4 - Penyesalan

2.8K 151 3
                                    

Ovi POV

Senjah sore hari di pantai boom yang Indah merupakan karunia yang Indah dari sang pencipta. Di tambah lagi bisa melihat dari jauh pulau dewata yang petang karena cahaya sinar Mentari menjauh, bersembunyi di balik awan ungu kemerahan menuju ke sebelah barat menambah kesan cantiknya senja sore ini menjadi lengkap.

"Yaaa indahnya sore ini" hatiku senang sekali aku akhirnya bisa lari-lari santai di jalanan paving pingir pantai boom.

Syukurlah sidang skripsiku telah selesai tinggal aku me revisi saja skripsiku ini.
Jadi setidaknya aku bisa luangkan waktu sebentar untuk refresing di pantai. Andai saja Anita dan Gita bisa ikut aku pasti tambah seru, tapi sayang mereka sibuk kegiatan kampus.

Di pantai boom pengunjungnya hari ini tidaklah banyak, mungkin karena sekarang hari kerja bukan hari libur.

Aku menikmati indahnya setiap inci pemandang alam yang tersaji di depanku.

Mataku sejenak teralihkan dan menatap seseorang yang bediri di pinggir batu karang.  Memakai kemeja biru navi dan celana hitam jeans denim.

Tunggu sebentar!, sepertinya orang itu pernah aku kenal, tapi dimana ya? aneh, dia teriak teriak seperti orang gila dengan kepala yang di perban seperti terluka. Apa mungkin saja dia depresi. Yaa mungkin saja, sunggu kasihan.

Secara diam-diam aku perhatikan dia, dari kejahuan. Aku takut dia bunuh diri kelaut, itu yang terbersit dalam di benakku.

Dia berteriak berulang kali dengan kalimat yang sama.
"Aaaaaaaaaaaaaaa....
Kalian berengsek!! Kalian benar benar tega mengkhianatiku."teriaknya. Hufh benar saja dia benar benar depresi.Astaga aku ingat dia polisi gila itu.

Benar saja dugaanku belum ludahku kering, dia sudah berjalan berniat mau nyeburkan diri ke laut.

"Astagfirullah, hei berhenti!"
Aku lari kencang sekuat tenagaku menapaki Batu karang untung aku tidak terjatuh.

Sekonyong konyong aku menarik bajunya kebelakang hingga membuatnya terjatuh.
"Hei,  apa kalau sudah gila? Apa yang kau lakukan." bentakku padanaya.

"Ooowwhh kau, kau polisi genit itukan? Pantas saja kau gila, sampai sampai kau mau bunuh diri ya!" dia hanya diam melihatku.

Aku melihat matanya merah kerena terlalu banyak menangis, mukanya kusut sunggu terlihat menyedihkan.
Tiba-tiba dia berlutut di hadapanku, dia diam dan melihat kearahku tak berdaya penuh penyesalan, sunggu kasihan aku melihatnya.

"apa yang aku lakukan?" tanyanya. "mana aku tahu?" jawapku.

Dengan sekejap dia memelukku dengan erat pinggulku.
aku mendengar isak tangisnya yang lirih saat mendekap perutku. Aku pun tak berdaya melihatnya, sekejap saja aku iba, tak tega untuk melepaskan pelukannya.

Lagi-lagi dia seenaknya memelukku, dalam hatiku.
Tapi entah kenapa saat ini aku berdiri melihatnya dengan rasa iba tak tega rasnya, aku baru pertama kali melihat seorang pria. Aku memberanikan diri tanganku mengelus kepalanya yang mendekap di perutku, agar dia sedikit merasa tenang.

"Apa yang terjadi, hingga dirimu seperti ini?
lucu sekali, kau polisi kan?
kenapa selemah seperti ini?" tanyaku.

Dia pun berdiri dan melepaskan pelukannya dan menatapku. Mengusap airmatanya dan senyum padaku. "apa kau sudah lega." lirihku, dia hanya mengangguk tersenyum. Jujur ini situasi yang tak menyenangkan dan aneh sekali yang tak pernah terbayangkan.

"Gak papa kok, lupain aja. Emang kenapa kalau aku polisi  lemah?
Tapi aku ucapin makasih sudah tenangin aku.
Aku kalut,  bingung harus bagaimana. Yang terbersit aku hanya ingin mengakhiri hidupku." serunya dengan suara paru habis menangis.

My Police HeartWhere stories live. Discover now