11. Bayar Sendiri

Start from the beginning
                                    

Sedangkan di rumah, Dino hanya melakukan aktivitas duduk, berbaring, membuka-buka ponsel lalu tidur. Seperti itu sampai berulang-ulang.

“Bunda over protective banget ih, gue udah sembuh malah gak dibolehin sekolah. Gabut sumpah.”

“Udah jam pulang nih. Coba telepon Udin ah buat jadiin temen main ps.”
Mencari kontak yang Ia namai Udin sedunia. “Nah ketemu!”

Setelah diangkat, Dino menjelaskan maksudnya menelepon Udin. Udin menyetujuinya lalu Ia langsung bergegas menuju rumah Dino. Selang beberapa menit kemudian, raga Udin sudah duduk anteng di karpet ruang keluarga Dino.

“Lo butuh temen kan, kan?” Tanya Udin sambil menyomot makroni pedas di dalam stoples berwarna jingga itu.

“Iya nih, sepi banget dunia gue.”

“Ngenes amat bwang, padahal yang suka lo itu ada loh.”

“Sumpah?”

“Iya, temen kelas kita lagi.” Tanpa melihat Dino, Udin berbicara sambil terus fokus memainkan permainan yang ada di layar televisi milik Dino.

“Siapa sih, cepetan ngomong!”

“Yah, yah kok dicabut sih!” Udin jadi uring-uringan saat dia mendapati Dino mencabut saklar televisinya sedangkan Udin tengah asik bermain.

“Noh Shella mulut toa noh, dia suka sama lo.”

Dino mengatupkan mulut dan mencoba menerawang. “Eh lo ngapain?” Udin diam-diam memfoto wajah hina Dino dan akan dia buat instastory di akun instagram-nya.

“Hapus gak!” perintah Dino dengan suara lantang.

“Traktir makan dulu dong, laper.”
Dino mengernyitkan alis lalu mengangguk tak tega saat melihat Udin memohon dengan kedua tangan disedekapkan di depan dada. Apalagi wajah absurd-nya sangat mendukung untuk karakter meminta-minta.
Di warung dekat kompleks Dino mereka melanjutkan percakapan yang tadi sempat terhenti.

“Jadi tuh Din, tadi Cicil dimintai tolong sama si Shella untuk nyomblangin lo sama dia gitu pokoknya.” Dino mengangguk paham.

“Gue gak suka sama Shella.”

“Lah kok lo udah nolak dia sih padahal dia belum ngutarain perasaannya loh, kasian juga sih haha.”

Dino mengusap wajahnya kasar, “Gue sukanya sama Cicil bukan sama si mulut toa.”

Udin hanya tertawa lalu meminum satu teguk es teh manis. “Dapetin Cicil susah lo bro!”

“Makanya gue tertantang.”
Mulut Udin mengerucut dan dia mengangguk mendengar penuturan Dino. Mereka memakan makanan masing-masing. Namun , Dino agak tidak fokus karena kalimat yang dilontarkan Udin memang benar, Cicil sulit untuk didapatkan.
Mendadak Udin terbatuk-batuk tanpa alasan yang jelas. “Bro, bro lihat kanan lo!”

Kepala Dino berputar ke kanan, betapa kagetnya dia saat melihat Cicil hanya memakai celana pendek selutut dengan kaos pendek yang ditutupi cardigan rajut berwarna merah jambu.

“Cicilan daster, halo!” sapa Dino sambil menggerak-gerakan tangannya di udara begitu pula Udin.

“Eh lo berdua, lagi apa, lagi pacaran?” Tanya Cicil membuat orang-orang yang sedang makan lalu memandang ke arah Udin dan Dino dengan bergidik ngeri.

“Mulut lo tuh ya, Cil suka sekata-kata,” balas Udin lalu diikuti tawa Cicil yang manis.

Dino ikut tertawa meskipun dia dipermalukan oleh Cicil, menurut Dino selera humor Cicil boleh juga.

“Bunda lo gak masak? Kok lo beli di luar.”

“Iya, beliau gak masak dan nanti pulang malem jadinya gue beli makanan di sini deh.”

“Ya udah, pulang bareng gue sih. Gue udah selesai juga." Cicil mengangguk. Dino lalu berdiri dan meninggalkan Udin sendirian. “Aelah orang kasmaran mah gitu, antar pulang prepet-prepet jadi suka deh,” cicit Udin tanpa sadar kalau dia sedang ditipu oleh Dino.

By the way anyway busway, gue ke sini tadi mau ditraktir seorang Dino Sanjaya terus sekarang Dinonya balik dan belum bayar. Lah gue ditipu kadal!”

Otak Udin susah untuk diajak berpikir cepat dan dia baru saja sadar akan muslihat Dino. Sekarang Udin kalang kabut mencari uang yang tersisa namun sama sekali tidak ada karena sudah habis Ia jajankan waktu di sekolah tadi.

“DINOO… Tunggu aja pembalasan gue!” Udin berniat akan kabur namun sudah tertangkap basah oleh sang pemilik warung, “Mau ke mana mas kan belum bayar?”

“Oh hehe belum bayar ya Bu?” Tanya Udin dengan wajah dibuat sekasihan mungkin.

Gagal. Tetap saja Udin harus menuai petaka akibat tipu daya Dino. Udin harus mencuci piring kotor milik Ibu Warung tersebut sebagai gantinya.

-------

Salam sayang
Dzurrqa

DIFFICULTWhere stories live. Discover now