager untuk bangun dan keluar rumah. Lagipula, rasanya baru kemarin dia disuruh sama Mamanya untuk nganterin katalog tupperware ke tetangga, lah kok sekarang anterin lagi.

"Dindaaa! Cepet dong, ini Mamanya Jaka udah nge whatsapp." teriak Mamanya lagi, yang terdengar dari arah dapur.

"Iyaaaaaa."

Dinda mematikan televisi dan segera membawa buku berharga milik Mamanya.

Belum sempat Dinda menekan bel, Jani --Mamanya Jaka-- membuka pintu lebih dulu.

"Ehh--loh, Dinda udah pulang?" tanya Jani bingung.

"Iya Tante, kan memang biasanya jam 2 udah pulang hehe," jawab Dinda. "Oh iya, ini katalog nya dari Mama."

Jani menerima dengan raut wajah bingung nya, membuat Dinda jadi ikut-ikutan bingung.

"Tante kenapa? Kok kaya bingung gitu?"

"Gak apa-apa Dinda," jawab Jani. "Emang Dinda gak ada jam pelajaran tambahan?"

Dinda menggeleng pelan, "Enggak, yang dapet jam tambahan cuma kelas 12 aja."

"Oh gitu." ujar Jani sambil mengangguk tanda mengerti.

"Iya, emang kenapa Tante?"

"Dinda, Jaka kelas berapa sih?"

Ditanya begitu, Dinda jadi mengerutkan kening. "Kelas 11, hehe. Kan. . Jaka anak Tante, kok. . Tante nanya ke aku?"

"Iya juga sih. Hmm, bohong lagi tuh anak." gumam Jani. "Ya udah Dinda, makasih ya."

"Dinda, buangin sampah

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Dinda, buangin sampah."

"Okee." Dinda yang berada dikamar segera turun dan berjalan kedapur, mengambil beberapa kantong sampah yang sudah disiapkan oleh Mama nya dan membuang nya di tempat sampah belakang komplek. Karena biasanya, saat subuh akan ada petugas kebersihan yang akan mengangkut semua sampah-sampah nya.

Dinda segera membuang nya, mengerjakan nya dengan cepat dan berlari kecil kembali kerumah. Langit gelap yang mulanya hanya menampilkan kilat-kilat akhirnya meneteskan air.

Dinda mendesah pelan sambil berlari, "Ah ujan!"

Untung baju gue ga basah. Batinnya sambil menaiki tangga, hendak kembali ke kamarnya.

Dug! Dug!

"Heh Dinda!"

Dinda mengernyit, "Apaan tuh?" gumam nya berbisik.

"Woi!"

Dinda mendengus sebal sambil menyibak gorden nya dan membuka pintu balkon kamarnya. Ternyata Jaka.

EPIPHANYOnde as histórias ganham vida. Descobre agora