Part 8

4K 395 75
                                    

"Lagi ngomong sama siapa Bi? Ada tamu?"

Bi Darti mengalihkan pandangannya dari Joshua dan menengok ke belakang. "Iya, den." Joshua mengikuti arah pandang Bi Darti, melihat melewati bahu Bi Darti yang tidak menghalanginya sama sekali karena tubuhnya yang lebih pendek dari Joshua.

Joshua melihat seorang laki-laki berperawakan tinggi berjalan menghampirinya dan Bi Darti. Setelah laki-laki tersebut berhenti di sebelah Bi Darti, Joshua dapat melihat wajahnya dengan jelas. Joshua memandangi wajah laki-laki tersebut dengan seksama.

Joshua tersenyum, "Hai, Alexander Gabriel Pratama."

Lawan bicara Joshua menautkan alisnya dan keningnya berkerut. Ekspresinya bertahan seperti itu untuk beberapa detik, namun detik berikutnya, matanya membulat, "Lu, Joshua Radmilo Adiputra?"

Joshua mengangguk, masih dengan senyuman yang terukir di wajahnya. "Iya, ini gue, Joshua, udah lama kita ga ketemu. Lu tambah ganteng, Lex."

"Saya permisi dulu ya mas, den," interupsi Bi Darti lalu memutar tumitnya dan melenggang pergi, masuk ke dalam rumah.

"Beneran Joshua Radmilo Adiputra? Tetangga gue dulu? Yang sering main sama gue dan Kayla dulu?" ujar Alex masih tidak percaya sambil mendaratkan kedua tangannya di pipi Joshua dan mulai mengerakkan kepala Joshua ke kiri dan kanan secara bergantian.

Joshua melepaskan tangan Alex yang ada di pipinya dengan halus. "Iya, Alex. Ini gue, yang dulu pernah lu dorong sampai jatuh ke kubangan lumpur karena bikin Kayla nangis."

Alex tertawa dan memeluk Joshua. "Lu sekarang tinggal di sebelah? Kita tetanggaan lagi?" tanya Alex setelah melepas pelukannya. Joshua mengangguk semangat. "Jangan-jangan Kayla udah tau kalau Joshua tinggal di sebelah, mungkin dia kemarin nangis karena ngeliat Joshua," tebak Alex dalam hati, karena kemarin, bukannya menjelaskan alasannya menangis, Kayla malah langsung tidur setelah habis memakan martabaknya.

"Lu mikirin apa Lex?" tanya Joshua dan membuyarkan lamunan Alex.

"Hm? Ga kok. Gue cuman ga nyangka, kita bisa ketemu lagi. Gue kira, lu udah ga inget lagi sama gue dan Kayla. Lu kenapa tiba-tiba ngilang sih? Sejak lu pindah ke Surabaya, lu ga pernah sekali pun kasih kabar ke gue atau Kayla. Adek kesayangan gue tiap hari nangis tau ga? Karena mikirin lu, takut lu kenapa-kenapa, takut lu ngelupain dia, takut kehilangan teman terbaiknya. Ngeliat Kay nangis tiap hari, gue dulu pernah mikir bakal nabok lu kalo ketemu lagi. Gue paling gasuka ngeliat adek kesayangan gue ngeluarin air matanya," cerocos Alex bertubi-tubi.

Joshua tersenyum, lagi. "Lu sekarang tambah cerewet ya, kayak ibu-ibu arisan aja."

Alex menoyor kepala Joshua. "Kurang ajar!"

Joshua terkekeh pelan. "Iya, sorry, Lex. Ga ngehubungin lu sama Kayla itu adalah keputusan terbodoh yang pernah gue ambil. Gue nyesel banget sekarang. Gue pengen ngejelasin semuanya ke kalian, tapi gue takut kalian benci ama gue."

"Yaelah, woles aja kalo ama gue mah. Yaudah, lu harus jelasin semuanya ke gue dan Kayla. Ayo masuk, kita ke kamar Kayla. Dia pasti bakal kaget banget ketemu lu. Semenjak lu pergi dan ga ngabarin dia, dia jadi kayak mayat hidup selama berbulan-bulan, untung aja ga sampe setahun, tapi dia kayaknya masih sering mikirin lu, cuman ya, ga sampe mewek."

Joshua semakin dipenuhi rasa bersalah mendengar keadaan Kayla ketika ia tidak mengabarinya. "Gue boleh nemuin Kayla?" tanyanya ragu sambil menundukkan kepalanya.

"Ya boleh lah. Emang ada undang-undang yang ngetur kalau lu ga boleh ketemu sama Kayla?"

"Tapi, gue ngerasa ga pantes ketemu sama dia. Gue udah salah banget. Emang dia masih mau maafin gue? Gue takut nih."

Alex menepuk jidatnya gemas. "Haduh. Lu kenapa jadi melankolis gini sih? Perasaan dulu pecicilan banget. Ya ga apa-apa lah, mending lu jelasin sama Kayla kenapa lu ga ngabarin dia dulu, biar dia tau juga alasan lu. Kalau Kayla ga mau maafin lu, ya yaudah, setidaknya lu udah usaha, daripada ga nyoba sama sekali. Kalau gue jadi lu sih, mendingan gue jelasin sama Kayla, daripada gue mendem semuanya sendiri ampe peyot," jelas Alex panjang lebar.

"Ya udah, ya udah. Gue bakal temuin Kayla, tapi lu tetep di samping gue ya, gue grogi nih."

"Buset dah. Lu kayak orang homo aja ih. Ayo masuk cepetan, sebelum ada yang nabrak pohon karena abis liet cogan kayak gue." Alex mempersilakan Joshua untuk masuk.

Joshua hanya geleng-geleng kepala sambil memijit keningnya, pusing melihat tingkah Alex. "Dasar kepedean," batin Joshua. Setelah Joshua masuk, Alex menutup pintu gerbangnya dan mendahului Joshua untuk memimpin jalan.

Alex masuk ke dalam rumah dengan Joshua yang masih mengekor di belakang. Alex naik ke tangga. Merasa tidak ada yang mengikutinya lagi, Alex berbalik dan menatap Joshua gregetan.

"Lu ngapain sih celingak-celinguk gitu? Kayak maling aja. Cepetan naik!" suruh Alex lalu ia mulai menaiki tangga lagi. Joshua terdiam sejenak lalu lanjut mengikuti Alex sampai anak tangga paling atas. Mereka berbelok ke kiri, dan menemukan sebuah pintu berwarna coklat kayu dengan gantungan bertuliskan 'Kayla' di tengahnya.

"Kayla! Gue masuk ya?" teriak Alex meminta ijin, takut jika Kayla sedang melakukan hal-hal yang tidak seharusnya ia lihat. Jadi dari pada nanti dosa, lebih baik Alex minta ijin dulu sebelum masuk.

"Iya! masuk aja! Ga gue kunci!" Alex membuka pintu kamar Kayla sepenuhnya. Joshua yang masih berada di belakang Alex, langsung melihat melewati punggung Alex yang ada di depannya.

Joshua melihat seorang perempuan sedang berbaring terlengkup membelakanginya sambil membaca novel. Salah satu telinga perempuan itu juga tersumpal dengan earphone berwarna putih.

Joshua merasa bahwa ia mulai lemas, berkeringat dingin, grogi, takut Kayla akan langsung mengusirnya. Tetapi, Joshua berusaha untuk mengumpulkan kembali seluruh keberaniannya dan mulai berdiri tegap sambil menatap lurus ke depan.

"Hai Lala. Do you miss me?"

-----------------------------------------------

a/n : Hallo! Double update nih hari ini hehehe. Seneng ga? Hayo, penasaran ga sama kelanjutannya? Tunggu di part selanjutnya ya. Jangan lupa vote + comment juga part ini. Maaf kalau ada typo. Thanks!
Published : 30 July 2016

Broken EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang