Mrs. Basyir

18.7K 1.1K 17
                                    

To: Kak Adlan

   Aku bersedia.

Rain menyimpan ponselnya kedalam saku baju hangatnya. Ia menghela nafasnya, setelah dua hari memikirkan segalanya, memikirkan segala resiko yang memungkinkan Adlan akan selalu menyakitinya. Ia mengambil tawaran ini karena khawatir dengan keadaan Ayahnya Adlan.

From : Kak Adlan

     Bersiaplah, kita berangkat ke rumah orang tuaku.

Rain tertawa getir. Apa pria dari kalangan atas seperti Adlan tidak diajarkan untuk mengatakan setidaknya kata Terima kasih ketika orang lain berkorban untuknya?

------------

Mobil mewah Adlan masuk ke dalam halaman rumah milik orang tua Adlan. Rain beberapa kali membasahi bibirnya karena gugup. Saat ini fikiran nya mulai goyah lagi. Ia takut. Ia takut pilihan yang ia ambil adalah pilihan yang tidak tepat. Namun hatinya yang lain mendesaknya untuk menerima tawaran Adlan.

"Kenapa?" Tanya Adlan ketika melihat keringat sudah mulai bercucuran di kening Rain.

Rain menggeleng dan tersenyum simpul.

"Ayo masuk," Ucap Adlan ketika Rain hanya berdiri mematung di teras rumah mewah Adlan. Rain mengikuti langkah Adlan dengan ragu.

Wanita paruh baya yang wajahnya sangat mirip dengan Adlan terkejut melihat kedatangan mereka.

  "Hai Ma," Sapa Adlan canggung. Lalu, Rain menundukkan kepalanya memberi hormat.

"Tadi saat acara penyambutanmu kau tak datang? Ayah mu kecewa, penyakitnya kambuh lagi. Mama fikir kau memang sengaja menghindarinya dan berniat membuat Ayahmu mati." Ucap wanita paruh baya yang tak lain Ibu Adlan itu tegas dan tanpa basa-basi.

"Maaf," Ucap Adlan dengan nada menyesal.

Rain diam, ia tahu sejak dulu hubungan Adlan dengan Ibunya tidak berjalan baik, mereka layaknya dua orang musuh di dalam satu keluarga. Sampai saat ini Rain tak tahu apa penyebab mereka jadi dua orang yang saling membenci.

  "Masuklah," Ucap Ibu Adlan.

Adlan melewati Ibunya dengan acuh, dan menggenggam jemari Rain dengan erat.

  "Hai, Yah" Ucap Adlan kepada Ayahnya.

  "Adlan," Jawab Pria yang sedang terbaring lemah di kasur, wajah yang masih tersisa ketegasannya, rahangnya yang keras menandakan ia pernah berjaya di masanya.

  "Maaf saat acara itu Adlan berhalangan hadir," Ucap Adlan sembari memegang punggung tangah Ayahnya.

  "Tapi, Adlan bawa calon menantu Ayah sekarang," Jelas Adlan sembari membawa Rain ke hadapan Ayahnya.

  "Rain..? Kamu mau menikah dengan anakku?" Ayah Adlan memperlihatkan wajah terkejutnya. Rain tersenyum dan mengangguk.

  "Apakah dia memaksamu?" Tanya Ayah Adlan.

  "Tidak, kami memang saling jatuh cinta, om." Jawab Rain dengan canggung.

Hanya aku. Ya hanya aku yang mencintainya, om. Dia tidak. Sama sekali tidak. Batin Rain dengan lirih.

  "Begitu? Kalau begitu, menikahlah besok, resepsi bisa di adakan pun kalian mau," Ucap Ayah Adlan dengan gembira.

Adlan dan Rain saling pandang.

  "Tidak secepat itu Ayah, kami butuh waktu." Ucap Adlan memelas.

  "Hei, waktu untuk apalagi? Kalian saling mencintai kan? Ini hanya akad nikah."

  "Tapi,"

  "Ikuti saja apa kata Ayahmu, jangan jadi pembangkang." Ucap Ibu Adlan memotong penjelesan Adlan.

  "Besok kita lakukan." Ucap Adlan pasrah.

-----------

   Rain mencium tangan Adlan ketika akad nikah selesai dilakukan. Ia menjadi istrinya. Ia resmi menjadi Mrs. Basyir. Ia merenung teringat kata-kata dan sejumlah pertanyaan dari kaka dan keluarga lainnya, kenapa ia begitu terburu-buru menikah, kemana mimpi pernikahan mewahnya, dan mengapa bisa menikah dengan Adlan?

  "Hanya satu tahun Rain, aku berjanji." Bisik Adlan ketika Rain sedang merenung.

Brengsek. Pria brengsek ini mengatakan waktu kapan ia akan menceraikanku saat ia baru saja mengucapkan janji suci itu. Batin Rain menahan tangis.

-----
Stop dulu ah nulisnya heheheehhehe, buntu serius. Dan ini re post karna sebelumnya gabisa dibuka kan ya? Sejujurnya itu bukan ngga bisa dibuka, tapi aku emang belum selesai nulis dan kepencet publish😂, trus aku unpublish lagi, maaf banget yaampun, tpi aku ngga php kooooo. Dan semoga kalian suka yaa, part ini garing dan gajelas, part selanjutnya kita bikin nyes lagi deh, vomment ah jan lupa

Rain marriageWhere stories live. Discover now