"Sejak kapan anda tahu tentang rencana pernikahan ini?" setelah lama berdiam diri, akhirnya Suzy membuka suara menggemukakan pertanyaan yang terus menghantuinya. Setelah dipikir-pikir lagi, pernikahan ini tidaklah terkesan mendadak karena semua persiapannya terlihat begitu sempurna ―gaun pengantinnya bahkan sudah dipesan satu bulan yang lalu, dan itu artinya sebelum dia kembali dari luar negeri.

"Beberapa bulan yang lalu" jawab In-guk dengan nada ramah, dia tidak melirik ke arah Suzy karena harus fokus pada jalanan. Suzy mendengkus pelan, sudah ia duga bahwa pernikahan ini sudah direncanakan sejak jauh hari, ayahnya memang sengaja menyusun rencana ini untuk memisahkan dia dan Myungsoo.

"Dan anda menerimanya begitu saja?" tanya Suzy lagi dengan nada dibuat biasa-biasa saja, tidak ingin menyinggung pria yang sedang fokus menyetir mobil dengan berhati-hati tersebut. In-guk tersenyum menanggapi pertanyaan Suzy, "tidak juga. Aku memikirkannya cukup lama, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menerima rencana pernikahan ini"

"Kenapa?"

"Ibuku tau caranya menilai orang. Dia pintar memilih wanita, dan kau adalah pilihan pertamanya. Aku pikir dia pasti benar, jadi aku setuju"

Suzy sedikit terkejut dengan jawaban pria yang duduk di sampingnya tersebut, apakah semudah itu untuk memutuskan menikahi seseorang? Suzy tak habis pikir, "lalu? Kalau ibumu salah bagaimana?"

"Itu berarti aku kurang beruntung" jawab In-guk sembari tertawa lembut. Ia melirik Suzy sekilas dan tersenyum padanya sebelum kembali fokus menyetir. Suzy tertegun, pria itu begitu hangat. Tipe pria yang diidam-idamkan para wanita untuk menjadi ayah dari anak-anak mereka kelak. Pandangan teduh itu, nada bicara lembut itu serta gerakan wibawa yang membuat siapapun akan mengecapnya sebagai pria baik-baik.

"Aku tau kau cukup terkejut dengan pernikahan ini. Aku juga yakin kau pasti mencoba untuk menolak, wanita biasanya sangat mengandalkan perasaan mereka" In-guk membuka suara ketika dia merasa bahwa Suzy tidak mau bertanya lagi. "impian setiap wanita adalah menikah dengan pria yang mereka cintai. Maaf, aku membuat impian itu hancur" Suzy memalingkan wajah ke luar jendela. Matanya tiba-tiba memanas.

"Waktu"

"Apa?" Suzy kembali melirik In-guk ketika pria itu mengatakan kata yang tak ia mengerti maksudnya.

"Yang kita butuhkan adalah waktu. Waktu untuk memahami satu sama lain, mengenal satu sama lain atau kalau memungkinkan mencintai satu sama lain. Hanya waktu harapan kita satu-satunya, tidakkah kau berfikir begitu?"

Suzy masih tetap menatap In-guk lekat, kata-kata pria itu seakan menyadarkannya bahwa sebentar lagi dia akan hidup bersama pria tersebut. Menyadarkannya bahwa kisah cintanya bersama Myungsoo mungkin akan sepenuhnya berakhir. "waktu" ulang Suzy lirih.

"Benar, waktu"

***

Sebisa mungkin Myungsoo memakirkan mobilnya agar tidak mencolok mata di depan rumah besar milik keluarga Suzy. Sudah beberapa jam dia berada di dalam mobilnya dan memperhatikan rumah besar yang sangat ingin ia masuki, dulu ataupun sekarang. Dia penasaran, bagaimana dengan kabar wanitanya. Ponsel wanita itu sudah tidak aktif lagi, entah itu karena ulah tuan Bae atau karena ulah Suzy sendiri. Myungsoo merindukan wanitanya.

Dia memukul-mukul pelan pahanya menggunakan tangan kanan, merasa gelisah karena apa yang dia tunggu tak kunjung datang. Selama dia mununggu di sana, sudah ada beberapa mobil yang keluar masuk kediaman tersebut, Myungsoo hanya perlu mencegat salah satu mobil yang ia yakini sebagai mobil yang Suzy tempati. Dia tidak berharap banyak, cukup bisa melihat wajah Suzy dan meyakinkan bahwa wanitanya baik-baik saja. Ini bahkan lebih buruk dari pada terpisah karena jarak ―seperti saat Suzy di asingkan ke luar negeri.

Our Love Story [END]Where stories live. Discover now