Minggu Kedua (Doston)

471 2 0
                                    

Aku menatap jalanan yang sangat sepi. Aku baru saja menemui ibuku, dia terlihat sehat dan baik-baik saja.

Aku masih teringat pertanyaanya sebelum aku pulang.
"How's Sarah? Kalian baik-baik aja kan?"
Aku hanya menjawab bahwa aku dan Sarah baik-baik saja, aku tahu ibuku sedikit terlihat tidak yakin, tapi dia tidak bertanya lebih lanjut.

Aku mendengar suara penyiar radio membacakan request dan dia memutarkan "Tangga-Cinta Begini", aku ingat Sarah selalu memutarkan lagu ini saat kita berada didalam mobil. Sarah. I miss her.

Aku melihat kearah jok belakang, aku melihat kotak besar berwarna biru muda yang aku bawa tadi pagi dari rumahku. Aku memang berencana mengembalikan semua pemberian Sarah, aku menyiapkan semuanya.

Polo shirt hadiah darinya saat anniversary kita di Bali, ipod Nano berisi semua lagu kesukaan kita, beberapa kaos yang pernah dia berikan untukku, dan satu dompet fossil berwarna coklat, pemberiannya pertama saat dulu kita pertama kali jadian. Aku berencana untuk benar-benar menyudahi semua dengan mengembalikan semuanya, aku ingin Sarah bena-benar melupakanku, aku ingin Sarah benar-benar cukup dengan apa yang kita pernah jalani..

Dia sangat senang memberiku hadiah, dia perempuan yang sangat baik, dia sangat mengerti aku. Dia tahu semua hal yang aku suka, dia tahu aku sangat mencintai warna putih dan biru, dia tahu bahwa aku tidak akan pernah mengganti sneakers kusam kesukaanku, dia tahu aku tidak suka memakai jaket, dia tahu semua rutinitasku, dia ingat setiap hal-hal kecil tentang aku.

Hanya ada dia dipikiranku saat ini, aku sangat merindukannya. Aku memutar semua memori yang kita punya, aku ingat saat 2 bulan lalu dia menangis sangat kencang saat aku marah karena dia pergi dengan teman lelakinya. Dia bilang dia menyesal. Aku sempat berfikir bahwa mungkin aku sangat berlebihan, aku terlalu menyiksanya, aku terlalu merasa memilikinya. Aku yakin bahwa tidak ada laki-laki lain selain aku dalam hidupnya, tapi kenyataan bahwa dia memiliki banyak teman lelaki membuatku tidak nyaman.

Sarah memilik sangat banyak teman. Dia adalah wanita sangat yang ceria, dia memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan, aku tahu itu. Aku tahu bahwa semua orang akan menyukainya.
Rambutnya panjang, warna aslinya hitam pekat, dia menganti warna rambutnya menjadi coklat tua 2 bulan yang lalu. Tubuhnya sangat ideal, kulitnya kuning langsat, hidungnya mancung, bibirnya mungil, dan mata coklatnya selalu bersinar saat dia menceritakan sesuatu hal yang dia suka.

Dia sangat cerdas, terlalu cerdas. Dia sangat terobsesi dengan mobil sport, dia sangat suka tequilla. Bahunya sangat kecil dibandingkan bahuku, tingginya sekita 165cm, saat kita bersanding, dia masih lebih pendek dariku.

She loves high heels. Satu hal yang aku kurang suka, karena aku terlihat pendek saat dia mengenakan high heels abu kesukaannya. Aku tidak memungkiri bahwa dia terlihat sangat seksi dengan high heels nya. Itulah mengapa aku merasa minder, kadang aku merasa dia terlalu sempurna untuk aku. Aku tahu banyak laki-laki diluaran sana yang rela mati untuk mendapatkannya, dia sangat seksi.

Hal terbaik tentang Sarah adalah kepercayaan dirinya. Dia tahu dia worth it dan dia tahu orang akan selalu suka dengannya, itu yang membuatku sangat minder. Aku berusaha untuk tidak menunjukannya dengan cara menjadi orang yang dia turuti. Aku mengambil alih hidupnya, aku membuatnya dia meninggalkan kehidupannya sebelum dia bersamaku.
Dia meninggalkan teman-temannya, dia berhenti clubbing, dia meninggalkan banyak hal yang dia suka, hanya untuk aku.

Dia akan dengan gampangnya menghapus semua kontak teman laki-lakinya di handphone nya jika aku minta. Dia tidak punya siapapun sekarang, aku tahu teman-temannya mungkin membenciku karena aku mencuri salah satu teman terbaik mereka, aku tidak peduli. Aku merasa sekarang dia hanya milik aku dan dia hanya untuk aku.

Pain Demands To Be FeltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang