"Bunda gak boleh begitu, biar gimanapun Zidny menantu bunda. Aku yakin, Zidny pun gak mau punya penyakit kayak gitu, bund. Ini udah jalannya,"

Rike tersenyum kearah (Namakamu). Gadis itu tidak berubah meski ia tahu segala yang terjadi di sini sudah berubah semenjak dia pergi melanjutkan sekolahnya ke Amerika. Rike yakin jika gadis itu masih menyayangi anaknya hingga sekarang. Terbukti saat (Namakamu) menatap Iqbaal. Cara gadis itu menatap Iqbaal sangat berbeda dari pada saat gadis itu menatapnya. Dan senyum gadis itu terlihat seperti senyum kepedihan karena rindu. Di bandingkan saat senyum untuk Rike. Lebih antusias.

***

Iqbaal berjalan memasuki kamarnya. Membuka pintu kamar dengan perlahan dan kembali menutupnya setelah ia memasuki kamar. Pandangannya teralih pada Zidny yang tengah terduduk bersandar di sandaran ranjang.

Iqbaal tersenyum dan menghampirinya, "Katanya mau tidur"

Zidny yang tengah melamun pun tersentak melihat kehadiran Iqbaal. Wajah lelahnya yang menurut Iqbaal sangat lucu membuat Iqbaal gemas sendiri melihatnya. "Aku nungguin kamu," ucap Zidny dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Langsung saja Iqbaal merebahkan tubuhnya bersamaan dengan Zidny.

Iqbaal merentangkan sebelah tangannya untuk menopang kepala Zidny kemudian mengecup kening istrinya, "yaudah. Sekarang tidur, yaa" Zidny mulai memejamkan matanya seiring Iqbaal yang terus mengelus rambutnya dengan lembut. Membuat rasa kantuknya semakin menjadi dan akhirnya tertidur dengan pulas.

Iqbaal tidak bisa memejamkan matanya. Tatapannya menengadah menatap langit-langit kamar. Pikirannya jauh pada sosok gadis masalalu yang kini kembali hadir di kehidupannya.

Setelah sekian lama Iqbaal mencoba untuk melupakan gadis itu, setelah sepuluh tahun berlalu, mengapa gadis itu hadir lagi, mengusik hatinya yang mulai tenang.

15 menit kemudian, pintu kamarnya terdengar ada yang mengetuk.

"Iqbaal," Tak lama, terlihat Rike tengah memunculkan sedikit wajahnya di balik pintu. Iqbaal segera turun dari ranjang dan sebisa mungkin untuk tidak mengganggu tidur istrinya.

"Ada apa, Bund?" tanya Iqbaal setelah sudah sampai dihadapan bundanya. Rike tersenyum tipis

"Tolong anterin (Namakamu), yaa. Dia mau pulang,"

Iqbaal hanya mengangguk nurut kemudian mengambil kunci mobilnya dan berjalan mengikuti Rike.

***

Zidny terbangun dari tidurnya. Menatap kearah samping, kemana Iqbaal? Bukankah tadi Iqbaal tidur bersamanya. Ia pun turun dari ranjang, berniat untuk mencari Iqbaal.

Zidny menuruni anak tangga satu per satu karena kebetulan kamarnya dengan Iqbaal berada di lantai 2. Saat sudah sampai di anak tangga terakhir, Zidny melihat Rike yang tengah memberes kan meja yang ada di ruang tamu.

"Bunda," panggil Zidny dengan suara lembutnya, "Iqbaal kemana, Bund?"

Rike menghentikan aktivitasnya kemudian membalikkan badannya dan tersenyum kearah Zidny, "Iqbaal lagi nganter (Namakamu) pulang. Maaf yaa, bunda jadi ganggu tidur kamu,"

Zidny terdiam kemudian tersenyum tipis, "Gak kok bund. Yaudah, aku balik ke kamar, yaa" ucap Zidny kemudian kembali berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

***

Iqbaal memasuki kamarnya. Ia barusaja pulang sehabis mengantar (Namakamu) kerumahnya. Matanya menatap kearah ranjang. Kosong. Alis Iqbaal mengerut. Perasaan sebelum ia meninggalkam kamar, Zidny masih tertidur dengan pulasnya. Namun mengapa sekarang ranjangnya kosong.

Pandangannya beralih menuju arah balkon. Seketika bibirnya tersenyum melihat Zidny yang ternyata tengah berdiri dibalkon kamar. Iqbaal pun menghampirinya. Berjalan dengan perlahan agar Zidny tidak mengetahui keberadaannya.

Semilir angin yang tak begitu kencang, menyibakkan rambut indah milik Zidny yang hanya sebahu. Iqbaal tersenyum melihat istrinya yang begitu cantik. Bahkan tidak hanya cantik, Zidny juga merupakan perempuan dewasa. Dewasa-nya itulah yang membuat Iqbaal jatuh cinta pada Zidny.

Lengan Iqbaal melingkar di area pinggang Zidny, sesekali mengecup pelipisnya dengan penuh kasih sayang, "Kok udah bangun?" ucap Iqbaal setelah berhasil mengecup pelipis istrinya namun tak merubah posisi mereka.

Zidny tersenyum dan mengelus lengan Iqbaal yang melingkari pinggangnya. Iqbaal adalah laki-laki yang membuat dirinya merasa nyaman. Semoga saja kenyamanan ini akan selalu ia rasakan sampai nanti.

"Mungkin karena gak ada kamu, aku jadi kebangun," ucap Zidny membuat Iqbaal terkekeh renyah. Apakah Zidny tengah menggombal? Terdengar lucu ketika seorang istri menggombali suaminya. Mungkin itu memang hal yang mainstream. Tapi tidak bagi Iqbaal.

"Karena aku udah balik, mending kita tidur lagi." ucap Iqbaal kemudian membawa Zidny dan merebahkannya di atas ranjang. Kemudian ia menyusul dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Zidny.

"Tidur lagi, yaa" ucap Iqbaal kemudian mengecup kening Zidny dalam tempo yang lama. Bahkan Zidny sampai memejamkan matanya untuk menikmati kehangatan dan kenyamanan yang Iqbaal berikan.

Dalam hati Iqbaal sedikit merasa gelisah. Ia baru saja berbicara dengan Rike sepulang mengantar (Namakamu). Dan ia merasa bingung sekarang. Ia harus menuruti ucapan bundanya. Tapi, ia tidak mau jika tindakkannya itu menyakiti istrinya. Sudah pasti, Zidny akan merasa tersakiti jika ia menuruti apa yang bundanya katakan.

Apa rencana Tuhan selanjutnya? Mengapa dia diizinkan kembali mengusik hati ini yang sudah mulai tenang dan tertata?

💫💫💫

30/04/2017

All I Ask.. ✔Where stories live. Discover now