13 - Keyakinan

2.5K 142 16
                                    

OVI Pov

Di mobil aku hanya terdiam menatap jalanan kota yang ramai melintas dari kaca mobil, suasana sesaat hening membisu. Remuk rasanya hatiku mengingat gadis tadi yang menghancurkan makan malam kami. Belum lagi seenaknya pegang pundak pacar orang, dan membuatku kesal kenapa ada wanita segenit itu sih tapi aku tetap diam saja dan labih memilih tuk meninggalkan mereka.

Baru tadi siang mas aksa membuatku sebal karena pertanyaan mas Adhi dan sekarang dia kemakan omongan sendiri "di antara persahabatan antara pria dan wanita itu tiada yang murni. Sudah jelas bahwa aku tidak menganggap dia tak lebih dari sekedar teman mas aksa yang salah paham. Dan aku tak tahu tentang Evelyn ini dia anggap teman biasa atau teman mesra." rasakan! Sebagaimana di posisiku.

Berkali-kali dia membujukku tapi tetap saja aku tar percaya padanya. Wajah mas Aksa langsung terlipat kecewa aku lebih percaya Evelyn dari pada dia. Tapi aku masih bisa bersabar karena aku melihat dia juga tidak ada gerak gerik ingin menduakanku karena sikapnya wajar dan membelaku. Tapi terlepas dari itu di belakangku aku tidak tahu.

Selayaknya wanita jika kepercayaannya di uji pasti akan tak bisa percaya sepenuhnya pada pasangannya, begitu pun juga aku.

Jika seorang wanita cantik yang mendekati pasangan kita, pasti kita akan siaga satu untuk mempertahankan hubungannya. Tapi aku mencoba yakin mas Aksa bukanlah orang yang gampang terbujuk rayuan wanita. Hanya saja aku tak habis pikir kenapa dia bisa berteman dengan wanita seperti itu.

Oh mas Aksa,
Entahlah mas Aksa semakin hari semakin sayang saja  padamu disitu pula banyak ujian kita. Dilain sisi kadang engkau juga sering pula usil pula kepadaku, ada saja yang membuat kami bertengkar kecil, meskipun begitu dia tetapi perhatian padaku. Tetap saja keusilanya membuatku jengkel bukan kepalang sekarang karane orang ketiga.

Jujur saja mas aku terlalu sakit untuk semua ini bagaimana aku bisa percaya jika gadis seperti itu jadi temanmu melihat dari penampilannya saja aku bisa pastikan dia bukan gadis yang baik. Dengan menggodamu di depan mataku, Haaacchh lupakan saja niat kita untuk menikah. Lupakan!

"Ovi jangan diam seperti ini lah dik. Jangan mas hawatir. Dik mas benar-benar hanya sebatas sahabat menganggap dia, tak lebih dari itu. Ovi Please..."seru mas aksa membangunkan jaminanku. Akhirnya dia memutuskan menghidupkan Lampu sen kiri, Dengan cepat mobil di berhentikan di depan Gor Tawangalun Banyuwangi. Lalu dia membenarkan posisi duduk melihatku. Sedangkan aku hanya diam menghadap kedepan dengan tatapan kosong.

Dia memegang tanganku dan berkata "Ovi... Mas sudah jujur padamu. Dan penjelasan itu apa kurang dik? Apa mas memintamu pada om dan tante itu tak cukup untuk menurutmu sebagai tanda serius sama adik?"

Akhirnya aku tak tahan dengan deretan pertanyaan. Dan kujawab dengan sinis."Mas adik percaya sama mas tapi adik sakit melihat wanita itu seperti merendahkanku serasa aku tak pantas berdampingan denganmu. Apa aku ini pantas buat mas? Dan lihat sikapnya itu padamu, membuatku ingin memukulnya dengan tasku ini. Apa harus berteman dengan wanita ganjen itu? Mungkin Bisa saja mas itu lebih dari sekedar teman dengannya. Dan mas perlu tahu kalau mas aku open sama dia pasti dia gak kayak gitu." tiba-tiba air mataku membasahi pipiku dengan perlahan, kemudian aku pelan-pelan lepaskan tanganku dari genggamnya.

"Ya allah Ovi sayang. Kok mikir gitu sih, Apa kamu gak lihat perjuangan kita. Sebelum dulu aku jadi pacarmu. Kamu yang selalu ada di posisi terpuruk saat hatiku hancur karena Sinta dan Arta! Kamu yang selalu kuatkan mas dek. Kenapa sekarang kamu menyerah sih sayang. Apa hanya karena ini adik goyah untuk percaya pada mas. Kumohon percayalah." dia membasuh mukanya dengan tangan dia sangat kacau. Tetap saja tangisanku tiada hentinya.

My Police HeartWhere stories live. Discover now