Rain Is A Love That Sky Sends To Earth

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Gue ambilkan baju dulu ya Nate biar elo enggak masuk angin." Aku berjalan cepat menuju kamar. Kebetulan memang beberapa baju Harrys ada di kamarku. Bukan karena sengaja ditinggal di sini, tetapi memang ia lupa kalau ia meninggalkan beberapa baju di tempatku. Mungkin saja karena ia tidak pernah sekalipun kekurangan baju.

Aku hanya butuh waktu kurang dari lima menit untuk mengambil t-shirt hitam dan celana jeans warna navy serta sebuah handuk.

"Ini. Elo bisa mandi dulu di sana." Aku menunjuk ke kamar mandi yang bersebelahan dengan kamar.

Nathan mengangguk lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Sesaat aku termangu melihatnya yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Merasakan keberadaan seorang laki – laki di dalam apartemenku, membuatku merindukan kehadiran Harrys. Sekali lagi aku menepis pikiran tentang Harrys, karena semakin aku mengingatnya semakin aku sakit dibuatnya.

Aku beranjak menuju dapur hendak membuatkan hot chocolatte untuk Nathan. Tanganku meraih dua mug dan mulai meramu coklat panas favoritku. Setelah mencampur susu dan coklat, aku menambahkan ekstrak peppermint untuk memberikan rasa segar dalam segelas coklat panas.

Nathan keluar dari dalam kamar mandi dan berjalan ke arahku. Dalam balutan baju Harrys, Nathan jelas tampak sangat berbeda. Nathan sedikit lebih tinggi dan juga sedikit lebih berisi, sehingga ia tampak sedikit tidak nyaman dengan baju yang aku berikan.

"Kekecilan yaa?" tanyaku sambil tersenyum. Sebenarnya aku sedang menahan tawa melihatnya.

"Lumayan sih, tapi nggak masalah sih daripada aku beku dengan baju tadi." Jawabnya.

Mataku menelusuri setiap jengkal tubuh Nathan. Di mulai dari rambutnya yang hitam legam dengan undercut style – nya. Badannya tegap dan berisi, mungkin dia sering melakukan work out. Yang baru aku tahu ternyata ia memiliki bulu yang sedikit lebat. Wajahnya bersih, rahangnya tegas apalagi ditambah dengan jenggot tipisnya. Dan tinggi Nathan memang lebih dari ukuran pria Indonesia pada umumnya.

"Ini udah gue bikinin hot chocolatte." Aku menunjuk mug yang aku letakkan di kitchen island.

"Aku shalat dulu bentar ya Ann. Bisa pinjam sajadah?"

Aku terkejut saat Nathan mengatakan akan shalat. Bukan karena seorang Nathan shalat, tetapi lebih kepada aku lupa menaruh sajadah dimana.

Sejak pindah ke apartemen ini, aku hampir selalu melupakan kewajibanku sebagai orang beragama Islam. Apalagi Harrys juga sama saja denganku, sehingga hampir tidak pernah ada yang menanyakan tentang sajadah.

"Mmm, gue baru saja menaruhnya di laundry karena kebetulan gue lagi enggak shalat." Jawabku berbohong. Di dalam hati aku benar – benar mohon diampuni dosaku.

"Oh, gitu yaa. Padahal aku mau ngajak kamu jamaah Ann."

"Elo bisa shalat di kamar gue. Kebetulan ada karpet di situ." Sahutku cepat.

Nathan mengangguk dan masuk ke dalam kamarku. Beberapa saat kemudian, aku tidak mendengar apa – apa. Perlahan – lahan, aku menggerakkan kakiku menuju kamarku. Dan saat aku mendekati daun pintu, tiba – tiba jantungku berdetak begitu cepat. Mataku menatap lekat wajah khusyuk Nathan yang sedang shalat. Aku tidak pernah merasa se canggung ini sebelumnya. Ya Tuhan, benarkah Engkau kirimkan pria ini untuk mengingatkanku padaMu? Tanyaku dalam hati.

Aku terduduk diam di bar stool saat tiba – tiba seseorang menyentuh pundakku.

"Jangan melamun Ann, nanti kesambet." Ucap Nathan sambil duduk di sampingku. Ia meraih mug dan menyeruput coklat panas buatanku.

"Hmm, enak banget ini." Lanjutnya.

"Itu enggak gratis yaa."

"Mau dibayar pake apa?" tanya Nathan sambil menatapku lekat. Aku langsung salah tingkah dibuatnya, namun aku menutupinya dengan meraih coklat panasku dan meminumnya sampai habis.

Petrichor [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ