Part 36

1.5K 90 2
                                    

Vote dan comment ya! Maaf kalau ada typo, soalnya gue males ngecek.

Kayla sedang melangkah pelan menuju gerbang sekolah ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Ia tahu betul dan hapal luar kepala suara orang tersebut, makanya Kayla memutuskan untuk mempercepat langkahnya. Namun usahanya sia-sia karena pergelenangan tangannya dicekal. Kayla yang sudah tidak dapat kabur, akhirnya memutar badannya dan berhadapan dengan Joshua, namun ia tidka berani menatap kedua manik mata Joshua. Kalau ia melakukannya, ia bisa mengingkari janjinya saat itu juga.

"Kamu ga denger dari tadi aku panggilin?" tanya Joshua lembut, dan disambut dengan gelengan kepala dari Kayla. "Kalau orang ajak ngomong itu tatap matanya, jangan nunduk terus. Emangnya ada apaan sih di bawah yang lebih menarik dari aku?" tanya Joshua lagi sambil tersenyum kecil dan mengangkat dagu Kayla.

Kayla yang kaget dengan perlakuan Joshua, hanya bisa diam sambil menatap kedua manik mata Joshua yang sangat ia rindukan. Ia ingin sekali memeluk Joshua dan menumpahkan seluruh air matanya di bahu Joshua yang sangat nyaman. Namun, nampaknya itu hanya akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud, mengingat Kayla sekarang tidak bisa dekat-dekat dengan Joshua lagi.

"Kay, kamu sariawan? Dari tadi aku nanya kok ga dijawab sih?" tanya Joshua lagi, karena bingung dengan tingkah Kayla yang aneh. Ia merasa Kayla benar-benar berubah dan berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Kayla yang dikenalnya sebelum ini. Selain itu, tidak butuh waktu yang lama untuk Joshua menyadari bahwa Kayla nampak seperti menjauhinya. Joshua merasa tidak pernah melakukan kesalahan terhadap Kayla, jadi kenapa Kayla seakan menjaga jarak dengannya?

Kayla hanya menggeleng kembali, membuat Joshua benar-benar gemas. "Kamu kenapa sih? Aku merasa kamu jaga jarak sama aku akhir-akhir ini. Kamu ada masalah? Atau aku ada buat salah? Kalau aku ada salah, kasih tau aku, Kay, jangan diem aja. Kalau perlu, aku minta maaf sekarang atas apa pun yang udah aku lakuin sampai bikin kamu kesel. Aku ga suka dan ga mau kamu jauh dari aku. Kamu terlalu berharga buat aku, Kay, dan aku ga mau kehilangan kamu."

Kalau tidak dalam situasi yang serius seperti ini, Kayla pasti akan tertawa karena perkataan Joshua yang cukup lebay. Namun, kali ini, ia justru ingin menitihkan air mata mendengar Joshua yang mengucapkan hal tersebut dengan lembut dan sorot mata teduh. Kayla dapat melihat ada sorot kekecewaan di dalam sana, namun Kayla tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sudah terikat dengan perjanjian dengan Caroline.

"Lu ga salah apa-apa. Gue ga apa-apa," jawab Kayla pada akhirnya. Joshua tersentak karena Kayla berucap dengan 'lu', bukan 'kamu' seperti biasanya. Selain itu, cewek kalau ngomong ga apa-apa, pasti ada apa-apa. Joshua itu tipe cowok yang peka, dan ngerti apa maksud cewek. Tapi sayangnya, dia ga peka sama perasaan Kayla terhadap dirinya.

Belum sempat Joshua bertanya lebih jauh, Kayla telah lari ke gerbang, menghampiri Raymond yang telah menunggunya di samping motor ninja warna putihnya. Raymond mengacak pelan rambut Kayla dengan gemas, membuat Kayla tersenyum. Dan joshua yang melihat adegan itu, hanya bisa menyembunyikan perasaannya. Hatinya teriris, tetapi ia tidak punya hak untuk melarang kedua orang itu untuk menunjukkan kemesraan di depannya, karena Kayla bukan siapa-siapa Joshua. Joshua dan Kayla hanya sekedar sahabat, udah itu aja, ga lebih.

Suka sama sahabat sendiri itu memang ribet, dan sulit. Beruntung kalau sahabat itu juga punya perasaan yang sama. Kalau tidak, bukan hanya harus kehilangan hati, tapi juga sosok sahabat yang selalu ada bersama kita. Selain itu, kalau pun ujung-ujungnya jadian, kalau putus, bukan hanya kehilangan cewek, tapi juga kehilangan sahabat. Kita akan kehilangan dua sosok sekaligus, dan sakitnya double.

***

Raymond mengajak Kayla ke Glossy Cafe sebelum pulang ke rumah, dan Kayla nurut-nurut aja. Lagipula, dia memang butuh refreshing dan melupakan masalahnya sejenak. Mungkin makan dengan Raymond bisa membuat moodnya naik kembali.

Kayla memeluk pinggang Raymond dan bersandar di punggungnya. Ia tidak canggung, karena ia pikir untuk apa canggung dengan pacar sendiri. Punggung Raymond memang nyaman, tetapi tetap saja rasanya berbeda.

Setelah sampai di Glossy Cafe, mereka mengambil tempat duduk berhadapan di sebelah jendela. Seorang pelayan datang menghampiri mereka, dan mereka pun memesan makanan. Sambil menunggu pesanan datang, mereka hanya saling tatap sampai Raymond akhirnya angkat suara.

"Kok aku jadi merasa awkward gini ya? Kamu ngerasa juga ga?" tanya Raymond sambil mengusap tengkuknya, berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Dikit sih," jawab Kayla sekenanya diiringi dengan senyuman tipis.

"Kemarin pas rencanain aksi penembakan kamu hari ini, aku udah pesimis loh kamu ga bakal nerima. Eh, ternyata dugaan aku salah. Hari ini adalah hari terbaik dalam hidup aku, karena sekarang kamu udah resmi jadi punyaku. Hehe," ujar Raymond curhat disertai dengan cengiran yang pasti buat semua cewek meleleh kalau melihatnya.

Kayla tidak tahu harus jawab apa, jadi dia hanya balas tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"By the way, tadi ngomong apa sama Joshua?"

Ternyata Raymond kepo juga, batin Kayla. Tetapi, ia mengusir pemikiran macam itu, karena menurutnya wajar dan sah-sah saja apabila seorang cowok kepo dengan ceweknya. Cowok yang cuek dan biasa saja lihat ceweknya bersama cowok lain, malah terkesan aneh dan jadi terlihat ga serius sama ceweknya. Kayla harusnya merasa beruntung, itu berarti Raymond perhatian dan beneran sayang.

"Ga tau, ga jelas dia. Ga ngomongin apa-apa kok," dusta Kayla lalu membuang arah pandangannya ke jendela.

Raymond ber-oh-ria. "Kay," panggil Raymond, membuat Kayla menoleh. "Kalau nanti aku suka nanya-nanya kamu, atau terkesan posesif, aku minta maaf ya. Aku beneran sayang sama kamu, dan aku ga mau kehilangan kamu. Aku akan benar-benar menjaga apa yang udah jadi milik aku. Aku ingin kamu tahu, biar nanti ga kaget dan sensi kalau misalnya suatu saat aku tiba-tiba bete kalau lihat kamu sama cowok lain."

Kayla tertegun mendengarnya. Ia jadi merasa bersalah karena tidak memiliki perasaan yang sama dengan Raymond. Perasaan yang dimilikinya hanya sebatas tertarik, berbeda jauh dengan apa yang dimiliki Raymond. Perkataan Raymond tersebut membuatnya semakin berkeinginan untuk membalas perasaan Raymond.

Untuk apa mencintai dan menunggu orang yang ga pasti, padahal di depan ada orang yang dengan tulus sayang sama gue?, batin Kayla.

Kayla tersenyum. "Ga apa-apa. Aku ngerti. Makasih udah sayang sama Aku. Kalau boleh tahu, di antara sekian banyak cewek yang naksir sama kamu, kenapa kamu milih aku?"

"Cinta itu ga bisa diatur. Rasa itu datang tiba-tiba, tanpa ada yang minta. Dari sekian banyak cewek, hati aku milihnya kamu. Aku bisa apa? Aku sayang sama kamu tanpa alasan. Karena kalau cinta yang beralasan itu, berarti ga tulus," jawab Raymond sambil mengacak pelan rambut Kayla dan tersenyum teduh. "Cinta itu ga butuh alasan."

Kayla ikut tersenyum. Bertepatan dengan itu, pelayan tadi datang membawa pesanan mereka, dan mereka pun menyantapnya dalam diam.

Saat sedang asik makan, tiba-tiba ponsel Kayla berbunyi, tanda ada notifikasi yang masuk. Ia meng-unlock ponselnya dan melihat fitur pesan. Ternyata ada pesan dari Caroline, dan Kayla membukanya.

Gue lihat tadi lu ngobrol sama Joshua. Gue udah tepatin janji gue, tapi lu malah ngingkarin janji lu. Inget kan apa kata gue waktu itu? Gue ga akan tinggal diam! Lu akan dapat balasannya karena udah berani ngingkarin janji yang udah lu setujui sendiri. Tunggu aja!

Kayla menegang di tempat setelah membaca pesan itu. Lebay amat buset dah, gue cuman ngomong dua kalimat padahal, Kayla membatin heran.

"Kenapa?" tanya Raymond yang sudah menghabiskan makanannya dengan alis yang terangkat satu.

"Gapapa." Raymond hanya mengangguk, tidak berniat bertanya lebih banyak.

Tetapi, Kayla tidak dapat membohongi perasaannya sendiri. Ada perasaan tidak enak yang menyusup masuk ke dalam dirinya. Ia merasa Caroline tidak bercanda, dan pasti sedang merencanakan sesuatu yang jahat. Kayla heran, ngomong dua kalimat saja sudah bikin Caroline marah, apalagi panjang lebar. Hal tersebut membuat Kayla benar-benar takut. Ia tidak apa bila dirinya yang dijadikan sasaran amukan Caroline. Tapi bagaimana jika sasarannya itu orang lain?

Kayaknya tinggal dikit lagi cerita ini udah end. Gue mau cepet-cepet namatin cerita ini. Soalnya ga sabar pengen bikin cerita baru, hehe. Ditunggu ya;)
Published : 15 April 2017

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang