Day 28

3.7K 416 53
                                    

Day 28

(Pukul 10.00 - Kamar Michelle)

Author POV

Michelle masih meringkuk di ranjangnya, ibunya sudah berusaha membuatnya keluar kamar, begitu juga dengan ayahnya. Sementara itu dia hanya mengirim pesan singkat pada Timoty bahwa dia tidak akan datang ke kantor hari ini dengan alasan sakit.

Hari ini dia benar-benar terpukul dengan berita tadi pagi, sekitar pukul tujuh, di kabarkan bahwa pesawat yang hilang kontak dinyatakan sudah mendarat darurat di bandara kecil di daerah Kalimantan, dan dari data penumpang yang di release tidak ada nama Devan.

Bahkan WA tim audit juga ramai membicarakan menghilangnya Devan secara tiba-tiba. Dia begitu terpuruk ketika harus menerima kenyataan itu.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Michelle melirik ke arah layar ponselya, nomor tidak di kenal, dia mengabaikan panggilan itu. Kembali meringkuk di tempat tidurnya. Pikirannya kosong, dia bahkan kehilangan semangat hidupnya seketika, setelah melihat berita di layar plasma di kamarnya.

Nomor tidak di kenal, sekali lagi menghubunginya.

"Halo." Akhirnya gadis itu menerima panggilan di ponselnya.

"Michelle." Terdengar suara seseorang yang sangat familiar, tapi karena reflek Michelle mematikannya.

Tiba-tiba jantungnya berdetak begitu kencang.

Sekali lagi nomor itu menghubungi ponsel Michelle.

Gadis itu justru ketakutan menerima panggilan itu, meski begitu ada keinginan besar dari dalam diri gadis itu untuk menjawab telepon itu.

"Halo."Michelle membuka suara, dan darah surut dari wajahnya.

Terdengar suara pria itu, sekali lagi. "Michelle, ini saya."

"WHAT??" gadis itu menggigil ketakutan.

"Saya di rumahsakit Siloam, ruang Easter nomor 103."Pria itu berkata dengan cepat.

"W-What?"Mata Michelle hampir saja terlonjak dari tempatnya

"Michelle saya nggak bisa bicara banyak. Ok. Saya tutup teleponnya."

Tut tut tut

Untuk beberapa saat dia merasa dunia jungkir balik. Nafasnya memburu, jantungnya seolah lepas dari tempatnya bergantung selama ini.

Saat dia menemukan kembali kesadarannya dia segara keluar dari kamar, berlari tanpa berpikir panjang. Hanya membawa dompet juga ponsel didalam tas kecilnya.

"Ma, aku harus pergi."Michelle berteriak sambil berlari keluar dari rumah.

"Michelle...."mama berusaha mengejar gadis itu, tapi sia-sia, dia bahkan sudah keluar dari pagar rumah.

Sementara dia selalu hobi naik ojek untuk memudahkanya sampai di tempat tujuan lebih cepat. Hari itu cuaca tidak bersahabat, mendung bergelayut di langit Jakarta, meski belum hujan.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, akhirnya Michelle sampai di tempat tujuan. Dia segera berlari ke ruangan yang dia tuju. Tertatih, tapi dia tetap berusaha mencapai tempat itu sesegera mungkin. Tapi saat dia sampai di tempat yang ia tuju, lagkahnya justru terhenti, matanya menatap nanar pada nomor ruangan. Dia berusaha menata nafasnya sebelum akhirnya dia memberanikan diri untuk menarik handle pintu itu.

Cekrek

Pintu tertutup di belakang Michelle, dan gadis itu melihat pada seorang pria terbaring di ranjang. Lengan kanannya tampak terbungkus perban, dia tampak cukup baik meski jarum infuse masih terbenam di bawah kulit tangannya.

120 Days #Googlrplaybook #JE Bosco PublisherWhere stories live. Discover now