29. Destroyed, Destruction

5.9K 1.1K 414
                                    

"Saat mendapatkan sesuatu, sebagai gantinya, ada sesuatu yang harus kau lepaskan."

Entah sejak kapan sirene di dalam tubuhnya bergaung nyaris begitu keras, Jimin benar-benar tidak dapat mengingatnya dengan jelas, ia jelas tahu benar apa yang tengah tubuhnya rasakan. Hanya saja, Jimin yang sedang berlagak menjadi manusia paling bersedih di dunia, menolak untuk mendengar, membiarkan hal tersebut bergaung semakin nyaring hingga ia dapat meraskan seluruh kunang-kunang yang kerap ia temui di dalam rasa sakitnya mendadak datang menghampiri, menawarkan seberkas cahaya kelam untuk ditelan dan Jimin nyaris kehilangan kesadaran jika tidak buru-buru berpegangan pada tembok, mengerjap berulang kali sebelum tubuhnya berangsur menemui lantai yang dingin.

"Apa ini bisa berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih buruk lagi?"

Ia hanya menduga, tidak pernah berusaha untuk meramalkan sesuatu yang benar-benar akan menjadi nyata, apalagi jika hal tersebut datang bak kilatan cahaya yang berkelip cepat, Jimin tahu bahwa tubuhnya baru saja mengirimkan isyarat buruk.

Tenggorokkannya mendadak terasa aneh. Awalnya, Jimin pikir itu hanya karena dia belum melakukan apa-apa pada tenggorokannya yang kering, tetapi dugaannya meleset cukup jauh. Tepat saat ia melangkah menaiki anak tangga terakhir untuk mencapai puncak panggung, merasakan nyeri hebat menghantam pergelangan kaki, Jimin ingin sekali berteriak atas rasa sakit tersebut, tetapi urung dilakukan sebab suaranya mendadak bergetar dan terdengar sangat buruk. Ada apa ini? Apa yang terjadi pada dirinya?

"Kau duduk saja di sudut sana. Nanti kuambilkan kursi."

"Tapi aku ingin melakukannya bersama kalian. Aku juga ingin menari di tengah panggung." Menahan pergelangan Taehyung yang nyaris pergi, Jimin jelas melempar pilihan padanya. "Aku ingin sekali menari bersama kalian."

Barangkali butuh beberapa detik untuk mencerna situasi, Taehyung yang sempat kesulitan menentukan pilihan agaknya telah menemukan jawaban paling masuk akal yang bisa Jimin terima saat itu. "Kau ingin menari? Baik, kau bisa melakukannya. Kau bisa menari sampai kakimu patah. Kau bisa menari sampai kedua kakimu tidak dapat berjalan lagi. Kau bisa melakukannya, Jim. Bahkan jika kakimu patah, aku bisa meminjamkan kedua kakiku untuk kau pakai. Kau bisa mengambilnya jika kau ingin, aku akan memberikannya. Tapi, lakukan itu saat pertunjukkan benar-benar telah berjalan, oke?" Taehyung tidak berbohong─sama sekali tidak, tatkala kedua tangannya merengkuh kedua bahu Jimin dengan begitu erat, memaksa seulas senyum kecil, sementara kedua netranya berusaha mati-matian untuk tidak melesakkan air mata kekesalan atas takdir lucu yang menghancurkan realita mereka saat ini. "Kumohon, tetap di sini, oke?"

Argumen kali itu tentu saja dimenangkan oleh Taehyung. Jimin yang tersudut harus rela saat Taehyung mendudukkan tubuhnya di atas kursi di sudut panggung, sementara mereka semua terlihat bersenang-senang di tengah panggung, sukses melemparkan candaan, seakan-akan tidak ada apapun yang perlu dipikirkan.

Seharusnya memang seperti. Faktanya, menjadi seorang idola sama dengan menukar jiwamu pada iblis. Kebebasanmu direnggut, hidupmu dikontrol seperti boneka dengan citra yang telah ditentukan oleh perusahaan, dan kau harus siap menjadi penipu ekspresi yang ulung. Seolah-olah dunia ini hanya memberikan hal baik padamu, kau sempurna, kau segalanya tanpa cacat, konsep seperti itulah yang ingin dilihat oleh penggemar. Mereka tidak akan pernah tahu tentangmu yang sesungguhnya. Ketika mereka telah menggelontorkan sejumlah uang untuk menyokong hidupmu, kau tentu harus membayar ganti atas itu. Hibur semua orang, bertindak menggemaskan dan perlihatkan pada jutaan pasang mata bahwa kau adalah orang paling bahagia di dunia ini.

Ini kebohonganmu dan mereka lebih senang atas kebohongan itu.

Memangnya ada yang mau dilemparkan sebuah fakta menyakitkan bahwa; aku, Park Jimin, sudah menyimpan seseorang di dalam hati juga hidupku? Tidak. Tidak ada yang mau tahu hal itu. Meski jelas, tidak memiliki pasangan atau rasa cinta pada lawan jenis adalah kebohongan yang paling buruk, tapi penggemar kebanyakan tentu suka dilemparkan kebohongan itu berulang-ulang sampai gagal menyadari bahwa Jimin yang mereka idolakan adalah Jimin yang penuh kebohongan. Jimin yang mereka cintai setengah mati nyatanya hanya manusia biasa yang buruknya telah melakukan dosa terbesar setelah jatuh cinta pada seorang gadis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

End And Beginning (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang