Sekotak Susu Coklat

Start from the beginning
                                        

"Masih Mei kok, ya ya ya? Mau ya?"

"Tapi aku baru abis megang TFT Classical Facilitator gak papa kak?"

"Udah belasan orang yang gue tanyain dan gak ada satupun yang nerima gue gangerti lagi sumpah! Alasannya karena deket sama UAS, paper mereka segitu numpuknya apa ya?"

"Santai, Dav. Pahami dong kita-kita ini yang otaknya gak seencer lo," sahut Tricia. Davina hanya mencibir pelan menanggapi ocehan Tricia. Memang sih, Davina tergolong encer banget. Sampai semester 5 ini saja, IPKnya masih di atas 3.8. Setiap mata kuliah penelitian pun mampu dilewatinya dengan mulus-mulus saja.

"Yaudah deh, Kak. Timnya belom kebentuk?" Tanya Clairine seraya mengambil posisi duduk di sebelah Tricia.

"Belom nih, tapi masih mending sih masih ada yang nerima. Nanti gue kabarin ke lo deh nama-namanya,"

"Eh emang ketua senat FK yang baru siapa sih?" Tanya Tricia.

"That gorgeous Grego," jawab Davina cepat diiringi dengan cengiran lebar from ear to ear.

"Oh my God! Davina lo gak bilang dari tadi! Masukkin gue ke tim dong!"

"Sampah lo! Tadi gue tawarin jadi PM gamau sekarang giliran tau Grego pesertanya mau jadi tim. In your dreams!"

Clairine hanya terkekeh pelan melihat kedua seniornya yang kini terlibat perang kata-kata yang sepertinya akan berlangsung panjang. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan kemudian mengecek ponselnya.

Lalita Zahrah Winola
Kita di coffee corner
Nongkrong cantique
Nyusul ya ntar
Segera
Gapake lama
Okey
Muah

Merasa tidak ada keperluan apapun lagi di sekre, Clairine memutuskan untuk menyusul kedua sahabatnya di coffee corner, salah satu coffee shop yang ada di lingkungan kampusnya. Setelah berpamitan pada seniornya, gadis itu melenggang dengan santainya sambil bersenandung kecil.

Langkah Clairine terhenti di depan koperasi kampusnya, menimbang-nimbang untuk masuk dan membeli sekotak susu cokelat kesukaannya atau tidak. Sebelum ia selesai berpikir, sekotak susu cokelat sudah melayang di depan matanya.

"Ini, gantiin yang kemaren," Clairine bahkan belum sempat berkedip ketika laki-laki itu menaruh susu cokelatnya di genggaman tangan Clairine dan berlalu begitu saja.

"Makasih!" Teriakan Clairine bahkan juga tak membuat laki-laki itu menoleh, atau mungkin laki-laki itu tidak sadar ucapan terima kasih itu ditujukan padanya? Yah, mungkin. Clairine hanya mengedikkan bahunya kemudian melanjutkan langkahnya kembali.

Sesekali gadis itu tersenyum tipis seraya melihat susu cokelat dalam genggamannya. Mungkin dia tidak seaneh itu.

[:]

"Rin, tahu gak sih ternyata rumah depan kita itu anaknya kuliah satu kampus sama kamu sama Nathan loh. Mama baru tahu. Aduh emang ya zaman sekarang orang pada individualistis, serba sendiri, bahkan sama tetangga sendiri aja gak kenal," cerita Renata, Mama Clairine dan Nathan.

"Angkatan berapa, Ma?" Tanya Nathan seraya mengunyah cookies yang baru diambilnya dari toples.

"Aduh lupa. Mendingan kamu tanya aja sendiri sekalian kenalan,"

"Anaknya cewek apa cowok?"

"Cowok dua-duanya,"

"Ah males ah," jawaban Nathan langsung mengundang jitakan kecil oleh Clairine di kepala adiknya itu.

"Dasar ya giliran cewek aja gercep,"

"Yee emangnya kakak, peka aja susah banget?" Ledek Nathan. "Kasian kali kak itu si Leo digantungin mulu,"

"Eh itu mah dianya aja yang gak ngerti bahasa Indonesia. Enggak itu ya enggak, bukan mencoba lebih keras lagi,"

"Ya siapa tahu kakak macam cewek yang suka kode-kodean," ujar Nathan beralasan.

"Ssst udah-udah jangan berisik. Udah mau mulai nih dramanya. Nanti kalo papa pulang bukain pintu ya, mama mau konsentrasi nonton dulu,"

"Lo bukain pintu ya. Gue mau ikutan mama nonton drama korea juga nih," Nathan hanya mencibir menyahuti ucapan kakaknya, sementara Clairine hanya mengulum senyum.

Clairine dan Nathan memang gak selalu adem ayem, kadang ribut, kadang lengket. Mereka tahu mereka hanya mempunyai punggung satu sama lain dan mereka selalu tahu ke mana harus pergi di saat tak ada orang yang dirasa bisa mengerti.

[::]

CHAPTER PERTAMAAAAA YAAAASSSSSSS
Aku mulai menulis lagi di tengah waktu yang sempit ini huehehe semoga ada ide yang terus mengalir dan mood untuk menulis.

Btw mau curcol sedikit. Ini masih awal Juni tapi gue memutuskan untuk publish chapter pertama soalnya gue lagi stress dan emosi berat :( uas gue sangat tidak manusiawi. Kerjaan 2-3 bulan harus kelar dalam 2 minggu, belom lagi ditambah laporan sebelomnya. Dikira uas gue cuma 1 mata kuliah doang apa :( mana ribet banget gak kayak seksi lainnya yang dipermudah, malah diperberat dengan segala macam rinciannya :( sumpah mau marah :(

Udah ah mau bikin uas lagi :(

See ya!

ÈvaderWhere stories live. Discover now