21. Dear, Broken Heart

8K 1.1K 604
                                    

Rasanya Jimin benar-benar iri sekali. Seperti ada sesuatu yang merongrong di dalam dadanya─rasanya sakit, tetapi dia tidak bisa melakukan apapun lagi. Apalagi ketika melihat Jungkook yang berangsur tersenyum tulus dalam segala sisi hingga hampir membuat giginya kering, Jimin rasanya sudah cukup merasa senang, sedih sekaligus iri dalam sekali waktu.

"Semuanya baik-baik saja, Jung?"

Jungkook nampak terkejut, berusaha mengontrol senyum bodoh di atas kedua bibirnya, yang sudah dipoles oleh pelembab bibir berwarna merah jambu─aroma pelembab bibirnya tercium seperti buah stroberi segar, berusaha untuk tidak terlihat kelewatan di depan Jimin yang menatapnya dengan mimik setengah frustrasi. "A-ah, bukan apa-apa, Hyung."

Benar. Bukan apa-apa. Jadi berhenti ikut campur, Jim. "Maaf."

"B-bukan seperti itu, maksudku... ah, aku bingung mengatakannya seperti apa."

Jungkook tidak berbohong tentang apa yang dia katakan di akhir kalimatnya. Jelas dia terlihat bingung harus berkata apa pada Jimin. Mungkin dia akan terdengar sangat keterlaluan jika menceritakan hal baik yang sudah terjadi beberapa hari yang lalu, jadi dia memilih untuk tidak menciptakan suasana canggung dengan menceritakan sesuatu yang dapat mengundang perasaan tidak menentu diantara keduanya.

"Aku tidak keberatan jika kau bercerita padaku. Meski yang lainnya mungkin punya pengalaman soal memiliki kekasih, aku justru jauh lebih berguna untukmu ketika kau ingin bertanya atau meminta pendapat." Jimin tersenyum sangat tulus kali ini, sukses membuat Jungkook terhuyung karena tidak tahu harus merespon seperti apa, sementara dia jelas melihat ada kesedihan di atas kedua kelopak mata Jimin yang membengkak. "Aku serius. Jadi... berhenti bersikap canggung terhadapku."

Apa aku harus mengatakannya? Jadi, bagaimana seharusnya aku bersikap?

Pria berumur dua puluh tiga tahun itu menelan ludah, berusaha membasahi bibir juga kerongkongannya yang terasa kering sebelum berkata setengah khawatir. "Seolbi... apa dia suka makanan manis, Hyung?"

Jimin jelas tersenyum saat Jungkook melemparkan pertanyaan seperti itu. Rasanya sukses menggeledah memori di dalam laci ingatannya untuk diberikan pada Jungkook sebab ia sudah tidak harus menyimpannya lagi di sana. "Um. Dia suka makanan manis seperti sepotong cheese cake, sekotak pepero dan sebungkus biskuit coklat. Seolbi juga suka sesuatu yang pedas seperti tteokbokki, kimchi jigae dan malatang." Menengadah sejenak, Jimin kemudian menyungging senyum cerah ketika melanjutkan, "dia juga suka kopi. Americano atau latte, keduanya adalah favorit."

Mengatakan hal tersebut sukses membuat Jimin ditampar kenyataan. Rasanya ia benar-benar merasa begitu dekat dengan gadis itu, tetapi mendadak merasa begitu jauh dalam satu waktu. Jadi, kembali diam setelah menyerocos panjang lebar, Jimin berusaha menahan nyeri di dalam dada, menggigit bagian dalam bibirnya ketika melihat Jungkook tersenyum kemudian terlihat membayangkan sesuatu.

"Apa kau ingin menemuinya setelah ini?"

Si muda mengangguk cepat─terlihat begitu bersemangat.

Ah, benar. Jungkook sudah ada di sana sekarang, di tempat yang seharusnya ia tempati. Sudah tidak ada hal yang bisa Jimin lakukan lagi di sana selain melindungi gadis itu, juga Jungkook secara diam-diam. "Pakai saja pakaian tipis saat mengunjunginya, kostum beruang itu benar-benar terasa sangat panas."

Hendak beranjak dari sana demi menyeka rasa sakit yang mendadak merangsek ke dalam jiwa, Jimin kemudian berdiri dari sofa hitam di sudut ruangan, hendak melangkah pergi sebelum mendengar sesuatu yang sukses membuat perasaannya mencelos seketika.

End And Beginning (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang