***

Dari balik pintu kamar mandi yang tertutup, Suzy bisa mendengar suara gemercik air walaupun agak samar-samar. Wanita itu bergerak gelisah di depan pintu kamar mandi, ia berjalan mondar mandir dengan perasaan was-was. In-guk telah masuk kekamar mandi beberapa menit yang lalu, yang Suzy khawatirkan sekarang ini bukanlah kenyataan bahwa In-guk akan memakai sabun mandinya atau shampoo yang baru ia beli, tapi akan keberadaan ponsel pemberian Myungsoo yang Suzy sembunyikan di salah satu sudut kamar mandi.

"Semoga dia tidak menemukannya" ujar Suzy pelan. Sesekali ia melirik pintu kamar mandi, berharap suaminya cepat keluar dari ruangan itu dan menjawab rasa penasarannya ―bahwa pria itu tidak menemukan ponsel tersebut.

Saat Suzy sedang asik mengigit kuku jari jempolnya di depan pintu kamar mandi, In-guk keluar dari sana dengan bertelanjang dada, bagian bawahnya hanya di tutupi oleh handuk berwarna hitam. Tangan pria itu sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk putih yang berukuran lebih kecil dari pada handuk yang melingkar di pinggangnya.

"Suzy?" ucapnya sedikit heran melihat wanita itu berdiri di depan pintu kamar mandi dengan gelisah. Jangan katakan bahwa wanita itu kebelet mau buang air, karena ada begitu banyak kamar mandi di rumah besar kelaurga Bae. Bahkan di sebelah kamar mereka ada kamar tamu yang tidak berpenghuni.

"Oh! Oppa" ujar Suzy terkesiap, tanpa sadar ia memanggil In-guk dengan sebutan oppa, karena dia tadi sedang memikirkan ponsel pemberian Myungsoo ―yang biasa ia panggil dengan oppa.

"Oppa?" In-guk mengernyitkan keningnya. Handuk kecil yang ia gunakan untuk mengeringkan rambut kini telah melingkar di lehernya, sekarang ia sedang berkacak pinggang di depan Suzy, melihat tingkah aneh wanita yang sekarang telah menjadi isterinya.

"Ah, itu!" Suzy mengambil jeda, mencoba memeras keras otak kecilnya, "Aku sedang menunggumu, karena aku ingin menanyakan, apakah aku boleh memanggilmu dengan sebutan oppa?" Suzy berbicara dengan nada berbeda dari biasanya, ia bahkan memenggal-menggal perkataannya menjadi beberapa bagian ketika menjelaskan alasan yang terbesit di kepalanya.

"Hanya itu?" tanya In-guk sedikit tidak yakin. "Iya. Kitakan sudah menikah, jadi harus ada panggilan yang khas" ujar Suzy lagi memberikan alasan. Terdengar masuk akal, pikirnya bangga.

In-guk bergerak menuju lemari dan memilah baju santai yang akan dia kenakan di rumah, hari ini dan beberapa hari kedepan dia tidak akan ke kantor. Ia mendapatkan cuti. "Bukankah lebih baik jika kau memanggilku sayang saja?" ucap In-guk tanpa menatap Suzy, ia masih sibuk memilih baju dan celana yang akan ia kenakan.

"Kita bukannya baru saja pacaran sehingga kau memanggilku oppa" balasnya dengan tawa kecil membuat Suzy meruntuki sifat kekanak-kanakannya sendiri. "Kau tidak masalah dengan panggilan itukan yeobo?" In-guk berbalik menghadap Suzy dengan senyuman tipis nan mempesona.

Bagaikan cokelat yang dipanaskan, Suzy seakan meleleh. In-guk dengan pandangan teduh serta setengah telanjang, menatapnya dengan senyuman tipis sembari memanggilnya yeobo. Bukankah normal jika jantungnya berdetak aneh?

"Yeobo?" In-guk mendekat dengan senyuman yang masih belum menghilang sama sekali, Suzy melangkah mundur dan menelan saliva. "Aku akan menyiapkan sarapan untukmu" ucap Suzy cepat kemudian berlari cepat meninggalkan kamarnya. In-guk tertawa kecil, "lucunya" ucap pria itu yang ternyata memiliki kesenangan tersendiri dengan mengoda Suzy.

Selama dia bertemu dengan Suzy, In-guk tidak banyak melihat perubahan atau ekspresi wanita itu. Hanya ada pandangan dingin, kosong serta senyuman yang tak terkesan tulus sama sekali. Ia merasa penasaran, ia ingin melihat semua ekspresi Suzy. Marah, senang, kesal, tersipu dan lain sebagainya.

Our Love Story [END]Where stories live. Discover now