Love you too, Arsen

12.5K 840 73
                                    

   Satu tahun kemudian..

Rain terbangun dengan matanya yang masih berat, karena ia bekerja lembur di butik yang belum lama ini ia buka di Amsterdam. Ia meraih ponselnya di atas nakas yang sejak tadi tak berhenti berdering.

  "Halo," Sapanya dengan suara serak.

  "Morning, beautiful." Tanpa melihat layar ponselnya, Rain tahu siapa orang yang menghubunginya di pagi buta ini.

  "Morning, Arsen." Jawab Rain dengan tanpa sadar tersenyum tipis.

  "Nanti malem kita jadi dinner kan, sayang?" Hati Rain menghangat mendengar Arsen memanggilnya Sayang.

  "Jadi. Kamu bisa jemput aku?" Tanya Rain, ia menyingkap selimut yang sejak tadi menghangatkan tubuhnya.

  "Pasti, jam tujuh aku jemput kamu." Ucap Arsen dengan suara yang terdengar pelan dari sebelumnya. "Rain, client ku sudah datang. Aku tutup ya."

Rain terkekeh mendengar Arsen berbicara dengan intonasi cepat, dia sudah hafal dengan kebiasaan pria itu setiap pagi menyempatkan dirinya untuk menghubungi Rain.

  "Iya, Arsen." Jawab Rain bersiap menutup teleponnya, tapi Arsen bersuara lagi.

  "Love you." Ucap Arsen dengan suara khasnya. Lagi-lagi Rain tersenyum.

  "I know." Jawab Rain sebelum sambungannya tertutup.

Rain menatap layar utama ponselnya. Menampilkan foto nya dengan Arsen yang sedang tersenyum, Rain selalu merasa beruntung setiap harinya karena memiliki seseorang yang sangat mencintainya. Empat bulan lalu, Arsen resmi menjadi kekasihnya. Dulu, Rain sudah mengingatkan Arsen berkali - kali untuk menyerah, karena saat itu ia merasa tak yakin akan jatuh cinta dengan orang lain selain Adlan. Tapi, Arsen selalu meyakinkan Rain dengan segala tindakan yang ia lakukan. Dan pada akhirnya Rain ingin mencoba membuka hati nya. Dan saat ini Rain merasa sudah jatuh cinta dengan Arsen. Rain tak menyangka bahwa ia akan berada di situasi seperti ini. Ia tak lagi memikirkan Adlan, itu artinya ia tak lagi tersiksa karena jatuh cinta sendirian.

Rain mulai terbangun dari ranjangnya, lalu ia membersihkan dirinya. Setelah itu ia memberikan sarapan pada Moyi. Moyi yang terlihat lebih tua dari satu tahun yang lalu. Tak berapa lama, setelah selesai memberi makan Moyi ia mulai memilah akan memakai dress apa untuk dinner nanti malam dengan Arsen. Karena sudah lama sekali Arsen tidak mengajaknya makan malam. Tapi bukan berarti mereka tak bertemu di siang hari, karena Arsen tak bisa lebih dari tiga hari saja untuk tidak bertemu dengan Rain.

Ketika Rain sedang mengeluarkan beberapa dress yang sudah ia pilih, ponselnya berdering. Ia terkejut ketika melihat nama yang terpampang. Tidak biasanya Keno menghubunginya.

"Halo, Kak." Rain memulai.

"Hai. Apa kabar kamu, Rain?" Mendengar suara Keno, sepertinya pria itu sedang bahagia.

"Aku baik. Kakak?"

"Sangat baik. Rain, dua bulan lagi pulang ya ke Indonesia." Rain mengerutkan alisnya ketika mendengar ucapan Keno yang bernada perintah.

  "Kenapa?"

  "Kakak akan menikah." Rain akan tersedak jika saja ia sedang minum.

  "Menikah? Dengan siapa?!" Tanya Rain. Ia benar-benar tak ingat siapa kekasih terakhir Keno.

  "Gines. Dia orang Indonesia, by the way." Rain berusaha mengingat nama yang disebutkan oleh Kakaknya. Tapi yang ia ingat Gines adalah penyanyi ternama Indonesia.

  "Gines siapa?" Tanya Rain akhirnya malas berfikir lagi.

  "Gines, teman SMA Kakak. Dua bulan lagi kamu pasti pulang kan, Rain?"  Rain mengangguk meskipun Keno tidak melihatnya.

  "Tentu, aku akan datang dengan Arsen." Jawab Rain dengan mantap.

  "Meskipun Adlan datang?" Rain terdiam mendengar pertanyaan Keno. Ia tak berfikir sampai sana sebelumnya. Benar kata Keno, bagaiamana jika Adlan memang datang. Itu hanya.. akan menyakitinya.

  "Apa kakak nggak usah mengundangnya? " Keno memberikan solusi.

  "Ini bukan masalah besar. Masa lalu hanyalah masa lalu. Dia berhak datang." Jawab Rain akhirnya. Meskipun jauh di lubuk hatinya ia bergetar. Kenyataan akan bertemu Adlan lagi membuat ia takut. Takut mengkhianati perasaannya kepada Arsen.

  "Baiklah, itu baru adikku. Sudah dulu ya, Rain."
-------------------
  Arsen menggandeng lengan Rain. Saat ini Rain tampil sempurna, Arsen tersenyum bangga ketika melihat Rain terkejut dengan kejutan yang ia berikan.

Lilin romantis itu tetap menyala meskipun di terpa angin yang begitu kencang. Tak lupa dengan berbagai hidangan yang sudah disiapkan oleh restaurant ini. Bagi Rain ini sedikit berlebihan. Tapi ia tak berani berkomentar karena ia tahu Arsen sudah sangat mengharapkan Rain suka dengan semua ini.

  "Bagaimana?" Tanya Arsen sembari menarik kursi untuk di duduki Rain. Rain tersenyum.

  "Ada apa ini, Arsen? Kenapa ini bukan makan malam seperti biasanya?" Tanya Rain sembari menatap Arsen.

  "Tentu ini bukan sesuatu yang biasa, ketika aku harus melamarmu, Rain." 

Rain membekap mulutnya ketika Arsen mengeluarkan kotak beludru berwarna merah. Lalu, di dalamnya terdapa cincin yang sederhana namun terlihat elegan.

  "Kamu mau kan, Rain?" Tanya Arsen. Rain masih terhanyut dalam keterkejutannya ketika Arsen bertanya lagi.

  "Kenapa tidak? Mari kita menikah."

---------------------
Sesuai janji saya. Lagi baik saya hari ini😊

Rain marriageWhere stories live. Discover now