Minggu Keempat (Sarah)

183 3 0
                                    

Aku menghela nafas.
Gale masih menatapku, menunggu jawabanku.
Aku berjalan kearahnya, aku duduk disampingnya.
Kami saling menatap, Gale mengerutkan keningnya.

"It's too much.."
"It's just too much, Gale."
Gale masih terdiam.
"Apa yang aku rasakan untuk Doston itu terlalu, Gale.
Aku terlalu mencintainya."
Sekarang aku tertunduk disebelahnya.
Gale menghela nafas. Dia terdiam.
"Perasaan aku untuk Doston terlalu besar."
"Aku tahu, Sarah, tapi kenapa? Bagaimana bisa?" Gale menjawab kali ini.
"Bagaimana bisa kamu memiliki perasaan seperti itu untuk orang yang selalu menyiksa batinmu..?" Dia bertanya pelan.
Aku menatap Gale, "Aku tidak tahu, Gale."
Kita berdua terdiam.

Aku tahu aku tidak akan pernah bisa menjelaskan apa yang aku rasakan untuk Doston, dan aku tidak pernah mencoba menjelaskan. Aku tahu semuanya akan terdengar tidak masuk akal.

"Aku mengerti, Sarah."
Gale membenarkan posisi duduknya, dia menghela nafas menatapku.
"Kamu tidak akan pernah mengerti, Gale. Tidak akan ada yang bisa mengerti perasaan aku untuknya." Aku membalas tatapannya.
"Aku tahu kamu perempuan cerdas, aku yakin kamu bisa menjelaskannya, setidaknya buatlah aku mengerti kenapa kamu menyiksa dirimu sendiri demi dia? Kenapa, Sarah?" Wajahnya berubah.
"Untuk apa, Gale? Untuk apa kamu tahu dan mengerti?"
Aku bertanya bingung.
"Kamu tidak perlu tahu dan aku pun tidak perlu kamu atau orang lain mengerti apa yang aku rasakan, biarlah perasaan ini hanya aku yang merasakan, aku tidak butu....."
"Because I care, Sar." Gale memotongku.
Aku terdiam bingung. Aku tidak mengerti. Memang ini bukan pertama kalinya orang bilang bahwa mereka peduli padaku. Sudah banyak selama ini orang yang menanyakan apa yang terjadi antara aku dan Doston dan mereka bilang mereka peduli, tapi nyatanya tidak. Mereka hanya ingin tahu dan mungkin akan mulai menilaiku sebagai perempuan bodoh yang menyiksa diriku sendiri karena laki-laki. Itulah alasan aku tidak pernah mau menjelaskan dan mencoba untuk menjelaskan karena aku tahu mereka tidak akan mengerti.

Mereka hanya melihat, mereka tidak merasakan.

"Kamu tidak perlu peduli, Gale."
"Ini perasaanku, tanggung jawabku." Aku tersenyum.
Aku menghela nafas menoleh kearahnya selagi Gale masih menatapku, aku beranjak.
"Sarah!" Gale menarik tanganku.
"Aku hanya ingin tahu, bagaimana bisa kamu memiliki perasaan yang sangat besar untuk seseorang yang sudah menyakitimu.."
Gale melepaskan tanganku, menatapku.
Aku duduk disampingnya, menatap kearah jendela besar itu, memandang indahnya Bali dimalam hari.

"Aku tidak akan pernah punya alasan untuk mencintai Doston. Selama ini aku selalu mencari alasan apa yang membuatku bisa mencintainya sebesar ini. Perasaanku untuk dia sangat besar, bahkan terlalu besar."
Aku menghela nafas, masih menatap jendela. Aku bisa melihat dari ujung mataku bahwa Gale masih menatapku. Dia terdiam.

"Semakin aku mencari, aku semakin tidak bisa menemukan alasannya. Mungkin sekarang aku tahu, bahwa cinta itu tidak beralasan. Kita tidak akan mempunyai alasan untuk mencintai seseorang, tidak akan pernah ada."
Aku menoleh kearahnya, tersenyum. Aku tidak menyadari bahwa air mataku sudah jatuh menyentuh pipiku. Aku membiarkannya, aku tidak menghapusnya. Aku merasa lega.

Aku menghela nafas.
"Aku percaya, hanya ada dua hal didunia ini yang tidak beralasan, yang pertama adalah saat kamu beriman pada Tuhan, you simply believe. Hal yang kedua adalah saat kamu mencintai seseorang, you simply do."

Gale masih terdiam menatapku, sesekali dia menunduk.

"Apa arti cinta untukmu, Sar?"
Aku tersenyum, menghapus air mataku.
"Untuk aku, cinta adalah perasaan yang saling. You take and then you give."
"What is love for you, Gale?" Aku menoleh kearahnya.
Gale membuang muka, sekarang dia menatap kearah jendela.
Aku masih menatapnya, menunggu jawabannya.
"Cinta itu perasaaan yang paling egois."
Gale menjawab, matanya kosong menatap kearah jendela.
"Kamu setuju kalau aku bilang cinta itu harus memiliki?" Tanyaku.
Gale menoleh, tersenyum. Dia mengangguk.
"I love him very much. Aku sangat mencintai dia dengan seluruh hatiku, tapi dia memilih untuk pergi, dengan mudahnya. Hal yang paling menyakitkan adalah karena dia sudah tidak menginginkanku lagi, Gale. Mungkin dia sekarang sudah berhenti mencintaiku."
Air mataku kembali jatuh.

Pain Demands To Be FeltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang