***
Saat ini yang mampu aku lakukan, hanya terdiam duduk di kursi yang berada di ruang tunggu keluarga. Setibanya aku di rumah sakit, aku aku merasa seperti tertikam sesuatu yang sangat tajam dan sakit. Tubuhku lemas seketika saat aku melihat Deva yang terbaring koma di ruang ICU . bahkan aku tak mempedulikan penampilanku yang sangat tidak baik ini. Pikiranku kosong, karena bertubi-tubi kenyataan pahit yang mendera otak dan hatiku semakin membuat aku seperti orang yang kehilangan arah.
Perasaanku yang sedang berkecamuk ini membuat ku lelah, dan rasanya mataku begitu berat. Bahkan tubuhku pun terasa tak berpijak.
"Ve...." panggil mamaku disertai dengan tangannya yang mengusap kepalaku. Namun tak ku hiraukan dan detik selanjutnya aku tak mengingat apapun lagi, dan gelap.
.
.
Aku terperanjat bangun, dengan napas sedikit tersengal.
"Ve... Syukurlah kamu sudah siuman nak"
Mama langsung menghampiriku.
"Mama ? Aku kenapa ?" aku benar- benar seperti orang linglung, apa yang kualami sebelumnya dan yang baru saja kualami membuatku merasa berada diantara sadar dan tidak sadar.
"Kamu tadi pingsan sayang, karena kamu kelelahan dan banyak pikiran"
"Berapa lama aku pingsan ?"
"Cukup lama sayang bahkan hari sudah malam, kamu kenapa nak ?"
Selama itukah ? Dan yang kualami beberapa saat lalu terasa cepat tidak selama saat aku tak sadarkan diri ? Dan apa maksud dari mimpi tadi ? Tunggu, apa yang kualami tadi dapat dikatakan sebagai mimpi ? Huuft, aku penjamkan mataku sejenak.
Deva
Aku kembali membelalak, Deva.. Aku harus menemuinya, aku harus berada kesana, aku mencemaskanya. Namun mama menahanku saat aku hendak turun dari bangsal rumah sakit ini.
"Kondisi kamu belum pulih sepenuhnya, nak"
"Ma,,, aku harus menemani Deva, aku khawatir"
"Mama tau, tapi lihat sendiri dengan kondisi kamu seperti ini"
"Ve mohon ma,," kulihat mama menghela napas pasrah.
"Baiklah, tapi sebelumnya kamu harus menghabiskan makananmu. Perut kamu kosong"
Dan aku tak bisa membantah lagi selain menurutinya. Aku tahu mama peduli dan sayang padaku.
Sekarang aku sudah berada di ruang ICU tentunya atas izin dokter Melody yang menangani Deva, aku menatap pilu pada suamiku. Wajah tampan nya pucat, tak ada lagi senyum yang tercipta di bibirnya. Mata hazelnya yang selalu menatap aku penuh cinta kini tertutup rapat, melihatnya semakin membuat aku terpukul. Sekarang aku tak peduli lagi atas apa yang Deva lakukan kepadaku yang sudah menyembunyikan penyakit nya padaku.
Rasa takut kehilanganku mengalah kan rasa kecewaku, bahkan aku janji akan memaafkan Deva saat ia sadar nanti. Ku genggam tangannya mencoba untuk memberi kehangatan padanya.
"Deva kapan kamu bangun ? Berjuanglah untuk aku dan Denzel"
Kuhapus airmata yang menetes di pipi ku dan ku kecup kening Deva sejenak sebelum aku keluar dari ruangan steril ini.
Diruang tunggu yang di khusus kan untuk keluarga ini hanya ada Papa mertuaku dan Bella, aku melepas terlebih dulu pakaian steril yang aku gunakan.
"Ve,, ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu" ujar Papa saat aku duduk tepat disampingnya.
"Apa ini menyangkut Deva Pa ?"
"Iya, nak"
Aku memejamkan mataku sejenak dan menghembuskan nafasku. Aku tahu apa yang akan Papa mertuaku katakan.
"Sebelumnya Papa minta maaf atas nama Deva, karena ... Karena sudah menutupi soal- "
"Cukup Pa, jangan diteruskan. Aku sudah mengetahui nya"
Keterkejutan sangat jelas terlihat di wajah Papa. "Maksud kamu,, kamu tau soal penyakit Deva ?"
Dan aku hanya menganggukan kepalaku.
"Darimana kamu bisa tahu ? Siapa yang memberitahu mu ? "
Aku sedikit kaget dan mengalihkan pandanganku, begitupun Papa dan Bella. Mama Neni muncul begitu saja dengan pertanyaannya yang tiba-tiba. Mama langsung menghampiri ku.
"Bella apa kamu yang memberitahunya ?" tanya Mama yang menatap langsung pada adik iparku itu. Dan Bella hanya menjawab dengan gelengan kepalanya, lalu Mama Neni kembali menatapku.
"Atau Kinal yang memberitahu mu ?"
"Bukan, tidak ada yang memberitahu ku sama sekali. Aku mencari tahu sendiri dengan bertanya pada dokter"
Mama mertuaku terdiam dan menundukan kepalanya, lalu aku menjelaskan dari awal bagaimana aku mencari tau soal penyakit Deva. Selanjutnya keheningan menyelimuti keadaan seketika.
"Maafkan Mama Ve, karena sudah menutupi nya dari kamu. Padahal kamu berhak mengetahuinya sebagai istri Deva, maafkan Mama"
"Sudah Ma, cukup. Yang aku ingin tahu adalah apa alasan kalian menyembunyikan dariku, itu saja yang ingin aku tahu"
"Sejujurnya baik Papa maupun Mama, tak ingin menutupinya darimu. Tapi kami melakukanya atas permintaan Deva, dia tak ingin membuatmu sedih dan dilanda kekhawatiran jika kamu tahu. Dan tadinya Papa berharap setelah Deva sadar ia akan memberitahu mu, namun melihat kondisinya saat ini membuat Papa khawatir sesuatu yang lebih buruk terjadi"
"Sebenarnya apa hal yang membuat Deva seperti ini Pa ? Aku benar-benar tak mengerti"
"Papa tidak tahu dengan pasti nak, yang tahu hanya Deva dan Kinal"
Kinal ? Sebenarnya ada apa ini ? Aku yakin pasti ada sesuatu hal besar antara mereka, tapi apa ? Hingga mampu membuat Deva seperti ini. Kinal ! ya aku harus menemuinya untuk mengetahui semuanya.
"Kamu mau kemana Ve ? Ini sudah larut malam" cegah Papa.
"Aku mau menemui Kinal Pa"
"Tidak bisa nak, Kinal sudah kembali Ke L.A pagi kemarin"
A-apa ? Ini benar-benar membuatku pusing. Kenapa sulit sekali untuk mengetahui semuanya dengan jelas.
"Dan Papa yakin Kinal tidak tahu dengan keadaan Deva sekarang" lanjut Papa.
T.B.C
Makasih buat yang suka dan udah baca FF receh kayak gini, lihat banyak nya yang baca udah bikin seneng banget.
Salam Venal
Regard: Pussi_cat
YOU ARE READING
Levirate (END)
Fanfiction(Venal area) Warning Awas BAPER !!!! [Private acak] 😼 (25 oktober 2016) BxG Ketika Cinta sejati hadir menjelma Cinta yang baru, menawar hati yang sudah tertutup mati. "Hati dan Cintaku sudah mati , tapi Kenapa dengan perlahan namun pasti kamu...
part 13 'riddle'
Start from the beginning
