5. Pulau Elf (1)

4.1K 278 1
                                    

     Para bajak laut itu menginjakkan kakinya di tanah pulau itu, mereka sedang mencari sesuatu yang bisa diambil untuk memperbaiki kapal mereka yang rusak total diterjang badai.

     Satu persatu para bajak laut itu menebang pohon yang berbatang kuat untuk kapal, sedangkan sebagian lagi mencari buah-buahan dan tumbuhan untuk makanan mereka nanti. Biasanya, di musim seperti ini harusnya ada beberapa tumbuhan yang bisa dimakan selain arbei,dan anggur, namun mereka tak menemukan pohon berbuah segar disana.

      Setelah kerja selama seharian penuh di pulau itu untuk memperbaiki kapal, para kru kapal itu kelelahan, mereka pun membuat tenda seadanya dan api unggun untuk menghangatkan diri dari angin laut yang kencang.

        "Aurora,apa kau kedinginan?" Tanya Lucy, ia kemudian memberikan mantel merah tuanya pada Aurora yang sedang duduk di sebuah batu besar.

        "Kau juga kedinginan, Nona..," Aurora menolak mantel yang diberikan Lucy padanya. Ia lalu melihat perempuan bajak laut itu dari atas sampai bawah, perempuan itu menggigil.

       "Tapi..."

       "Aku sudah terbiasa di laut dan sistem kekebalan tubuhku berbeda dengan manusia,"

      "Kalau begitu, Aurora...,selamat malam," Lucy meninggalkan Aurora yang sedang duduk termenung disana sambil memeluk dirinya sendiri.

       Malam hari ini, Aurora ditemani dengan bintang-bintang yang bertebaran di langit, membuat malam yang sunyi menjadi ramai. Deburan ombak seakan menyanyi menghibur seorang gadis yang sedang kesepian.
     
     Gadis duyung itu sebenarnya ingin kembali ke dunia laut, tapi sebenarnya ia juga ingin berada di dunia manusia, mengetahui asal-usulnya yang kelam dan terlupakan. Maka dari itu, Aurora bersedia membantu Leon mencarikan harta Karun Azkaba asalkan ia berhasil memecahkan kutukannya itu.

Angin yang tenang.

Malam yang indah.

Lampion yang bertebaran di langit.

      Semua itu terasa familiar dengan Aurora, ia seperti mengingat sesuatu dari dalam dirinya, namun memorinya hanya mengingat namanya dan kejadian itu,kejadian yang tak pernah ia lupa,dan tak ia ingat sebelumnya apa yang terjadi.

       Malam itu...
Aku ingat aku terjatuh dari tebing,dan seorang wanita duyung menghampiriku,ia menggenggam tanganku erat-erat dan merubah sepasang kakiku menjadi ekor ikan.

    Aurora berpikir keras mengapa ia bisa jatuh dari tebing?Dan bertemu Putri duyung? Ia percaya dengan adanya putri duyung karena ia adalah setengah putri duyung sekarang, tapi mengapa ia tak mengingat apapun kejadian sebelumnya? Ia bahkan tak tahu kenapa dirinya bisa jatuh dari tebing.

    Namun kehidupan menjadi seorang putri duyung bukanlah pilihannya, di laut ia sangat kesepian, dan tak memiliki seorang teman, terkecuali teman-teman kecilnya yaitu ikan-ikan laut yang senantiasa menceritakan dongeng padanya setiap hari.

      Dulu ia berpikir bahwa manusia itu egois, tapi ia terenyuh dengan sisi baik manusia. Jika manusia itu jahat, mungkin dirinya sudah dibunuh atau dijadikan koleksi hiasan di dinding, tapi berbeda dengan para bajak laut ini, meskipun kehidupan mereka keras, hal itu tak membuat mereka lupa untuk melakukan kebaikan.

     Malam semakin larut, Aurora pun beristirahat dan tidur di atas pasir dengan menjadikan batu itu sebagai bantalannya, ia tak ikut tidur di dalam tenda dengan yang lainnya.

     Ia kemudian tersenyum, merasakan menjadi manusia kembali. Ia bahkan lupa dulu kehidupannya seperti apa dan ia juga tak tahu sekarang dia siapa, ia memang kehilangan semuanya. Tapi ia berharap untuk menemukan kembali ingatannya yang telah lama hilang.

Aurora (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now