Chapter 11 - Helper

85 7 1
                                    

[Kaca]

Aku adalah kaca

Terlihat cemerlang nan bercahaya

Aku bisa sangat berbahaya

Apabila kau coba-coba

Jika kau hancurkan aku

Aku akan pecah dihadapanmu

Injaklah aku

Dan aku akan melukaimu

Aku adalah kaca

💮💮💮

Kini ku ratapi tempat tidur ku, terlihat begitu amatir, sudah seperti ruangan yang seluruh isinya limit tertimpa dahsyatnya gempa. Serpihan kaca berserakan di mana-mana. Kasur ku tidak sesempurna sebelumnya yang saat ini habis teraniaya oleh mereka yang membelahnya menjadi empat bagian. Seperti layaknya memperlakukan wafer persegi yang sengaja dibuatnya retak hingga terbagi menjadi empat wafer berpotongan.

Bagaimana bisa aku tidur diatas kasur seperti itu? Ukuran badanku tidak sekecil sapu lidi yang akan cukup menduduki satu perempat tempat tidur berbahan busa itu. Sangat tidak lucu, bukan?

Tiada cara untuk berbuat semena-mena. Papahku entah ke mana, smartphone-ku mati tidak berguna, lampu kamar ku di culik begitu saja dan pintunya masih terkunci sekian lama.

Mengapa mereka begitu kejam padaku? Atau kah apa yang mereka lakukan adalah sebuah lelucon? Sejahat ini?

Baiklah, tindakan kalian sekarang adalah lelucon yang sangat tidak berkelas. Aku terima segala kebodohan ini supaya hati kalian merasa puas atas lelucon yang kalian mainkan.

💮💮💮

Gelap malam telah kunjung datang bersama dengan turunnya tetes-tetes air kerinduan. Ku nikmati setiap rintik-rintik hujan yang menyeret ke dalam ruang melewati dua terobosan besar yang berada di samping kananku. "Mereka mencopot kedua jendela dan gordengnya. Baiklah."


Gumpalan angin malam berhembus menyelimuti sekujur tubuhku dengan kencang. Hujan kini tiada hentinya, menemani malamku menjadi jeritan tangis yang menggenangi seluruh permukaan pipiku.

Mulutku bungkam tanpa protes, membiarkan seluruh tubuhku terkena rintik-rintik air penyebab demam. Bibirku melebar juga bergetar, menikmati kesakitan yang hanya bisa dirasakan oleh hati ini. Aku rasa, senyuman ikhlas akan membantu ku untuk meringankan beban masalah.

Bulir-bulir hujan deras menutupi tetesan air mata di pipi ini. Tiada mengetahuinya selain diriku yang merasa, serta Tuhanku, Allah Yang Maha Melihat.

Allah sedang bersama ku dan akan selalu seperti itu. Dia tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya merasa sendiri. Allah selalu bersama hamba-hamba yang juga mendekatkan diri pada-Nya. Jika kita merasa dekat dengan Allah, maka Dia berada dekat bersama kita. Namun jika kita merasa jauh dengan Allah, maka jangan harap Dia berada di sisi kita.

Allah Subhaanahu Wa ta'aalaa berada di atas (fissamaa-i = di langit), sedang Dia lebih dekat dengan manusia daripada urat nadi nya. Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

"Lindungi aku, Yaa Rabbi." [Rabb = Tuhan yang mengurus, menjaga dan memelihara seluruh alam].

Allahu Akbar, Allahu Akbar [Allah Mahabesar, Allah Mahabesar]. 2x
Asyhadu an laa ilaaha ill Allah [Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah]. 2x
Asyhadu anna Muhammada Rasulullah [Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah]. 2x
Hayya 'alasholati [Mari kita sholat]. 2x
Hayya 'alalfalah [Mari kita menuju kemenangan]. 2x
Allahu Akbar, Allahu Akbar [Allah Mahabesar, Allah Mahabesar]. 2x
Laa ilaaha ill Allah [Tiada Tuhan selain Allah]

Pecandu RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang