17. My Happy Ending (Part 1)

264 20 2
                                    

@ Kitano Arms Apartment (Tokyo-Jepang)

Jina menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk seraya menatap langit-langit apartmennya, ia baru saja mengijakkan kakinya –lagi- di Jepang, dan merasakan kembali hangatnya sinar matahari di Tokyo. Hyuk benar-benar serius dengan ucapannya, sehari sebelumnya seorang agen maskapai penerbangan memberitahunya mengenai jadwal keberangkatan, kode booking, no penerbangan termasuk waktu check-in yang telah dipesan atas nama Lee Eunhyuk untuk dirinya padahal saat itu Hyuk telah berada di Indonesia.

Sejak pertengkaran kecil itu Jina memang menghindari Hyuk berharap Hyuk akan membujuknya seperti biasa sehingga ia bisa membatalkan niat Hyuk memulangkannya ke Jepang. Namun NIHIL hasilnya gagal, bahkan Jina tidak bisa melihat punggung Hyuk saat ia berangkat ke Indonesia 2 hari setelah pertengkaran kecil mereka, karena saat Hyuk pergi Jina masih tertidur dengan pulas sehingga Hyuk memilih tidak membangunkannya hanya mengecup sekilas dahi, mata dan bibir Jina agar bisa mengobati sedikit rindunya kelak. Jina merutuki kelupaanya karena tidak bisa mengingat hari keberangkatan Hyuk terbersit penyesalan dan rasa bersalah pada dirinya. Hanya sebuah note yang ditinggalkan Hyuk sebagai ucapan perpisahan dengan kata cinta di akhir pesannya.

Jika boleh jujur Jina sangat merindukan sosok Hyuk. Suaranya, aromanya, ia merindukan semua perlakuan Hyuk padanya. Namun sifat childish yang lebih dominan membuatnya mempertahankan gengsi dan egonya. Entah berapa banyak pesan termasuk voicemail yang dikirim Hyuk selama di Indonesia mulai dari ucapan selamat pagi, siang hingga malam, ungkapan rindu dan cinta dari berbagai bahasa, ucapan selamat makan atau sekedar icon smile atau stiker yang menyatakan perasaan rindu dan cintanya pada Jina, namun tak satupun yang direspon Jina. Padahal tangannya selalu gatal untuk membalas setiap pesan yang diterima, terbukti saat ini ia sibuk membaca ulang pesan-pesan yang dikirim Hyuk dari beberapa hari lalu hingga pesan terakhir yang diterimanya pagi tadi sebelum terbang ke Jepang.

***

Berulang kali Jina membuka tab dan smartphonenya, mengecek apakah ada panggilan atau pesan masuk dari Hyuk. Namun NIHIL, hanya beberapa pesan dari Halmoni dan Maeri juga ke-3 sahabatnya, bukan sesuatu yang penting dan jujur bukan hal yang diharapkannya, yang ia mengharapkan pesan dari Hyuk yang semakin hari semakin dirindukannya. Terhitung sejak ia tiba di Jepang ia tidak pernah lagi menerima pesan dari Hyuk dalam bentuk apapun dan itu membuat Jina frustasi dan tidak semangat menjalani kegiatannya di Jepang apalagi jika diminta menyelesaikan tugas akhirnya sebagai syarat kelulusan.

'Apa Hyuk marah padaku?' Batin Jina menatap layar 10" dan 5" di kedua tanganya karena tidak pernah membalas pesan Hyuk.

'Apa mungkin di sana (Indonesia) tidak ada sinyal.' Batin Jina lagi, ia tahu sedikit tentang Indonesia dari iklan air mineral yang pernah dilihatnya, di sana masih ada wilayah Indonesia yang kekurangan air, padahal Indonesia adalah negara kepulauan yang di kelilingi air bahkan sejak dulu Indonesia terkenal sebagai negara maritim, jadi tidak masuk akal jika masih ada rakyat Indonesia yang kekurangan air.

'Apa Dia tengah sibuk dengan sekretaris Park? Apa sekretaris Park membuatnya sibuk sehingga ia tidak bisa mengirimiku pesan? Apa dia telah melupakanku karena ada sekretaris Park disisinya?'

Entah pertanyaan apalagi yang melintas di benak Jina selagi memikirkan Hyuk yang menghabiskan waktu bersama sekretarisnya, berbagai pikiran negative–pun muncul dalam imajinasi liarnya. Lamunannya buyar ketika mendengar bunyi bel, dengan malas Jina mengangkat tubuhnya menuju pintu karena seseorang di balik sana terlihat tidak sabaran menunggu pintu apartment itu dibuka.

"Oppa!" kaget Jina menatap seorang namja tengah berdiri di hadapannya dengan senyum berkembang.

"Anyyeong." Sapa namja itu masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. "Kau merindukanku?" Ucap namja itu merentangkan kedua tanganya ke samping dan Jina pun langsung mendekap ke dalam pelukan namja itu.

PROTECT MY AGASSIWhere stories live. Discover now