Minggu Kedua (Doston)

397 2 0
                                    

Sekarang aku sudah sampai didepan rumah Sarah, ini diluar rencanaku. Aku mengeluarkan handphone ku, mencoba menghubungin Frans, sang waitress. Aku ingin tahu apakah benar event yang Gale sebutkan tadi benar, dan aku perlu tahu siapa saja yang ada di dalam guestlists nya.

"Tell me, is she on the guestlists?" Aku dengan cepat mengetik sms di handphoneku, setelah itu aku mencoba menghubungi Sarah.

Dia memanggilku dari depan pintu rumahnya, dia berdiri dengan rambutnya yang masih basah, kaus tidur kesukaannya, dan sweatpants nya yang selalu dia pakai saat tidur. Aku berjalan menghampiri perempuan itu, matanya terlihat sayu, wajahnya kusam, kantung matanya menghapuskan kecerian yang selama ini ada diwajahnya. It's because of you, Dos!

Aku mematikan mesin mobilku, aku mematikan rokokku, dan menenteng kotak besar ini berjalan menghampirinya.

Setelah aku letakan kotak itu di meja kayu besar didalam ruang tamu, aku memutuskan untuk duduk disebelahnya, aku tahu dia benci saat orang duduk didepannya, Sarah selalu suka saat orang duduk disebelahnya.

"Aku tidak terlalu buruk sekarang" Sarah menjawab sangat singkat saat aku menanyai kabarnya.
I knew you're hurt, Sar. I am so sorry for that.
"Aku datang kesini karena dua alasan, yang pertama adalah karena aku merindukanmu." Aku menyalakan rokokku sebelum melanjutkan berbicara tentang alasanku kemari.
"Yang kedua karena aku mau mengantarkan kotak itu."

Dia menggeser posisi duduknya dan menyentuh kotak itu, dengan cepat aku bilang bahwa lebih baik dia membuka kotak itu nanti.

"She's on the list, bro."
Aku membuka sms dari Frans. Sudah kuduga, pasti Moris mengundang Sarah. Moris adalah DJ sekaligus salah satu pemilik saham dari club itu, dia adalah mantan kekasih Sarah sebelum Sarah dan aku berpacaran. I don't want her to go. Ditambah lagi, Gale akan datang, aku sudah tahu pasti saat Gale melihat Sarah ada disana juga, dia akan berusaha mendekati dan bisa saja Sarah jatuh cinta pada Gale, wanita mana yang tidak akan jatuh cinta melihat Gale.

Gale sangat tampan, ayahnya asli Bali, ibunya dari Belanda, wajahnya blasteran. Tingginya sekitar 185 cm, memang kurang tinggi untuk bule, tapi aku yakin pesonanya akan mengalahkan segalanya. Senyumnya sangat menawan, ditambah lagi he drives a brand new BMW, seri M! Sarah tergila-gila dengan mobil itu.

Aku tahu, dulu Sarah pernah menolak ajakan Gale untuk minum dan berkenalan, tapi itu sudah sangat lama! Siapa tahu sekarang Sarah sedang sedih dan butuh seseorang, tidak menutup kemungkinan dia akan bersama Gale malam ini, belum lagi si Moris, DJ sialan itu akan berusaha mendapatkan Sarah kembali.

Aku dengan cepat meletakan handphone ku ke dalam kantung celanaku.

"You keep coming back. Kamu menyudahi semuanya dua minggu lalu, setelah itu kamu tidak pernah menjawab telfonku, tidak pernah membalas sms ku lagi, tapi setelah aku berhenti menghubungimu, kamu datang lagi."

Dia menangis. Aku memutuskan untuk menyalakan rokokku.
Melihatnya menangis sangat menyakiti perasaanku. Jauh dilubuk hatiku, aku sangat mencintai perempuan disebelahku ini. Ingin rasanya kuulang waktu dari saat pertama kita bertemu. Jika bisa, aku janji aku tidak akan membuat dia terlalu mencintaiku, aku janji aku tidak akan menuntut apapun dari dia, aku janji bahwa aku tidak akan menghancurkan hidupnya, aku tidak akan merampas hidupnya, aku janji. Aku menghela nafas.

Pain Demands To Be FeltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang